Senin, 21 Desember 2015
Gara-gara Perhatian yg Lebih Dari Mertua
Banyak yang bilang bahwa kalau kita habis makan sesuatu yang berminyak lalu tangan kita diusapkan ke tungkai kaki kita maka kita akan disayang mertua. Aku sering melakukannya, tapi aku nggak yakin kalau hal itu benar, sampai suatu hari aku benar-benar membuktikannya. Aku dan istriku hidup terpisah dari mertua, tapi tak jauh, masih satu kota. Karena berdua bekerja, anakku tiap hari kutitipkan pada mertua atau neneknya anakku. Pagi kuantar ke sekolah, siang dijemput neneknya dan sorenya sepulang dari kerja aku jemput anakku dan kubawa pulang. Untuk anakku memang mertuaku adalah neneknya, tapi jangan berfikir mertuaku sudah nenek-nenek. Dia masih cling diusianya yang memasuki 50-an. Dia sudah janda ditinggal mati.
Ceritanya begini. Hari itu setelah nganterin anakku ke sekolah pagi, aku sempatkan mampir ke rumah mertua mau ngasihin uang sekolah dan uang jajan anakku seperti biasanya setiap awal bulan. Hari itu suasana rumah sepi, adik-adik iparku sudah pada pergi kerja dan kuliah. Jadi hanya mertuaku, atau biasa kupanggil Mamih, di rumah. Kuketuk pintu nggak ada yang nyahut, tapi waktu pintu kudorong, tak terkunci jadi aku langsung masuk. Karena saking kebelet kencing, aku langsung menuju kamar mandi. Kudorong pintu, terbuka dan tanpa tengok kiri kanan langsung soooooorrrr, enak tenan. Ya karena kupikir nggak ada orang dirumah, aku sudah buka celanaku sebelum masuk kamar mandi. Eee a laaa begitu aku balik kanan mau cuci kontolku yang sudah nogong dari tadi nahan kencing, di depan ku berdiri si Mamih telanjang hanya dililit handuk sebatas dada. Membelalak matanya menatap kontolku, sementara akupun terbelalak menatap bodinya yang meski sudah umur tapi maih mulus, putih. Payudaranya yang seperti dua buah pepaya menggelantung, menyembul tak kuasa tertutup handuk kami berdua terpana, tak bergerak, hanya kontolku yang mengacung berkejut-kejut antara mau layu sehabis kencing dan mau tetap tegar merespon mataku yang tak berkedip menatap susu yang besar menggelayut. Susu yang besar memang selalu jadi idamanku, karena susu istriku kecil sekepal tanganku.
Entah siapa yang memulai, tiba- tiba aku sudah mengelus bundaran di dada yang kenyal itu, sementara kontolku juga terasa dielus-elus lembuuuuutt sekali. Aku pejamkan mataku merasakan elusan itu sambil merasakan pula kenyalnya daging birahi. Kuplintir putingnya yang kanan dengan tangan kiriku sementara tangan kananku meremas-remas buah yang kiri. Kudengar dia melenguh membuang nafasnya yang kurasakan hangat dimukaku. Lalu kurasakan bibirnya menyentuh bibirku, mendesakkan lidahnya yang kusambut dengan membuka mulutku. Lidahnya liar menggapai-gapai atap mulutku, mengusap-usap pangkal lidahku, niiiikkkkkkmmmaaatt banget. Belum pernah aku berciuman seperti itu seumur-umur. Aku coba imbangi dengan ikut memainkan lidahku, ternyata lebih nikmat lagi. Pelan- pelan dia tarik kontolku, rupanya dia mengajakku beranjak dari kamar mandi.
Dibimbingnya tongkatku laksana seorang buta dituntun dengan menggandeng tongkatnya. Dia terus menciumku tanpa melepasnya sembari jalan menuju kamarnya yang tak begitu jauh. Sesampai di sana direbahkannya aku, telentang dan dia di atasku. Kini tak sehelai benangpun menutupi tubuhnya, sementara aku masih mengenakan baju dan celana dalam yang sudah mlorot ke paha. Tangan kirinya tak lepas dari kontolku, mengurut-urutnya sampai- sampai aku merasakan hampir bobol pertahanku, karena merasakan sesuatu yang lain dari biasanya. Tangan kanannya mulai membuka kancing-kancing bajuku, sambil mulutnya terus bertengger di mulutku, berperang lidah. Terbuka sudah seluruh tubuhku kecuali cancutku yang kini tengah diplorotin. Dia turun ke arah selangkanganku, membelai-belai kontolku yang kian menegang, terlihat
mengkilat helemnya
dengan setitik cairan bening di
lubangnya.
Tak kusangka, dia mau meloco
kemaluanku. Dijilati bagian
bawah batangku
benar2 enak, sementara
tangannya tak henti-hentinya
mengusap-usap
lembut buah pelirku yang penuh
jembut lebat. Dan,
“aaaaaakkkkkhhhh,
Miiiiiiihhhh” hanya itu yang bisa
kulenguhkan. Kini
dimasukkannya
batangku seluruhnya. Entah
sedalam apa mulutnya kok bisa
menampung
batang kontolku yang lebih dari
12 cm. Istriku kadang suka
mengeluh
sakit kalau buru-buru
kumasukkan basokaku ke
memeknya yang baru mulai
basah. Dia bilang basokaku
gedhe banget. Temenku juga
pernah bilang
begitu waktu kita mandi sama-
sama sehabis berenang: “Ris,
kontolmu gede
amat sih”. Memang kontolku
unik, sebenarnya yang gede
hanya kepalanya,
garis tengahnya sebesar pantat
gelas plastik Aqua, tapi
batangnya ke
pangkal mengecil sampai
sebesar pipa pralon ukuran ?.
Dilumati terus dengan berbagai
teknik yang sulit digambarkan,
aku nggak
tahan juga. Kujambaki rambut si
Mamih sambil melenguh, “Miiiih,
akkkkuuu mmmmaaaauuuu
kelllllluaarrrrr”. “Keluarin
ajahhhh, biar ku
telllleeenn.” Hiiiii, apa nggak jijik
mmmmmiiiiihhh” “Nggggaaaaa,
buat awet mudaaaaa,
pittttttaaaaammmmiiinnn.
Sambil melenguh keras
kusemburkan air mani yang
sudah mendesak-desak dari
tadi, beberapa kali
semburan. Lima-enam kali
semprotan maniku semua
nyembur di dalam mulut
Mamih, tak setetespun keluar.
Kudengar suara menelan,
“Glleeecck
glllekk”. Lalu terus dijilati kepala
kontolku sampai bersih dan
mengkilat lagi. Gellii banget,
kalau habis keluar dipegang
apalagi
dijilati. “Eeeeeeuuuuuhhhhh”
Akupun menggelosor kecapaian.
Plong banget
rasanya dada ini setelah hampir
setengah jam dipacu. Lama juga
permainannya. Kupikir usai
sudah permainan, eeeh nggak
tahunya dia
nggak juga nglepasin kontolku.
Terus saja dijilati, diloco,
dikocok-kocok, sambil dia
membalikkan tubuhnya.
Diarahkannya pantatnya
ke arahku, dia masih di atasku
jadi sekarang wajahku tepat di
bawah
memeknya. Seumur-umur pula
aku belum pernah menjilat
memek, tapi entah
kenapa saat itu dengan serta
merta kupegang pantatnya yang
ternyata
masih padat, kuturunkan sedikit
sehingga memeknya dapat
kuraih dengan
mulut dan lidahku. Kujilati bibir
memeknya, kucucrup itilnya
yang cukup
besar yang sembunyi dibalik
selaput tertutup jembut yang tak
begitu
tebal. Kumakan memeknya
sebisaku, kupraktekkan hasil
dari nonton BF
selama ini. Dan ternyata,
kurasakan memeknya
membanjir meleleh ke ujung
hidungku. Baunya asem-asem
sedep. Ini barangkali yang kata
temen-temen,
bau comberan rasa duren. Aneh
juga seih, kenapa bau yang
mestinya nggak
sedep ini kok tercium sedep
juga, bahkan kini aku semakin
geram
mencucrupi memeknya.
Kutusuk-tusukkan lidahku ke
lubang memeknya yang
makin berlendir. Aku sudah tak
mikirin lagi kontolku lagi diapain
karena saking asiknya bermain
dengan memeknya yang makin
lama makin
mengasyikkan. Tiba-tiba,
kurasakan asin memuncrat ke
lidahku dan
kudengar dia mengerang
seperti kesakitan: “Riiiiiiiisssss,
akkkkkkuuuuuuu???.” Dan
hhheeeeggg memek dan
pantatnya yang besar
menjatuhi mukaku, menutupi
seluruh wajahku membuatku
nggak bisa
bernafas. Ku dorong ke
samping, lantas dia menggeser
badannya dan
berbalik, lalu menciumiku
sertubi-tubi. “Riiissss,
eennnakkkk sekalli,
udah lama Mamih nggak
ngerasain yang begini.” Iya
Mihh, aku juga baru
kali ini ngrasain enaknya diloco,
mau nggak Mamiih ngloco lagi
lain
kali” “Mau dong. Kamu mau
nggak ngrasain sesuatu yang
belum pernah kamu
rasakan selama ngewe” ” Apa
itu Miih?” “Ayo lah, masukin
kontolmu ke
memekku, kamu pasti ketagihan
nanti.”
Dan permainan pun belum juga
usai. Dia telentang
mengangkangkan
kakinya. Kulihat lubang
memeknya yang basah kuyup,
dilap dengan celana
dalamku, dan kini agak kering
lembab. Dituntunnya kontolku
memasuki gua
gelap nan lembab. Bllleeeeeesss,
nggak ada kesulitan karena
sudah
berlendir, dan rudalku juga
sudah mulai ngaceng lagi
setelah diloco
bermenit-menit. Aku memang
merasakan sesuatu yang lain.
Memeknya terasa
bergerigi, seperti ada jonjot-
jonjot di dinding-dindingnya.
Memek
istriku nggak seperti ini rasanya.
Aku bener-bener nggak tahan.
Daripada nyembur sebelum
waktunya, lebih baik kutahan
saja, jadi
kubiarkan kontolku diam dijepit
memeknya yang masih tetap
kencang meski
sudah melahirkan enam kali.
“Miiiih, akkuu nggakkk tahaann.
Memek Mamih
ennnakkk baangeett. Kayaa ada
pasirnyaaa” Dia tersenyum
penuh arti
“Riiiisss, ittu belum seberapa.
Kamu diaaamm saajaa, biiar
kugoyang
yyaahhh”. Benar saja, kontolku
yang ? tegang dikilir kiri kanan
ke atas
ke bawah. Benar2 profesional.
Terkadang kurasakan kontolku
seperti
ditolak, didorong keluar, tapi
belum sempat keluar gua,
kurasakan
kepalanya disedot, keras sekali.
Meskipun aku diam saja, tapi
kontolku
serasa disedot, ditiup, diplintir,
ngilu-ngilu enaaaakkk sekali.
Aku
tak tahan, kugenjot juga
akhirnya, pelan-pelan kutarik,
kubenamkan lagi
maju mundur. Dan sensasi yang
kurasakan semakin tak
terlukiskan
manakala kutarik keluar, tapi
dari dalam memeknya kontolku
disedotnya
habis-habisan. Entah gimana
caranya dia punya memek bisa
seperti
mengulum-ngulum batang dan
kepala kontolku. Inikah yang
disebut empot
ayam?
Makin lama kupompa, rupanya
diapun sedang menikmati
pompaanku, buktinya
kulihat wajahnya merah
meranum dan matanya
meredup-redup. Lalu
tiba-tiba dia goyangkan
pantatnya keras-keras kiri-
kanan-kiri-kanan,
diangkat tinggi-tinggi sambil
melenguh “Riiiisssss, tekeeeen
yaaaaaang
kerrrraaaasssss?.. aaakkuuu
mmmaaaauuuu
keeelluuuaaaar?.. ayyyoooo
kkaaaamu jugaaaa
barreeeennng biiiiaarrr
taaaahhhuuu apppaaa
yaaanggg
mmmmaaaaammmiiih
bilaaaanng taaaadddddiiiiii”.
Kutekankan keras-keras
rudalku, daleeeeem sekali,
sambil kupegang pantatnya,
dua-duanya
kuratik mendekat ke pangkal
kontolku. Serasa kontolku
amblas masuk
memeknya sampai sa peler-
pelernya, daannnn
“Miiiiiihhhhhh akkkkku
kelllluaaarrrrrrrr” “Akkkuuuuuu
juggggaaaa” ?.. sesaat
kurasakan
dinding2 memeknya berdenyut-
denyut keras sekali tapi
berirama, dan pada
saat itu pula aku semburkan isi
pelirnya. Serasa diperas-peras
sampai
pol-polan nggak tersisa
sedikitpun di dalam tandonnya.
Sementara
semprotan maniku sudah
selesai, kontolku masih
merasakan
denyutan-denyutan memeknya.
Hebat benar Mamihku ini. Sudah
keluar juga
masih mendenyut atau mungkin
keluarnya panjang karena
bersamaan dengan
itu lalu kurasakan semburan
hangat ke kepala kontolku yang
masih
tertanam dalam sekali di gua
birahinya.
“uuuuuuuuhhhhhhhhhhhhh
eeehhhhh, uuuuhhhhh” hanya
itu suara yang keluar dari
mulutnya. Matanya
memejam, tapi kedua tangannya
masih mencengkeram pantatku
seolah-olah
aku nggak boleh
mengangkatnya. Lalu kami
berduapun terdiam sejenak.
Diciuminya mukaku, dijilati pipi
dan telingaku, turun ke dagu,
leher
dan putting susuku kiri kanan.
Ooooohh nikmatnya. Baru kali
ini aku merasa
bener-bener puas kontolku.
Sebuah pengalaman baru.
Ternyata makin tua,
perempuan bukan makin tak
enak seperti yang selama ini
terpatri di
benakku dan mungkin juga
benak setiap lelaki, sehingga
khayalannya
hanya ingin mencari dan ngewe
sama perempuan2 muda dan
anak-anak ABG.
Terbukti kini bahwa
pengalaman adalah segala-
galanya. Meski mungkin
memek sudah kendor, longgar
tapi teknik makin canggih, jadi
rasanya
lebih gurih.
Kuciumi pula wajahnya, bibirnya,
dagunya, lehernya dan akhirnya
putting
susunya. “Miiiihhh, gimana sih
rasanya dijepit pakai susu”
“Besok
datang lagi yaa, ntar Mamih jepit
rudalmu. Pantesan si Ita (istriku)
lengket banget sama kamu,
rupanya kontolmu istimewa.
Bagi-bagi terus
sama Mamih ya biar Mamih
panjang umur, makin sayang
sama kamu, sama
anakmu. Nanti Mamih sediain
jamu biar kamu tetep seger,
tambah kuat.
Malem buat Ita, pagi buat
Mamiih yaah” Tingkahnya
macam ABG lagi
pacaran saja, menggeleyot
menuntunku ke kamar mandi.
Akupun dimandiin.
“Miiih, nanti si Ita dikasih
resepnya, biar kelak tuanya
kayak Mamih,
jadi awet muda terus. Tapi akan
aku awasi habis-habisan,
jangan-jangan
mantuku yang ngrasain” “Hussh,
nggak boleh, cukup Mamih saja”
Sampai saat ini hubungan ini
terus berlanjut, dan kehidupan
rumah tanggaku semakin
bahagia.
Bu Limah
Ceritanya terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang-Jakarta Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di panggil Bu Limah. Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi. Bagian Belakang rumah Bu Limah di batasi tembok tinggi yang di biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku berada persis di depannya.
Di rumah itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah. Bu Limah, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Limah. Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun masih terlihat montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya dengan pembawaan yang tenang dan ramah.
Kalau sedang dirumah Bu Limah paling sering memakai daster tipis yang menerawangkan bentuk tubuhnya membuatku selalu mencuri-curi pandang kepadanya. Buah dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di dibungkus BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk.
Suatu hari ketika itu aku masuk siang, jadi agak santai. Setelah membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka agar udara segar dapat masuk. Dari dalam kamar lewat pintu yang terbuka kulihat ibu kost berjalan sambil membawa handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku dan menyapaku.
''Kok belum berangkat? '' Sapanya .
''Iya Bu, hari ini masuk siang''. Jawabku.
''Wah enak dong bisa santai..,'' Kata Bu Limah lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi.
Dari kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya.
Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada sedikit lubang tipis dari cat yang sudah terkelupas, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, ku tempelkan sebelah kelopak mataku pada lubang tipis itu, tampak Bu Limah yang sudah telanjang bulat, badannya yang montok dihiasi dengan kedua payudara besar yang biarpun sudah agak turun tapi tetap menantang, sedangkan pada selangkangannya, kemaluannya yang membukit ditutupi bulu cukup lebat.
Bu Limah menyabuni teteknya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni memeknya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama.
Bu Limah lalu menghentikan kegiatannya lalu berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga memeknya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah.
Bu Limah pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi.
Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi. Ketika Bu Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Limah hingga ahirnya Bu Limah telanjang, tanganku ku remaskan ke buah dadanya.
''Aw, aduh.., apa-apaan nih..,'' Pekik Bu Limah terkejut.
''Aduh Dal, jangan Dal ah...,'' Bu Limah mencoba menghindar.
Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke memeknya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku.
''Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.'' Kata Bu Limah memohon.
''Hhh.., Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.'' Kataku memaksa.
''Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana...?'' Hiba Bu Limah.
''Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.'' Tangkisku.
Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu.
Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar tidak kehilangan momen.
''Ahh.., ssshh..., aahh..., geli Dal, ahh..,'' Bu Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit.
Ku putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah bergantian saling menghisap bibir dan lidah. Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai. Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah celanaku hingga kontolku bebas mengacung. Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain.
Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot. Tangannya mengerumasi rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya. Desahanannya semakin sering terdengar.
''Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,''
Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi memeknya. Ku sibak bulu jembut di permukaan memeknya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan memeknya. Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir memek Bu Limah, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam memek Bu Limah sambil ku pitar-putar. Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Limah menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah kenikmatan.
''Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..''
Begitu bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku.
''Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.'' Kataku sambil berdiri.
''Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,'' Jawab Bu Limah nakal. Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu tetek Bu Limah.
Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap.
Setelah mengunci pintu aku kembali, kontolku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos.
''Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?'' Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah.
''Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.'' Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya.
''Dal kita pindah ke kamar yuk!'' Pinta Bu Limah.
''Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.''
''Ah, kamu ini ada-ada saja.'' Elak Bu Limah sambil membuka kaosku.
Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi memeknya yang semakin basah.
Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya mukanya ke arah kontolku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala kontolku beberapa saat kemudian di masukannya kontolku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benar membuatku di penuhi kenikmatan.
''Ahh, enak Bu..,'' Erangku penuh nafsu.
Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap kontolku.
Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada kontolku.
''Dal, ayo kontolmu masukin, memek Ibu sudah kepengen banget di ewe.'' Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan memeknya yang mumplu.
Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah meraih kontolku lalu di arahkannya ke lubang memeknya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat. Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat. Tubuh Bu Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas
penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap.
Bu Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah duduk di atas selangkanganku setelah kontolku di masukannya ke dalam memeknya. Bu Limah menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti memeknya memilin-milin kontolku. Dari bawah tetek Bu Limah ternyata tampak lebih indah menggantung bergoyang-goyang.
Aku dan Bu Limah kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan kontolku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan. Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar.
''Bu saya mau ke luar..,'' Erangku.
''Ibu juga mau keluar, Dal..,'' Desah Bu Limah.
Aku dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam memek Bu Limah.
Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan.
Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan tetek Bu Limah entah mengapa aku suka sekali dengan tetek Bu Limah itu.
Aku dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas.
Wanita seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu Milah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya.
Gairahku terhadap Bu Milah entah kenapa selalu menyala., maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu Milah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya. Saat Bu Milah sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Limah menolaknya.
''Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.'' Kata Bu Limah.
''Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,'' Sanggahku.
''Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.''
Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan.
Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu Milah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar dari kamarnya. Bu Limah ketika itu memakai baju kurung berkerudung sepertinya Bu Limah mau pergi.
''Mau ke mana Bu?'' Tanyaku mendekatinya.
''Ibu mau ngaji dulu Dal..,'' Jawab Bu Limah.
''..Bu, ayo dong, sudah lama nih..,'' Rujukku.
''Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.''
''Ayo lah Bu sebentar aja..,'' Paksaku sambil ku peluk Bu Limah. Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu limah yang gombrong. Buah dada Bu Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku.
''..Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!'' Rengek Bu Limah akhirnya pasrah.
Ternyata Bu Limah juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas kerudungnyapun kularang.
''Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!'' Pinta Bu limah.
''Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..''. Larangku.
''Ah kamu ini ada-ada saja.''
Sambil terus berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku.
''..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,'' Suara Bu Limah pelan.
Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga kontolku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya kontolku dengan meremas-remasnya.
Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya.
''Dal.., ayo Dal cepet masukin..,'' Pinta Bu Limah.
''Iya Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi panjang yang ada di ruang tamu.
''Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?'' Tanya Bu Limah khawatir.
''Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang'' Aku meyakinkan Bu Limah.
''Dal, Ibu di atas yah..!'' Bu limah meminta posisi di atas.
Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan memeknya ke kontolku. Kontolku di pegangnya agar pas dengan lubang memeknya. Setelah itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga kontolku masuk ke dalam memeknya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya memeknya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat .
Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya.
Biarpun Bu Limah tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu.
Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga aku merasakan kontolku seperti menghujam ke dalam memek Bu Limah, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan.
''Ahhh.., ssshh.., mmhh.., Yaahh..,'' Mulut Bu Limah tak berhenti merintih.
''Ayo Dal, terus tusuk yang dalam memek Ibu.., iyyahh..,'' Katanya di sela-sela rintihannya.
Setelah beberapa saat aku dan Bu Milah saling menggenjot dengan posisi Bu Milah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar.
''Bu saya mau keluar.., Bu..,'' Erangku.
''Ibu juga dal, mau kaluar.., aahh..,'' Balas Bu Limah.
Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Limah bertautan erat saling hisap, hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama.
Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi.
''Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.'' Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi. Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling Basuh.
''Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,'' Kata Bu Limah sambil meremas pelan kontolku yang mulai layu.
Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah.
Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.
''Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.'' Kata Bu Limah.
''Iya Bu''. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng ku remas pantat Bu Milah yang bergoyang-goyang dari belakang, Bu Limah hanya mendelik manja.
''..ah nakal kamu Dal, belum puas yah..?''
''Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.''
Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur siang.
Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape. Ketika aku mau kembali ke kamar kudengar telepon Bu Limah berdering yang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati.
Esoknya, kira-kira jam setengah tujuh pagi, aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu Milah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku terus tertuju ke Bu milah, pikirku, kalau nggak sekarang menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari deh, soalnya cucu Bu Limah kalau datang bisa berhari-hari, dan acara mandi pagi pun ku percepat. Setelah selesai mandi, aku segera masuk kembali ke dalam kamarku lalu memakai kaos dan celana pendek biar praktis. Aku lalu ke luar dari kamarku sambil mengendap-ngendap mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu Milah langsung ku susupkan kepalaku ke bawah pantat Bu Milah setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat , ternyata Bu Milah tidak memakai celana dalam, dan belahan pantat Bu Milah pun ku ciumi penuh nafsu.
''Aw!.., apaan nih..!'' Teriak Bu Limah terkaget-kaget merasakan sesuatu pada pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali.
''Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan''. Rutuknya, sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya.
Ku ciumi sekeliling pantat Bu Milah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu milah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih teteknya yang menggantung yang juga tidak tertutup BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu Milah sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran.
''Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.'' Kata Bu Milah.
''Koq Ibu tahu..?.'' Tanyaku dari balik dasternya.
''Kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal, bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,'' Jawab Bu Milah sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti.
''Iya Bu, nasib-nasib.., '' Sesalku.
Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku itu.
Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia melebarkan kedua kakinya agar mengangkang, lalu ku geser tubuhku semakin kedalam dan ku balikan badanku dengan wajah menghadap keatas persis di bawah memek Bu Limah. Memek Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, lubang memeknya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu Milah pun mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah Bu Milah pun mulai naik.
''Dal berhenti sebentar, Dal'' Pintanya.
Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi memeknya. Memek Bu Limah pun kembali ku jelajahi dengan rakus.
Tak lama berselang, kurasakan tubuh Bu Limah yang kini setengah berbaring dengan kepala menggeletak di atas meja, mengejang, satu tangannya menekan kepalaku membuatnya tersuruk kian dalam ke memeknya disertai dengan lenguhan panjang. Setelah itu perlahan-lahan gerakan tubuh Bi Limah pun melemah, kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat.
Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada memek Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu Milah masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu, buah dada Bu Milah dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas.
Setelah merasa pulih, Bu Milah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu Milah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua teteknya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Limah saling berpagutan dan bertukar lidah.
Bu Limah Lalu jongkok, di tariknya celana pendekku hingga kontolko yang sudah keras itu mengacung. Dipermainkannya kontolku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil di hisap-hisapnya.
Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama permainan, dengan menyingsingkan dasternya, Bu Milah lalu membaringkan tubuhnya diatas meja dengan satu kaki tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang sejajar tepian meja, menampilkan pemandangan erotis pada memeknya. Terlihat memeknya sedikit mendongak. Segera kuarahkan kontolku ke belahan memek Bu Limah, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu Milah terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup. Aku dan Bu Limah lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pandak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu kuarahkan kontolku ke memek Bu Limah yang tampak merekah itu dan ku tusukan hingga dasar memek Bu Limah.
Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, ku setubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Limah dan kedua kaki Bu Limah melingkar di pinggangku. Setelah beberapa kali hentakan keras, a khirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam memek Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri pergulatan dengan puas.
Setelah itu aku dan Bu Limah segera bangkit karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Limah datang, dan benar saja tak lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Limah datang.
Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah yang tidak dapat tersalurkan. Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu Milah.
''Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih..,'' Rengekku pelan pada Bu Limah.
''Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.'' Jawab Bu Limah.
''Tuh Ibu juga sudah kepengen kan, ayolah Bu, sebentar saja.'' Desakku.
''Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..''
''Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.''
''Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?'' Kata Bu Limah Khawatir.
''Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.''
''Habis dimana?, di kamarmu?'' Tanya Bu Limah lagi.
''Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.'' Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang kalau malam gelap gulita.
''Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.'' Jawab Bu Milah setuju.
Saat Bu Limah berlalu, setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Limah sepi, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya. Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi.
Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera kuintip dari celah jendela, seperti yang ku harapkan, terlihat memang Bu Milah yang keluar. Segera aku bangun dan keluar.
Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu Milah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati.
Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu Milah ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel memeknya yang ternyata tidak bercelana dalam. Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan pelan sebelum menjamah memeknya. Memek Bu Limah yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan memek Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu limah segera menyongsong kontolku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang kontolku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku.
Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku dan Bu Limah tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan Bu limah bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar. Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan kontolku ke memek Bu Milah. Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan kontolku tubuh Bu Limah sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Limah. Aku dan Bu Limah terus bergerak untuk saling berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara angkat dan kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu Milah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini.
Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat.
Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat, pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan kontolku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga memek Bu Limah. Tubuh Bu Limah setengah ku gendong saat itu dengan kedua tanganku mencengkram pantat Bu Limah sekaligus menahan tubuh Bu Milah.
Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan tubuh tetap berpelukan menikmati sisa-sisa gairah dan nafas yang saling menderu.
''Ternyata enak juga ya Dal bersetubuh begini.'' Bu Limah berbisik pelan di telingaku.
''Iya Bu.'' Jawabku singkat.
Kontolku yang mulai menciut pun terlepas dengan sendirinya ketika ku renggangkan tubuhku untuk memberi ruang kepada Bu Limah.
''Besok malam gimana Bu?'' Tanyaku.
''Gimanan besok aja deh Dal, kita cari cara yang lain, udah yah Ibu mau masuk'' Jawab Bu Limah.
''Sebentar Bu..,'' Cegahku sambil membuka lagi belahan daster bagian dada Bu Limah yang belum sempat di kancingkan lalu ku ciumi lagi buah dada Bu Limah yang besar itu seperti tak ada bosannya.
''Iihh.., kamu ini nggak ada puasnya ya..,''. Sahut Bu Limah manja.
Tak berapa lama sosoran ku kusudahi, dan Bu Limah lalu berjalan menuju pintu aku mengikutinya dengan memeluknya dari belakang, sambil berjalan ku ciumi tengkuk Bu Limah dan tanganku ku meremas-remas payudaranya. Setelah meremas kontolku Bu Limah pun masuk ke dalam rumah.
Hubungan persetubuhanku dengan Bu Limah terus terjadi dan kian lama ku rasakan kian hot saja hingga kalau tidak halangan bisa tiap hari aku dan Bu Limah bersetubuh dengan gaya yang liar. Pergumulan penuh nafsuku dengan Bu Limah itu terus berlangsung dengan aman sampai aku lulus dan diwisuda dan berlanjut saat aku mulai kerja karena aku tetap kost/tinggal di rumah Bu Limah.
Bahkan hingga akhirnya aku menikah dan pindah rumah pun sesekali aku tetap menyambangi Bu Limah untuk bercinta dengan Bu Limah, entah kenapa aku tak pernah bosan untuk menyetubuhi Bu Limah, dan sebaliknya Bu Limah pun dengan menggebu-gebu tetap melayaniku bersenggama.
Rabu, 09 Desember 2015
Bu Tus Dan Anaknya Aminah
Aku bekerja di perusahaan kontraktor swasta di daerah Indramayu yang mempunyai sekitar 20 pegawai dan 3 orang diantaranya adalah wanita. Pada umumnya pegawai-pegawai itu datang dari desa sekitar perusahaan ini berada dan rata-rata pegawai prianya sudah bekerja di perusahaan ini sekitar 15 tahunan lebih, sedangkan aku diperbantukan dari kantor pusat di Jakarta dan baru sekitar 1 tahun di kantor cabang ini sebagai kepala personalia merangkap kepala keuangan. Karena pindahan dari kantor pusat, maka aku dapat tinggal di rumah yang disewa oleh perusahaan. Istriku tidak ikut tinggal di sini, karena dia juga kerja di Jakarta, jadi kalau tidak aku yang ke Jakarta setiap Jum'at sore dan kembali hari Minggu sore atau istriku yang datang.
Hubungan antar para pekerja begitu akrab, sehingga beberapa diantara mereka ada yang sudah menganggap aku sebagai saudara atau anaknya saja. Dalam situasi seperti sekarang ini, perusahaan dimana aku bekerja juga mengalami krisis yang cukup serius dan jasa pekerjaan yang kami terima dari perusahaan kilang minyak dan perusahaan lainnya juga semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan pimpinanku memerintahkan untuk mengurangi beberapa orang pegawainya dan ini harus kulaksanakan dalam waktu sebulan ini. Setelah kupilah-pilah dari 20 orang pegawai itu, lalu aku mengambil 5 orang pegawai yang paling tua dan yang dalam 1 atau 2 tahun ini akan mencapai usia 55 tahun, lalu aku menyuruh sekretaris kantor yang bernama Sri (samaran) dan juga dari penduduk di sekitar perusahaan untuk mengetik draft surat-surat yang sudah kupersiapkan dan rencanaku dalam 2 minggu ini masing-masing pegawai akan kupanggil satu persatu untuk keberikan penjelasan sekaligus memberikan golden shake hand pesangon yang cukup besar. Sri adalah salah satu diantara 3 pekerja wanita di sini dan umur mereka bertiga sekitar 30 tahunan. Sri, menurut teman-teman kerjanya adalah seorang pegawai yang agak sombong, entah apa yang disombongkan atau mungkin karena merasa yang paling cantik diantara ke 2 wanita lainnya.
Padahal kalau aku bandingkan dengan pekerja wanita di kantor pusat Jakarta, belum ada apa-apanya. Suaminya Sri menurut mereka itu sudah setahun ini bekerja di Arab sebagai TKI. Di hari Jum'at sore, sewaktu aku besiap siap akan pulang, tiba-tiba muncul salah seorang pegawai yang biasa kupanggil Pak Tus datang menghadap ke ruangan kantorku.
"Ada apa Pak Tus", tanyaku.
"Ini..., Pak..., kalau Bapak ada waktu, besok saya ingin mengajak Bapak untuk melihat kebun buah-buahan di daerah pegunungan sekitar Kuningan dan peninggalan orang tua saya, siapa tahu Bapak tertarik untuk membelinya". Setelah kipikir sejenak dan sekaligus untuk menyenangkan hatinya karena Pak Tus ini adalah salah satu dari pegawai yang akan terkena PHK, segera saja permintaannya kusetujui.
"Oke..., Pak Tus, boleh deh, kebetulan saya tidak punya acara di hari Sabtu dan Minggu ini..., kita pulang hari atau nginap Pak...?”
"Kalau Bapak nggak keberatan..., kita nginap semalam di gubuk kami..., Pak.., dan kalau Bapak tidak berkeberatan, saya akan membawa Istri, anak dan cucu saya, Biar agak ramai sekaligus untuk masak.., karena tempatnya agak jauh dari warung", jawab Pak Tus dengan wajah berseri.
"Yapi..., Pak..., saya tidak punya kendaraan.., lanjut Pak Tus dengan wajah agak sedih".
"Pak..., Tus..., soal kendaraan jangan terlalu di pikir, kita pakai Kijang saya saja.., dan Pak Tus boleh membawa semua keluarganya, asal mau berdesak-desakan di Kijang dan besok jam 10 pagi akan saya jemput ke rumah Pak Tus", sahutku dan Pak Tus dengan wajah berseri kembali lalu mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang.
Besok paginya sekitar jam 10 pagi aku menjemput ke rumah Pak Tus yang boleh dibilang rumah sangat sederhana. Di depan rumahnya aku disambut oleh Pak Tus dan Istrinya. Aku agak terkejut, karena Isrinya kelihatan jauh lebih tua dari yang kuduga. Dia kutaksir berumur sekitar 55 tahunan dan walau tinggal di kampung tapi sepertinya tidak ketinggalan jaman. Istri Pak Tus mengenakan rok dan baju agak ketat tanpa lengan serta ukuran dadanya sekitar 36C.
"silakan masuk..., Pak...", katanya hampir serentak,
"Ma'af Pak..., rumahnya jelek", sambung Pak Tus.
"Ah, Bapak dan Ibu.., bisa saja, Oh iya..., anak dan cucu nya apa jadi ikut?", sahutku sambil bertanya karena aku tidak melihat mereka.
"Oh..., si Aminah (mana disamarkan) sedang di belakang menyiapkan barang-barang bawaannya dan cucu saya tidak mau pisah dari ibunya", sahut Pak Tus. Tidak lama kemudian dari belakang muncul wanita muda yang tidak bisa dibilang jelek dengan tinggi sekitar 160 Cm serta memakai T shirt ketat sedang menggendong anak laki-laki dan tangan satunya menjinjing tas agak besar, mungkin berisi pakaian.
"Pak..", kata Pak Tus, yang membuatku agak kaget karena aku sempat terpesona dengan body Aminah yang yang aduhai serta berjalan dengan dada yang menantang walau ukuran dadanya boleh dibilang tidak besar.
"Paak..., ini kenalkan anak perempuan saya..., Aminah dan ini cucu saya Dodi". Kusambut uluran tangan Aminah serta kujabat tangannya yang terasa agak dingin dan setelah itu kucubit pipi Dodi.
"Ayo..., Pak...", ajak Pak Tus,
"Kita semua sudah siap dan bisa berangkat sekarang".
"Lho..., apa bapaknya Dodi tidak ikut..., Pak?,” tanyaku dan kulihat Pak Tus saling berpandangan dengan Istrinya, tapi yang menyahut malah Aminah.
"Enggak kok..., Pak..., dia lagi pergi jauh".
"Ayo..., lah kalau begitu..., kita bisa berangkat sekarang.., Pak", kataku walau aku masih ada tanda tanya besar dalam hatiku soal suami Aminah.
Sesampainya tempat yang dituju, aku jadi terkagum-kagum dengan kebun yang dimiliki Pak Tus yang cukup luas dan tertata rapi serta seluruhnya ditanami pohon buah-buahan, bahkan banyak yang sedang berbuah. Rumah yang boleh dibilang tidak besar, terletak di bagian belakang kebun itu. .
"Ayo..., Pak, kita beristirahat dulu di gubuk, nanti setelah itu kita bisa keliling kebun melihat pohon-pohon yang ada", kata bu Tus dan disambut dengan sahutan Pak Tus.
"Iyaa..., Pak..., silakan istirahat ke rumah dulu, biar Istri saya menyiapkan minum buat Bapak, sedang saya mau ketemu dengan yang menjaga kebun ini.” Lalu aku dan Bu Tus berjalan beriringan menuju rumahnya dan sepanjang perjalanan menuju rumah kupuji kalau kebunnya cukup luas serta terawat sangat baik.
"Aahh..., Bapak..., jangan terlalu memuji..., kebun begini.., kok dibilang bagus.., tapi inilah kekayaan kami satu-satunya dan peninggalan mertua", kata bu Tus yang selalu murah senyum itu. Ketika mendekati rumah, Bu Tus lalu berkata,
"silakan Pak..., masuk", dan aku segera katakan,
"silakan..., sambil bergeser sedikit untuk memberi jalan pada bu Tus.
Entah mengapa, kami berdua berjalan bersama masuk pintu rumah sehingga secara tidak sengaja tangan kiriku telah menyenggol bagian dada bu Tus yang menonjol dan kurasakan empuk sekali. Sambil kupandangi wajah bu Tus yang kelihatan memerah, segera kukatakan.
"Maaf..., bu..., saya tidak sengaja", Bu Tus tidak segera menjawab permintaan maafku, aku jadi merasa agak nggak enak dan takut dia marah, sehingga kuulangi lagi.
"Benar..., buu..., saya tidak sengaja...".
"Aahh.., Pak Pur.., saya nggak apa apa kok..., hanya..., agak kaget saja, lupakan.., Pak..., cuma gitu saja..., kok", kata bu Tus sambil tersenyum.
"Oh iya..., Bapak mau minum apa", tanya bu Tus.
"Terserah Ibu saja deh".
"Lhoo..., kok terserah saya..?".
"Air putih juga boleh kok bu".
Setelah bu Tus ke belakang, aku lalu duduk di ruang tamu sambil memperhatikan ruangan nya model rumah kuno tetapi terawat dengan baik. Tidak terlalu lama, kulihat bu Tus yang telah mengganti bajunya dengan baju terusan seperti baju untuk tidur yang longgar berjalan dari belakang sambil membawa baki berisi segelas teh dan sesampainya di meja tamu dimana aku duduk, bu Tus meletakkan gelas minuman untukku sambil sedikit membungkuk, sehingga dengan jelas terlihat dua gundukan besar yang menggantung didadanya yang tertutup BH dan bagian dalam badannya, membuat mataku sedikit melotot memperhatikannya.
"Iihh..., matanya Pak Puur..., kok..., nakal.., yaa", katanya sambil menyapukan tangannya dimukaku serta tersenyum.
Aku jadi agak malu dikatakan begitu dan untuk menutupi rasa maluku, aku jawab saja sambil agak bergurau.
"Habiis..., bu Tus berdirinya begitu..., sih. “
"Aahh..., bapak ini..., kok sepertinya..., belum pernah melihat seperti itu saja", sahut bu Tus yang masih berdiri di dekatku dan mencubit tanganku.
"Betul kok..., buu..., saya belum pernah melihat yang seperti itu, jadi boleh kan buu..., saya lihat lagi..?".
"aahh..., bapak..", kembali mencubitku tetapi sekarang di pipiku sambil terus berjalan ke belakang.
Setelah minuman kuhabiskan, aku lalu balik keluar menuju ke kebun dan ngobrol dengan pak Tus yang sedang membersihkan daun-daun yang berserakan. Selang berapa lama, kulihat bu Tus datang dari dalam rumah sambil membawa gulungan tikar dan setelah dekat lalu menggelar tikarnya di kebun sambil berkata kepada suaminya. "Paak..., kita ajak Pak Pur makan siang disini saja..., yaa", dan pak Tus tidak menjawab pertanyaan istrinya tetapi bertanya kepadaku.
"Nggak..., apa-apa..., kan.., paak.., makan di kebun..? Biar tambah nikmat".
"Nggak apa apa kok.., paak", jawabku.
Tidak lama kemudian dari arah rumah tetangganya, kulihat Aminah yang sudah mengganti bajunya dengan baju terusan yang longgar seperti ibunya datang membawa makanan dan sambil membungkuk meletakkan makanan itu di tikar dan aku yang sedang duduk di tikar itu kembali melihat buah yang menggantung di dada, dan sekarang dadanya Aminah. Kelihatan sekali kalau Aminah tidak mengenakan BH dan ukurannya tidak besar. Aminah tidak sadar kalau aku sedang memperhatikan buah dadanya dari celah bajunya pada saat menaruh dan menyusun makanan di tikar. Setelah Aminah pergi, sekarang datang Ibunya sambil membawa makanan lainnya dan ketika dia membungkuk menaruh makanan, kembali aku disungguhi pemandangan yang sama dan sekarang agak lama karena makanan yang disusun oleh Aminah, disusun kembali oleh bu Tus. Tidak kuduga, tiba-tiba bu Tus sambil tetap menyusun makanan lalu berkata agak berbisik, mungkin takut didengar oleh suaminya yang tetap masih bekerja membersihkan daun-daun tidak jauh dari tempatku duduk.
"Paak..., sudah puas melihatnyaa..?" . Lalu kudekatkan wajahku sambil membantu menyusun makanan dan kukatakan pelan,
"Beluum..., buu..., saya kepingin memegangnya dan menghisapnyaa". Bu Tus langsung mencubitkan tangannya di pahaku sambil berkata pelan,
"Awas..., yaa..., nanti saya gigit punya bapak.., baru tahu", sambil terus berjalan.
Sekarang muncul lagi Aminah dan kembali meletakkan makanan sambil membungkuk dan kembali terlihat buah dadanya dan kepingin rasanya kupegang. Rupanya Aminah tahu kalau aku sedang memperhatikan dadanya, lalu dia berbisik.
"Paakk..., matanya kok nakal..., yaa...", tapi tanpa menutupnya dan langsung saja kujawab,
"aam..., habis bagus siih..., pingin pegang...,boleh apa nggak?", Aminah hanya tersenyum sambil mencubit tanganku lalu pergi. Setelah itu kami berempat makan di tikar dan nikmat sekali rasanya makan di kebun dan setelah selesai makan, Aminah pamit untuk memberi makan anaknya di rumah bibinya. Ketika kutanyakan ke Pak Tus, kemana suaminya Aminah segera Pak Tus menceritakan keluarganya., bahwa Istri Pak Tus ini adalah adik kandung dari Istri pertamanya yang sudah meninggal dan Aminah adalah anak satu-satunya dari istri pertamanya. Sedang Aminah sudah bercerai dari suaminya pada saat Aminah hamil, suaminya meninggalkan begitu saja karena kawin dengan wanita lain. Tidak terasa kami ngobrol di kebun cukup lama dan mungkin karena hawanya agak dingin dan anginnya agak keras, aku merasa seperti sedang masuk angin.
Sementara Pak Tus dan istrinya membereskan sisa makan siang, aku memukul-mukul perutku untuk membuktikan apa benar aku sedang masuk angin dan ternyata benar. Perbuatanku memukul perut rupanya diketahui oleh Pak Tus dan istrinya.
"Kenapa paak..", tanya mereka hampir serentak.
"Nggak apa apa kok..., cuman masuk angin sedikit".
"Paak..., masuk angin kok..., dibilang nggak apa apa..", jawab Pak Tus
"Apa bapak biasa dikerokin", lanjutnya.
"Suka juga sih paak", jawabku.
"Buu..., biar saya yang beresin ini semua..., itu tolong kerokin dan pijetin Pak Puur, biar masuk anginnya hilang", kata Pak Tus.
"Oh..., iya.., Buu", lanjut Pak Tus,
"Habis ini saya mau mancing ikan di kali belakang, siapa tahu dapat ikan untuk makan malam nanti...".
"Pak Tuus..., nanti kalau masuk angin saya hilang, saya mau ikut mancing juga", kataku.
"Ayoo..., pak Puurr.., kita ke rumah..., biar saya kerokin di sana..., kalau di sini nanti malah bisa sakit beneran. Sesampainya di dalam rumah lalu bu Tus berkata,
"Paak..., silakan bapak ke kamar sini saja", sambil menunjuk salah satu kamar, dan "Saya ke belakang sebentar untuk mengambil uang untuk kerokannya". Tidak lama kemudian bu Tus muncul ke dalam kamar dan menutup pintunya dan menguncinya.
"Paak..., kerokannya di tempat tidur saja yaa..., dan tolong buka kaosnya". Setelah beberapa tempat di punggungku dikerokin, bu Tus berkomentar.
"Paakk..., rupanya bapak masuk angin beneran..., sampai merah semua badan bapak".
Setelah hampir seluruh punggungku dikerokin dan dipijitin, lalu bu Tus memintaku untuk tidur telentang.
"Paak..., sekarang tiduran telentang..., deh..., biar bisa saya pijitin agar angin yang di dada dan perut bisa keluar juga.”
Kuturuti permintaannya dan bu Tus naik ke tempat tidur di samping kiriku dan mulai memijit kedua bahuku. Dengan posisi memijit seperti ini, tentu saja kedua payudara bu Tus terlihat sangat jelas dan bahkan seringkali menyentuh wajahku sehingga mau tak mau membuat kontolku menjadi ngaceng. Karena sudah tidak kuat menahan diri, kuberanikan untuk memegang kedua susunya dan bu Tus hanya berkata pelan.
"Jangaan..., paak...,” sambil tetap memijit bahuku.
"Kenapa buu...", tanyaku sambil melepas pegangan di payudaranya.
"Nggak..., apa apa kok..., paak", jawabnya pelan sambil tersenyum. Karena tidak ada kata-kata lainnya, maka kuberanikan lagi untuk menyelusupkan tangan kiriku ke dalam bajunya bagian bawah serta kupegang tempeknya dan kembali terdengar suara bu Tus.
"Paakk..., sshh..., jangaan..., aahh...", dan badannya dijatuhkan ke badanku serta bibirnya bertemu dengan bibirku
Dengan tidak sabar, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kulepaskan dari kepalanya sehingga badannya telanjang hanya tertutup oleh BH dan CD saja, lalu segera badannya kubalik sehingga aku sekarang ada di atas badannya dan segera kaitan BH-nya kulepas sehingga tersembul susunya yang besar. Kujilati dan kuhisap kedua susunya bergantian dan bu Tus hanya berdesah pelan.
"sshh..., aahh..., paak..., sshh...,” dan tangan kiriku kugunakan untuk melepas CD-nya dan kumasukkan jariku diantara belahan tempeknya yang sudah basah dan ini mungkin membuat bu Tus semakin keenakan dan terus mendesah.
"sshh..., aduuhh..., paakk..., sshh..., aahh".
Sambil tetap Kujilati susunya, sekarang kugunakan tanganku untuk melepas celana panjang dan CD-ku dan setelah berhasil, kembali kugunakan jari tanganku untuk mempermainkan tempeknya dan kembali kudengar desahannya.
"sshh..., aahh..., paak..., sshh..., ayoo.., paak", dan kurasakan bu Tus telah membukakan kedua kakinya agak lebar. Walau tidak bilang kurasa bu Tus sudah tidak tahan lagi, maka segera saja kuarahkan kontolku ke arah tempeknya dan kedua tangannya telah melingkar erat di punggungku. Belum sempat aku siap-siap, "Bleess...", kontolku masuk ke dalam tempeknya akibat bu Tus menekan kuat-kuat punggungku dan bu Tus berteriak agak keras,
"aahh..", sehingga terpaksa mulutnya segera kusumpal dengan bibirku agar teriakannya tidak terdengar sampai keluar kamar. Sambil kujilati susunya, aku menggerakkan pantatku naik turun sehingga penisku keluar masuk tempeknya dan menimbulkan bunyi. "prreett..., prreett..., prreett", dan dari mulut bu Tus terdengar desahan yang agak keras,
"Aahh..., sshh..., paak..., aahh..", dan tidak lama kemudian bu Tus semakin cepat menggerakkan pinggulnya dan tiba-tiba kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat di punggungku sehingga mempersulit gerakan keluar masuk kontolku dan terdengar suaranya yang agak keras,
"aaduuhh.., sshh..., aahh..., aaduuhh..., paakk..., aarrhh..,” sambil menekan kuat-kuat badanku lalu bu Tus terdiam, dengan nafas yang cepat.
Untuk sementara, kudiamkan dulu sambil menunggu nafas bu Tus agak normal kembali dan tidak lama kemudian, sambil menciumi wajahku, bu Tus berkata.
"Paakk..., sudah lamaa..., saya..., tidak pernah seperti ini..., terima kasih..., paak". Setelah nafasnya kembali normal dan kontolku masih tetap di dalam tempeknya, lalu kuminta bu Tus untuk menungging.
"Paak..., saya belum pernah seperti itu", katanya pelan.
"Nggak apa-apa kok buu..., nanti juga bisa", kataku sambil mencabut kontolku dari tempeknya yang sangat basah. Kubalik badannya dan kuatur kakinya sehingga posisinya nungging, bu Tus hanya mengikuti kemauanku dan menaruh kepalanya di bantal. Lalu kudekatkan wajahku di dekat vaginanya dan kujulurkan lidahku ke dalam lubang tempeknya dan kupermainkan, sambil kupegang kedua bibir tempeknya, bu Tus hanya menggerakkan pantatnya pelan-pelan. Tetapi setelah bu Tus memalingkan kepalanya dan menengok ke arah bawah serta tahu apa yang kuperbuat, tiba-tiba bu Tus menjatuhkan badannya serta berkata agak keras,
"Paakk..., jangaan", sambil berusaha menarik badanku ke atas.
Terpaksa kudekati dia dan sambil kucium bibirnya yang mula-mula ditolaknya, lalu kutanya,
"Kenapa..., buu..?”
"Paakk..., jangaan..., itu kan kotoor..", Sambil agak berbisik, segera kutanyakan.
"Buu..., apa ibu belum pernah..., dijilati seperti tadi..?".
"Beluum.., pernah paak..", katanya.
"Buu..., nggak apa-apa.., kok..., coba deh..., pasti nanti ibu akan nikmat..", sambil kutelentangkan dan kutelisuri badannya dengan jilatan lidahku. Sesampainya di tempeknya, kulihat tangan bu Tus digunakan untuk menutupi tempeknya, tapi dengan pelan-pelan berhasil kupindahkan tangannya dan segera kuhisap itilnya yang membuat bu Tus menggelinjang dan mendesah.
"Paakk..., jangaann..., aahh..., aduuhh", tapi kedua tangannya malah diremaskan di kepalaku dan menekannya ke tempeknya. Kelihatannya bu Tus sudah tahu nikmat tempeknya dihisap dan dijilati, sehingga sekarang semakin sering kepalaku ditekan ke tempeknya disertai desahan-desahan halus,
"aahh..., sshh..., aahh..., aaccrrhh", seraya menggerak-gerakkan pinggulnya.
Jilatan serta hisapanku ke seluruh tempek bu Tus membuat gerakan pinggulnya semakin cepat dan remasan tangannya di rambutku semakin kuat dan tidak lama kemudian, lagi-lagi kedua kakinya dilingkarkan ke bahuku dan menjepitnya kuat-kuat disertai dengan desahan yang cukup keras
"aahh..., aaduuh..., sshh..., aaccrrhh..., paakk..., adduuhh..., aacrrhh. Kulihat bu Tus terdiam lagi dengan nafasnya yang terengah-engah sambil mencoba menarik badanku ke atas dan kuikuti tarikannya itu, sesampainya kepalaku di dekat kepalanya, bu Tus sambil masih terengah-engah mengatakan, .
"Paakk..., enaak..., sekalii..., paak..,. terima kasiih..". Pernyataannya itu tidak kutangapi tetapi aku berusaha memasukkan kontolku ke dalam tempeknya, dan karena kakinya masih terbuka, maka kontolku yang masih sangat tegang itu dapat masuk dengan mudah. Karena nafas bu Tus masih belum normal kembali, aku hanya menciumi wajahnya dan diam menunggu tanpa menggerakkan pinggulku, tetapi dalam keadaan diam seperti ini, terasa sekali kontolku terhisap keras oleh tempeknya dan terasa sangat nikmat dan kubilang,
"Buu..., ituu..., Buu..., enaakk..., laggii..., buu", dan mungkin ingin membuatku keenakan, kurasakan sedotannya semakin keras saja dan,
"Buu..., teruuss..., buu..., enaakk.., aaduuh". Setelah nafasnya kembali normal, lalu kuangkat kedua kaki bu Tus dan kutempatkan di atas bahuku dan bu Tus hanya diam saja mengikuti kemauanku.
Dengan posisi begini, terasa kontolku semakin dalam menusuk ke tempeknya dan ketika penisku kuhentakkan keluar masuk tempeknya, bu Tus kembali berdesah,
"Aahh..., Paakk..., enaakk..., Paakk..., aahh..., sshh", dan akupun yang sudah hampir mendekati klimaks ikut berdesah,
"aahh..., sshh..., aaccrrhh..., Buu.., aahh", sambil mempercepat gerakan penisku keluar masuk tempeknya dan ketika aku sudah tidak dapat menahan air pejuhku segera saja kukatakan,
"Buu..., Buu..., saayaa..., sudah mau keluar..., aahh..., taahaan..., yaa..., Buu..", dan bu Tus sambil memelukku kuat-kuat, menganggapinya dengan mengatakan,
"Paakk..., ayoo..., cepaatt..., Paakk...", dan kutekan kontolku kuat-kuat menusuk tempeknya sambil berteriak agak keras,
"aahh..., aacrrhh..., bbuu..., aahh..", Aku sudah tidak memperhatikan lagi apa yang diteriakkan bu Tus dan yang aku dengar dengan nafasnya yang terengah-engah bu Tus menciumi wajahku sambil berkata,
"Teriimaa..., kasiih..., paakk..., saayyaa..., capeek..., sekali.., paakk". Setelah istirahat sebentar dan nafas kami kembali agak normal, bu Tus mengambil CD-nya dan dibersihkannya penisku dengan hati-hati. Aku segera mengenakan pakaianku dan keluar menuju sungai untuk menemani pak Tus memancing.
"Sudah dapat berapa Paak ikannya..", tanyaku setelah dekat.
"ooh..., bapaak..., sudah tidak masuk angin lagi..., paak..?", dan lanjutnya,
"Lumayan paak.., sudah dapat beberapa ekor dan bisa kita bakar nanti malam.”
Malam harinya setelah makan dengan ikan bakar hasil pancingannya pak Tus, kami berempat hanya ngobrol di dalam rumah dan suasananya betul-betul sepi karena tidak ada TV ataupun radio, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil dan walaupun sudah di dalam rumah tetapi hawanya terasa dingin sekali, maklum saja karena kebun pak Tus berada di kaki bukit. Sambil ngobrol kutanyakan pada Aminah,
"Aam..., ke mana anaknya..? Kok dari tadi tidak kelihatan"
"oohh..., sudah tidur paak", katanya.
Karena suasana yang sepi ini, membuat orang jadi cepat ngantuk dan benar saja tidak lama kemudian Aminah pamit mau tidur duluan. Sebetulnya aku juga sudah mengantuk demikian juga kulihat mata bu Tus sudah layu, tetapi karena pak Tus masih bersemangat untuk ngobrol maka obrolan kami lanjutkan bertiga. Tidak lama kemudian, bu Tus juga pamit untuk tidur duluan dan mungkin pak Tus melihatku menguap beberapa kali, lalu pak Tus berkata padaku,
"Paak..., lebih baik kita juga nyusul tidur".
"Betul..., paak, karena hawanya dingin membuat orang cepat mengantuk", jawabku.
"ooh..., iyaa..., paak.., silakan bapak tidur di kamar yang sebelah depan", kata pak Tus sambil menunjuk arah kamar dan lanjutnya lagi,
"Maaf..., yaa.., paakk.., rumahnya kecil dan kotor lagi".
"aahh..., pak Tus..., ini selalu begitu",jawabku.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar depan yang ditunjuk oleh pak Tus. Tetapi setelah masuk ke kamar yang ditunjuk oleh pak Tus, aku jadi sangat terkejut karena di kamar itu telah ada penghuninya yang telah tidur terlebih dahulu yaitu Aminah dan anaknya. Karena takut salah kamar, aku segera keluar kembali untuk menanyakan kepada pak Tus yang kebetulan baru datang dari arah belakang rumah, lalu segera kutanyakan,
"Maaf..., paak..., apa saya tidak masuk kamar yang salah?", kataku sambil menunjuk kamar dan pak Tus langsung saja menjawab,
"Betuul..., paak..., dan maaf kalau Aminah dan anaknya tidur di situ..., habis kamarnya hanya dua..., mudah-mudahan mereka tidak mengganggu tidur bapak", kata pak Tus.
"ooh..., ya sudah kalau begitu paak..., saya hanya takut salah masuk kamar..., oke kalau begitu paak..., selamat malaam".
Aku segera kembali masuk ke kamar dan menguncinya.
Dalam kamar ini mempunyai hanya satu tempat tidur yang lebar dan Aminah serta anaknya tidur disalah satu sisi, tetapi anaknya ditaruh di sebelah pinggir tempat tidur dan dijaga dengan sebuah bantal agar supaya tidak jatuh.
Setelah aku ganti pakaianku dengan sarung dan kaos oblong, pelan-pelan aku menaiki tempat tidur agar keduanya tidak terganggu dan aku mencoba memejamkan mataku agar cepat tidur dan tidak mempunyai pikiran macam-macam, apalagi badanku terasa lelah sekali. Baru saja aku akan terlelap, aku terjaga dan kaget karena dadaku tertimpa tangan Aminah yang merubah posisi tidurnya menjadi telentang. Aku jadi penasaran, ini sengaja apa kebetulan tetapi setelah kulirik ternyata nafas Aminah sangat teratur sehingga aku yakin kalau Aminah memang telah tidur lelap, tetapi kantukku menjadi hilang melihat cara Aminah tidur. Mungkin sewaktu tidur tadi dia lupa mengancingkan rok atasnya sehingga agak tersingkap dan belahan dada yang putih terlihat jelas dan rok bawahnya tersingkap sebagian, hingga pahanya yang mulus itu terlihat jelas. Hal ini membuat kantukku hilang sama sekali dan membuat kontolku menjadi tegang. Kepingin rasanya memegang badannya, tetapi aku takut kalau dia berteriak dan akan membangunkan seluruh rumah. Setelah kuperhatikan sejenak lalu kugeser tubuhku menjauh sehingga tangannya yang berada di dadaku terjatuh di samping badannya dan kudengar Aminah menarik nafas panjang seperti terjaga.
Setelah kudiamkan sejenak, seolah mengganti posisi tidur lalu kumiringkan tidurku menghadap ke arahnya dan kujatuhkan tangan kiriku pelan-pelan tepat di atas buah dadanya. Aminah tidak bereaksi jadi aku mempunyai kesimpulan kalau dia memang telah tidur nyenyak sekali. Perasaanku semakin tidak menentu apalagi tangan kiriku berada di badannya yang paling empuk, tetapi aku tidak berani berbuat lebih jauh, takut Aminah jadi kaget dan berteriak. Aku berpikir harus bagaimana agar Aminah tidak kaget, tetapi belum sempat aku menemukan apa yang akan kulakukan, Aminah bergerak lagi mengganti posisi tidurnya dan sekarang menghadap ke arahku dan tangan kanannya dipelukkan di pinggangku. Dengan posisi ini, wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafasnya terasa menyembur ke arahku. Dengan posisi wajahnya yang sudah sangat dekat ini, perasaanku sudah semakin kacau dan penisku juga sudah semakin tegang, lalu tanpa kupikir panjang kulekatkan bibirku pelan-pelan di bibirnya, tetapi tanpa kuduga Aminah langsung memelukku erat sambil berbisik,
"Paakk..", dan langsung saja dengan sangat bernafsu mencium bibirku dan tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan.
Sambil berciuman, kupergunakan tangan kiriku untuk mengusap-usap dahi dan rambutnya. Aminah sangat aktif dan bernafsu serta melepaskan ciuman di bibir dan mengalihkan ciumannya ke seluruh wajahku dan ketika menciumi di dekat telingaku, dia membisikkan,
“Paak..., sshh..., cepaatt..., Paakk..., toloong..., puasiinn..., am.., Paakk..,sshh", setelah itu dia mengulum telingaku. Setelah aku ada kesempatan mencium telinganya, aku segera mengatakan,
"Aamm..., kita pindahkan Dody di bawah..., yaa", dan Aminah langsung saja menjawab,
"Yaa..., paak", dan segera saja aku melepaskan diri dan bangun menyusun batal di bawah dan kutidurkan dody di bawah. Selagi aku sibuk memindahkan Dody, kulihat Aminah membuka pakaian dan BH-nya dan hanya tinggal memakai CD berwarna merah muda dan kulihat buah dadanya yang boleh dibilang kecil dan masih tegang, sehingga sulit dipercaya kalau dia sudah pernah kawin dan mempunyai anak. Aku langsung saja melepaskan semua pakaian termasuk CD-ku dan baru saja aku melepas CD-ku,
langsung saja aku diterkam oleh Aminah dan kembali kami berciuman sambil kubimbing dia ke tempat tidur dan kutidurkan telentang.
"Ayoo..., Paak...", kembali Aminah berbisik di telingaku,
"Am..., sudah..., tidak tahaan..., paak". Aminah sepertinya sudah tidak sabar saja, ini barangkali karena dia sudah lama cerai dan tidak ada laki-laki yang menyentuhnya, tetapi permintaannya itu tidak aku turuti. Pelan-pelan kualihkan ciumanku di bibirnya ke payudaranya dan ketika kusentuh payudaranya dengan lidahku, terasa badannya menggelinjang dan terus saja kuhisap-hisap puting susunya yang kecil, sehingga Aminah secara tidak sadar mendesah,
"Sshh..., aahh..., Paakk.., aduuh..., sshh",
dan seluruh badannya yang berada di bawahku bergerak secara liar. Sambil tetap kijilati dan kuhisap payudaranya, kuturunkan CD-nya dan kupermainkan vaginanya yang sudah basah sekali dan desahannya kembali terdengar,
"sshh..., aahh..., ayoo..., paak.., aduuh.., paak", seperti menyuruhku untuk segera memasukkan penisku ke vaginanya. Aku tidak segera memenuhi permintaannya, karena aku lebih tertarik untuk menghisap vaginanya yang kembung menonjol dan tidak berbulu sama sekali.
Segera saja kulepaskan hisapanku di payudaranya dan aku pindahkan badanku diantara kedua kakinya yang telah kulebarkan dahulu dan ketika lidahku kujilatkan di sepanjang belahan bibir vaginanya yang basah dan terasa agak asin, Aminah tergelinjang dengan keras dan mengangkat-angkat pantatnya dan kedua tangannya mencengkeram keras di kasur sambil mendesah agak keras, "aahh..., Paakk..., adduuhh.., paak. Aku teruskan jilatan dan hisapan di seluruh vagina Aminah sambil kedua bibir vaginanya kupegangi dan kupermainkan, sehingga gerakan badan Aminah semakin menggila dan tangannya sekarang sudah tidak meremas kasur lagi melainkan meremas rambut di kepalaku dan menekan ke vaginanya dan tidak lama kemudian terdengar Aminah mengucap, "Aaduuhh..., adduuh..., Paak..., aahh..., aduuh.., aahh.., paak", dan badannya menggelepar-gelepar tidak karuan, lalu terdiam dengan nafas terengah-engah, tetapi dengan masih tetap meremasi rambutku. Aku hentikan jilatanku di vaginanya dan merayap keatas lalu kucium dahinya, sedangkan Aminah dengan nafasnya yang masih terengah-engah menciumi seluruh wajahku sambil memanggilku,
"Paakk..., paak", entah untuk apa. Ketika nafas Aminah sudah mulai agak teratur, lalu kutanya,
"aam.., boleh kumasukkan sekarang.., aam..", Aminah tidak segera menjawab hanya terus menciumi wajahku, tetapi tak lama kemudian terdengar suara pelan di telingaku,
"Paak..., pelaan..., pelaan..., yaa..., Paak", dan dengan tidak sabar lalu kupegang batang penisku dan kugesek gesekan pada belahan vaginanya dengan sedikit kutekan dan ketika kuanggap pas di lubang vaginanya, segera kutekan pelan-pelan dan Aminah sedikit mengeluh,
"Paak..., sakiit..., paak".
Mendengar keluhannya ini, segera kuhentikan tusukan penisku ke vaginanya. Sambil kucium dahinya, kembali ketekan penisku pelan-pelan dan terasa kepala penisku masuk sedikit demi sedikit ke lubang vaginanya dan lagi-lagi terpaksa gerakan penisku kuhentikan, ketika Aminah mengeluh,
"Adduuh..., paak..". Setelah kudiamkan sebentar dan Aminah tidak mengeluh lagi, kuangkat penisku keluar dari vaginanya dan kembali kutusukkan pelan-pelan, ketika penisku terasa masuk, kulihat wajah Aminah hanya mengerenyit sedikit tetapi tidak ada keluhan, sehingga kembali kutusukkan penisku lebih dalam dan,
"Bleess..", masuk disertai dengan teriakan Aminah,
"Aduuh..., paak", dan tangannya mencengkeram pantatku, terpaksa penisku yang sudah masuk sebagian kutahan dan kudiamkan di tempatnya
Tidak lama kemudian, terasa tangan Aminah menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Aminah.
"Aam..., masih sakiitt..?", Tanyaku dan Aminah hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Karena Aminah sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Aminah hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.
Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Aminah mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara,
"aahh..., sshh..., aahh..., aahh..., sshh..., teruus..., Paak". Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Aminah kelihatannya memprotes kelakuanku,
"Paak..., kenapaa..". Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang,
"aam..., coba sekarang Aminah berbalik dan nungging".
Aminah menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Aminah berteriak kecil,
"aahh..", dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Aminah bersuara,
"aahh..., oohh..., aah..., ooh..., aahh", seirama dengan kocokan penisku keluar masuk. Tidak lama kemudian kudengar keluhan Aminah,
"Paak..., aam..., capeek..., paak", sambil terus menjatuhkan badannya tengkurap, sehingga penisku jadi lepas dari vaginanya.
Langsung badan Aminah kubalik telentang dan kembali kutancapkan penisku dengan mudah ke dalam vaginanya yang masih tetap basah dan kuayun keluar masuk, sehingga membuat Aminah merasa keenakan dan mendesah,
"aahh..., oohh..., sshh..., aahh..., ssh", demikian juga aku.
Setelah beberapa saat, lalu kuhentikan gerakan senjataku dan kubalik badanku sehingga posisi Aminah sekarang berada di atas.
"aam..., sekarang Aminah yang maiin..., yaa..., biar aku juga enaak", kataku.
Mula-mula Aminah hanya diam saja, mungkin malu tetapi lama-lama mulai mau menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah sehingga vaginanya menelan penisku sampai habis dan gerakannya semakin lama semakin cepat yang membuatku semakin keenakan,
"aahh..., sshh..., aamm.., truus..., aam..., enaak.., aam", dan Aminah hanya mendesah,
"aahh..., oohh..., aahh..". Karena gerakan Aminah semakin cepat, membuatku semakin mendekati klimaks dan segera saja kukatakan,
"Aam..., sshh..., ayoo..., aam..., sayaa..., sudah mau keluaar.., cepaat.., aam".
"Paak..., ayoo.., kita.., sama samaa", katanya sambil mempercepat gerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah dan akhirnya aku sudah nggak kuat menahan air maniku supaya tidak keluar dan,
"Aam..., sekaraang", kataku cepat sambil kutekan pinggulnya kuat-kuat dan Aminah hanya berteriak,
"aahh", dan terus sama-sama terdiam dengan nafas terengah-engah. Kami berdua lalu tidur dengan penisku tetap masih berada di dalam vaginanya.
Pagi harinya, ketika aku makan pagi ditemani oleh bu Tus sendiri dan Pak Tus katanya sedang ke kebun dan Aminah sedang menyuapi anaknya di depan, bu Tus bertanya,
"Paak..., apa benar..., suami saya..., akan di PHK?".
Aku jadi sangat terkejut dengan pertanyaan itu, karena setahuku belum ada orang lain yang kuberitahu, kecuali pimpinanku dan sekretaris yang kusuruh menyiapkan surat-surat.
"Buu..., lebih baik kita bicarakan dengan Bapak sekalian agar bisa tuntas. Ayoo..., kita temui Bapak di kebun” ajakku.
Karena Pak Tus sudah tahu dan mungkin dari sekretaris kantor, lalu aku terangkan semuanya dan apa yang menjadi pertimbanganku dan yang lebih penting soal pesangonnya yang spesial dan cukup besar.
Pada mulanya, di wajah Pak Tus kulihat ada perasaan kurang senang, tetapi setelah kuberikan penjelasan dan kuberitahu besar uang pesangonnya, Pak Tus dengan wajah berseri malah berbalik bertanya,
"Paak..., kapan uang pesangonnya bisa diambil..., saya mau gunakan untuk kebun saya ini dan ditabung".
Aku jadi lega bisa menyelesaikan masalah ini dan sekaligus dapat vaginanya bu Tus dan Aminah.
Siangnya kami kembali ke Indramayu dan sesampainya di rumah mereka, Pak Tus mengatakan,
"Paak..., jangan kapok..., ya paak", dan kujawab,
"Paak..., pokoknya kalau Pak Tus ajak lagi..., saya akan ikut", sambil aku melihat bu Tus yang tersenyum penuh arti.
Pada hari Senin pagi kupanggil Sri sekretaris kantor yang pernah kusuruh mempersiapkan surat berhenti untuk pegawai-pegawai yang telah kupilih.
Setelah Sri menghadap di kantorku, kumarahi dan kudamprat dia habis-habisan karena tidak bisa menjaga rahasia.
Kuperhatikan wajah Sri yang ketakutan sambil menangis, tetapi apa peduliku dan saking kesalku, kusuruh dia untuk pulang dan memikirkan apa yang telah dilakukannya.
Aku lalu meneruskan pekerjaanku tanpa memikirkan hal tadi.
Malam harinya, dengan hanya mengenakan kaos singlet dan sarung, aku duduk di ruang tamu sambil melihat acara sinetron di salah satu stasion TV, tiba-tiba kudengar ada orang mengetuk pintu rumahku yang sudah kukunci.
Aneh juga, selama ini belum ada tamu yang datang ke rumahku malam-malam, aku jadi sedikit curiga siapa tahu ada orang yang kurang baik, maklum saja di masa krisis seperti sekarang ini, tetapi ketika kuintip ternyata yang di depan adalah Sri.
Hatiku yang tadinya sudah melupakan kejadian tadi siang, mendadak jadi dongkol kembali dan sambil kubukakan pintu, kutanya dia dengan nada dongkol,
"Ngapain malam-malam ke sini". Sri tidak menjawab tapi malah bertanya,
"Paak..., boleh saya masuk?
"Yaa..., sana duduk", kataku dengan dongkol, sambil menutup pintu rumah.
Sri segera duduk di sofa panjang dan terus menangis tanpa mengeluarkan kata-kata apapun.
Aku diamkan saja dia menangis dan aku segera duduk di sampingnya tanpa peduli.
Lama juga aku menunggu dia menangis dan ketika tangisnya agak mereda, dengan tanpa melihat ke arahku dan diantara suara senggukan tangisnya, Sri akhirnya berkata dengan nada penuh iba,
"Paak..., maafkan Srii..., paak, saya mengaku salah..., paak dan tidak akan mengulangi lagi", dan terus menangis lagi, mungkin karena tidak ada jawaban dariku.
Lama sekali si Sri menangis sambil menutup mukanya dengan sapu tangan yang sudah terlihat basah oleh air matanya, lama-lama aku menjadi tidak tega mendengar tangisannya yang belum juga mereda, lalu kugeser dudukku mendekati Sri dan kuraih kepalanya dengan tangan kiriku dan kusandarkan di bahuku.
Ketika kuusap-usap kepalanya sambil kukatakan,
"Srii..., sudaah..., jangan menangis lagi..., Srii",
Sri bukannya berhenti menangis, tetapi tangisnya semakin keras dan memeluk pinggangku serta menjatuhkan kepalanya tepat di antara kedua pahaku.
Dengan keadaan seperti ini dan apalagi kepala Sri tepat ada di dekat penisku yang tertutup dengan sarung, tentu saja membuat penisku pelan-pelan menjadi berdiri dan sambil kuusap punggungnya dengan tangan kiriku dan kepalanya dengan tangan kananku lalu kukatakan,
"Srii..., sudah..., laah..., jangan menangis lagi".
Setelah tangisnya mereda, perlahan-lahan Sri menengadahkan kepalanya seraya berkata dengan isaknya,
"Paak..., maafkan..., srii..., yaa", sambil kucium keningnya lalu kukatakan,
"Srii..., sudah.., laah..., saya maafkan..., dan mudah-mudahan tidak akan terulang lagi".
Mendengar jawabanku itu, Sri seperti kesenangan langsung memelukku dan menciumi wajahku berulangkali serta mengatakan dengan riang walaupun dengan matanya yang masih basah,
"Terima kasiih..., paak..., terima kasiih", lalu memelukku erat-erat sampai aku sulit bernafas.
"Sudah.., laah..., Sri", kataku sambil mencoba melepaskan pelukannya dan kulanjutkan kata-kataku.
"Gara-gara kamu nangis tadi..., aku jadi susah...".
"Ada apa paak", tanyanya sambil memandangku dengan wajah yang penuh kekuatiran. Sambil kurangkul lalu kukatakan pelan di dekat telinganya,
"Srii..., itu lhoo..., gara-gara kamu nangis di pangkuanku tadi..., kontolku yang tadi tidur..., sekarang jadi ngaceng", kataku memancing dan mendengar jawabanku itu, Sri mencubit pinggangku dan berguman,
"iihh..., bapaak", dan sambil mencium pipiku kudengar Sri agak berbisik di dekat telingaku, "Paak..., Sri..., suruh..., tiduur..., yaa?", seraya tangannya menyingkap sarungku ke atas dan menurunkan CD-ku sedikit sehingga kontolku yang sudah ngaceng dari tadi tersembul keluar dan dengan dorongan tanganku sedikit, kepala Sri menunduk mendekati kontolku serta,
"Huup..", kontolku hilang setengahnya tertelan oleh mulutnya. Sri segera menggerakkan kelapanya naik turun serta terasa lidahnya dipermainkan di kepala kontolku sehingga membuatku seperti terbang di awang-awang,
"Sshh..., aahh..., oohh.., Srii..., sshh..., aahh", desahku keenakan tanpa sadar.
"Srii..., lepas sebentaar..., Srii..., saya mau lepas sarung dan CD-ku dulu..", kataku sambil sedikit menarik kepalanya dan setelah keduanya terlepas, kembali Sri melahap penisku sambil tangannya sekarang mempermainkan buahku dan aku gunakan tanganku untuk meremas-remas payudara Sri dan sekaligus mencari serta membuka kancing bajunya. Setelah baju atas Sri berhasil kulepas dari tubuhnya, maka sambil kuciumi punggungnya yang bersih dan mulus, aku juga melepas kaitan BH-nya dan kulepas juga dari tubuhnya. Sementara Sri masih menggerakkan kepalanya naik turun, aku segera meremas-remas payudaranya serta kucium dan kujilati punggungnya, sehingga badan Sri bergerak-gerak entah menahan geli atau keenakan, tetapi dari mulutnya yang masih tersumpal oleh penisku terdengar suara,
"Hhmm..., hhmm..., hhmm".
Dalam posisi seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak untuk membuat nikmat Sri, segera saja kukatakan,
" Srii..., sudah duluu...", sambil menarik kepalanya dan Sri lalu kupeluk serta berciuman, sedang nafasnya Sri sudah menjadi lebih cepat.
"Srii..., kita pindah ke kamar..., yaa", kataku sambil mengangkat Sri berdiri tanpa menunggu persetujuannya dan Sri mengikuti saja tarikanku dan sambil kurangkul kuajak dia menuju kamarku lalu langsung saja kutidurkan telentang di tempat tidurku.
Segera kulepas singletku sehingga aku sudah telanjang bulat dan kunaiki badannya serta langsung kucium dan kujilati payudaranya yang terasa sudah lembek.
Tapi..., ah.., cuek saja.
Sambil terus kujilati kedua payudara Sri bergantian yang makin lama sepertinya membuat Sri semakin naik nafsunya, aku juga sedang berusaha melepas kaitan dan ritsluiting yang ada di rok nya Sri.
Sementara aku menarik roknya turun lalu menarik turun CD-nya juga, Sri sepertinya sudah tidak sabar lagi dan terus mendesah,
"Paak..., paak..., ayoo..., paak..., cepaat..., paak..., masukiin..., sshh", dan setelah aku berhasil melepas CD dari tubuhnya, segera saja Sri melebarkan kakinya serta berusaha menarik tubuhku ke atas seraya masih tetap berguman,
"Paak..., ayoo..., cepaat.., Srii..., aah..., sudah nggak tahaan..., paak". Aku turuti tarikannya dan Sri seperti sudah tidak sabar lagi, segera bibirku dilumatnya dan tangan kirinya berhasil memegang kontolku dan dibimbingnya ke aah tempeknya.
"Srii..., aku masukin sekarang..., yaa", tanyaku minta izin dan Sri cepat menjawab, "Paak..., cepaat..., paak", dan segera saja kutekan kontolku serta,
"Blees..", disertai teriakan ringan Sri,
"aahh..", masuk sudah kontolku dengan mudah ke dalam tempeknya Sri.
Sri yang sepertinya sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, mendekap diriku kuat-kuat dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat dan kuimbangi dengan menggerakkan kontolku keluar masuk tempeknya disertai bunyi
"Ccrreet..., creet.., crreet", dari tempeknya mungkin sudah sangat basah dan dari mulutnya terdengar,
"oohh..., aahh..., sshh..., paak..., aah".
Gerakan kontolku kupercepat sehingga tak lama kemudian gerakan badan Sri semakin liar saja dan berteriak,
"Adduuh..., paak..., aahh..., oohh..., aduuhh..., paak..., aduuhh..., paak", sambil mempererat dekapannya di tubuhku dan merangkulkan kedua kakinya kuat-kuat di punggungku sehingga aku kesulitan untuk bergerak dan tak lama kemudian terkapar dan melepas pelukannya dan rangkuman kakinya dengan nafasnya yang memburu.
Aku agak sedikit kecewa dengan sudahnya Sri, padahal aku juga sebetulnya sudah mendekati puncak, hal ini membuat nafsuku sedikit surut dan kuhentikan gerakan kontolku keluar masuk.
"Srii..., kenapa nggaak bilang-bilang..., kalau mau keluar", tanyaku sedikit kecewa.
"Paakk..,” jawab Sri dengan masih terengah engah,
"Sri..., sudah nggak..., tahaan..., paak.." Agar Sri tidak mengetahui kekecewaanku dan untuk menaikkan kembali nafsuku, aku ciumi seluruh wajahnya, sedangkan kontolku tetap kudiamkan di dalam tempeknya. eeh, tidak terlalu lama terasa kontolku seperti terhisap dan tersedot-sedot di dalam tempeknya.
"Srii..., teruus..., Srii..., enaak..., teruuss..., Srii", dan membuatku secara tidak sadar mulai menggerakkan kontolku kembali keluar masuk, dan Sri pun mulai menggerakkan pinggulnya kembali.
Aku semakin cepat mengerakkan kontolku keluar masuk sehingga kembali terdengar bunyi,
"Ccrroot..., crreet..., ccrroot..., creet", dari arah tempeknya.
"Srii..., Srii..., ayoo..., cepaat..., Srii", dan seruanku ditanggapi oleh Sri.
"Paak..., iyaa..., paak..., ayoo", sambil mempercepat gerakan pinggulnya.
"aahh..., sshh..., Ssrrii..., ayoo..., Srrii.., saya.., sudah dekaat srii."
"Ayoo..., paak..., cepaatt..., sshh..., paak" Aku sudah tidak bisa menahan lagi dan sambil mempercepat gerakanku, aku berteriak
"Srrii..., ayoo..., Srrii..., sekaraang", sambil kutusukan kontolku kuat-kuat ke dalam tempeknya Sri dan ditanggapi oleh Sri.
"Paak..., ayoo..., aduuh..., aah..., paak", sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di punggungku kuat-kuat.
Setelah beristirahat cukup lama sambil tetap berpelukan dan kontolku tetap di dalam tempeknya, segera aku ajak Sri untuk mandi, lalu kuantar dia pulang dengan kendaraanku.
Minggu depannya, aku berhasil melaksanakan PHK tanpa ada masalah, tetapi beberapa hari kemudian setelah pegawai-pegawai yang tersisa mengetahui besarnya uang pesangon yang diberikan kepada 5 orang ter-PHK, mereka mendatangiku untuk minta di-PHK juga. Tentu saja permintaan ini tidak dapat dipenuhi oleh pimpinanku.
Tamat
BU RETNO YANG MENGGAIRAHKAN
Perkenalkan nama saya Geri ,umur saya 37th ,tnggi badan 167cm berat 48kg. Saya beruntung sekali karena di karuniai tuhan dengan tubuh yang atletis dan kulit yang bersih. Tapi di balik semua kelebihan yang saya punya ,saya pun memiliki kelainan sex yaitu saya lebih suka dengan wanita dengan yang sudah berumur.
Di lingkungan tempat saya tinggal banyak sekali ibu-ibu yang menurut saya tubuhnya menggiurkan salah satunya ibu retno yang sangat menggairahkan , sampai akhirnya saya terlibat affair dengannya. begini kisah saya dengan bu retno.
Di usianya yang 57th namun tubuh bu retno sangat ,sangat sexy sekaliii. Kulitnya putih bersih dan bentuk pinggul dan payudaranya sangat montok sekali ,payudaranya yang berukuran 38c sangat menantang di balik bra nya ,pinggulnya yang membulat serta pantat yang montok sekali membuatku deg-degan saat melihat dia memakai jeans ketat dan baju yang hendak mencetak lekukkan tubuhnya ,tingginya 164cm/55kg. Ah istri pak mardi ini memang sangat menggairahkan walaupun sudah memiliki 3 anak tapi dia pandai merawat tubuhnya dengan senam aerobik tiap sabtu.
Suatu pagi yaitu hari sabtu tepatnya ,saya melihat bu retno baru mau berangkat senam di antar oleh suaminya juga. Lalu saya bertekad pada pagi itu bahwa saya harus bisa bersetubuh dengan bu retno yang semok dan mulus itu ,hingga akhirnya beliau pulang dari senam saat itu pukul 9 pagi ,tapi anehnya bu retno tidak di dampingi oleh suaminya pak mardi itu. Wah ini dia kesempatan saya untuk bisa merasakan memek dia ,lalu saya menegurnya.
"selamat pagi bu retno."sapaku
"eh Geri ,tumben nih pagi2 udah bangun."
"yah namanya juga pengangguran bu ya harus bangun pagi dong supaya rejeki ga di patok ayam."
"bisa aja kamu tuh"sahutnya sambil tersenyum ke arah ku, kemudian dia masuk ke dalam rumahnya ,ohh alangkah indahnya goyangan pantatnya yang bergetar seiring langkahnya. Ah sial pikiranku makin tak karuan saja melihat bentuk sintal tubuhnya ,lalu saya nekad mendatangi rumahnya dengan alasan ingin bermain dengan ketiga anak2nya apabila dia menanyakan saya. Lalu saya ketuk pintu rumah dia dan tak lama dia pun membuka pintunya.
"oh Geri ,ada apa tho ?"tanya dia
"engga ko bu, saya cuma mau main ps sama anak2 ibu soalnya udah lama saya tidak bermain ps dengan mereka."jawabku dengan berbohong
"ya sudah ayo masuk" lalu akupun masuk ke dalam rumahnya dan menjumpai anak2ya yang sedang main ps
"mas Geri main ps yuk."ajak reza anak pertama bu retno yang baru kelas 2sd
"ok" kamipun asik bermain ps , sementara kedua adiknya jaka & arlan asik menoton kami yang sedang main ps bareng. bu retno pun asik menonton kami juga, lalu saya pun menyudahi main ps dan duduk di samping bu retno .
"yah payah kamu Geri masa main sama anak saya kalah !!..hahaha"ledek bu retno kepadaku
"tapi klo ibunya ,pasti bisa saya kalahin deh."
"hussh,,ngaco kamu ger. mana bisa aku main ps."
"iya ibu emang bukan jago main ps tapi ibu jago main yang lain ..hehehe "
"main apa tuh ? "tanya bu retno
"main pacuan kuda sama pak mardi ..hahahaha bercanda lho bu "
"yeee,, klo itu sii aku ahlinya Ger malah bapaknya anak2 suka loyo duluan .hiks,hiks,hiks.." Tertawa bu Retno sexy sekali kedengaranya. ah ternyata dia sudah masuk dalam jebakan ku ,lalu obrolanku tambah kuperpanas lagi agar dia terpancing dengan obrolan ku ini.
"wah enak ya jd pak mardi punya istri cakep ,bahenol ,baik lagi."
"ah kamu ini bisa aj sii ."muka nya bu retno memerah
"serius lho bu ,aku aja suka,,mmmm..."
aku menghentikan kata2ku takut dia marah dan menggap ku sudah terlalu jauh. tapi dugaanku salah ,ternyata dia malah semakin penasaran menanyaiku
"suka apa hayo Geri. "
"suka curi2 pandang sama ibu,,maaf lho bu. "
"hussh ojo ngawur kowe Geri ,,masa aku yang sudah tua masih kamu liatin juga."
"tapi wajah dan body ibu masih sangat menarik lho bu."rayuku
Ohh bu retno nampak sangat sexy pagi itu karena pakaian senamnya belum di ganti. Celana senam berwarna merah jambu melekat di tubuhnya serta garis celana dalam serta memek bu retno ikut tercetak ,baju senamnya yang berwarna kuning dengan belahan dada agak rendah sehingga belahan payudaranya sangat jelas terlihat. oohhh putihnya belahan itu ,ingin rasanya aku menjamahnya dan menghisap pentilnya tersebut. Lalu ku beranikan diri duduk lebih dekat dengan bu retno sehingga paha kiriku menempel dengan paha kanannya.
"aduhh Geri duduknya ke sana dikit dong kan sempit."pintanya
"bu ,aku sudah lama ingin dekat2 seperti ini dengan ibu retno ,tapi saya nggak enak sama pak mardi."
"iyaa ,,tapi klo pak mardi pulang gimana ?"
"kita lakukkan saja disini bu ,jadi nanti kta bisa tau motor suami ibu pada saat dia pulang nanti."
"ojo ngawur kowe tho masa begituan di depan anakku sih,, emoh aku ah."
"kita lakukkan di belakang sofa saja bu ,gimana ? "
"tapi sebentar saja ya,,aku wedi nek bapakne anak2 muleh ?"
"iya bu,ayo" lalu aku dan dia tiduran di atas karpet tapi di belkang sofa spuya anak2nya tidak melihat.
"nggak usah telanjang ya ,supaya gampang rapih2nya klo nanti mas wardi pulang."
lalu kamipun mulai berciuman secara perlahan namun lama2 semakin liar. Wah bu retno pintar sekali dalam berciuman.
"mmmmpphmphh...,,mmmphhphh,,ahh,ahh ayo Geri cepet masukin kontolmu."
wah ternyata dia type wanita yang tidak suka berlama2 dalam pemanasan atau dia takut suaminya pulang.? ahh perduli setan yang penting saya akan entot dia habis2an pagi ini.
"ayo Geri bukain celanaku."pinta bu retno
"iya sayang."
lalu dengan cepat ku tarik celana senamnya serta celana dalamnya sekaligus ,dan ku arahkan kontol ku yang ngaceng berat ke arah tempeknya yang lebat dengan jembut. sleeeppp,sleeppp.blessssssss amblaslah kontolku di dalam liang tempeknya.
"ahh,ahh,duu,duhhhh kontolmu enak tenan Geri ahhhhh"desahnya berbisik di telinga ku
"tempekmu juga enakk ahhh,ahhh ...."balasku di telinganya
plokk,plokk,plokk,plakk,plakkk,slleeb.slleb begitulah bunyi peraduan kelamin kami.
"Geriihh,, ahh.ahh. ohhhh kocok ter,,,, terussshh ahhh,, ohh, ohh tempikku,"desah bu retno
"ohhhh... ohhh, ohhhhhh bu retnooo tempek kamuu ahh ,ahh ,uhhhhh ,uhhh njepit banged."sahutku kocokanku pada memeknya lama2 semakin bertambah kencang seiring nafsu ku yang sudah di ubun2. Bu retno pun tak mau kalah dengan ku ,dia menggoyangkan pinggulnya berputar-putar dan itu membuat kontolku seperti di remas2. Oh semakin semangat menyodok kontolku di memeknya.
"ahhh ,ahhh....hisap tetekku dong yog ahhh,ahhh."pinta bu retno
"slurrrrpp,slurrrpp, ahhh ,ahhh bu retno nungging yah.?pintaku karna saya bosan dengan gaya konvesional saja. kemudian kami pun berganti posisi nungging tanpa mencabut penis saya dari memek bu retno. Dan arah kepala bu retno menghadap ke anak2nya ,lalu saya sodok memeknya dari belakang dengan keras dan membuat tubuh bu retno berguncang dengan keras dan saya tepuk2 pantatnya yang sangat bulat menantang,,
PLAKK,PLAKK,PLAKK keras sekali pantat bu retno ku tepuk2. sehingga pantat bu retno yang putih jadi memerah. Dan bu retno hanya menggit bibir bawahnya dengan giginya untuk menhindari agar anank2nya tida melihat. (Ah andaikan kalian tau apa yang sedang saya lakukkan dengan ibu kalian yg bejad ,akan ku garap habis2an ibu kalian)pikir ku dalam hati. Saat kami sedang asik menggoyang tiba2 aziz anak bungsu bu retno yang berumur 4tahun melihat aktifitas kami ,dan bu retno berhenti bergoyang sdangkan aku tetap saja menyodok vaginanya..lalu ku bisikkan ke telinganya
"tenang saja bu, aziz belum mengerti apa yang sedang kita lakukkan saat ini."
"ahh,ahh,tapi aku risih ahhh,ahhh....uhhhh,uh."desahnya tak hentinya keluar dari mulutnya karena saya tanpa ampun menyodok tempek istri pak mardi ini.
"buu aziz mau makann"rengek aziz minta makan sama ibunya yang sedang ku genjot ini.
"ahhh,ahhh reza ayoo ambilkann adiknyya makan ,,ibu lagiii,,lagiiii senammm ,ahh,ahh ayo lekass reza,,..ahh,ahh yang kenceng lagi dong Geri ngentotnya ahhh,,ahhh...."
"iia bu."jawab reza sinkat karena dia memang menurut sekali dengan ibunya tapi dia sempat melihat kami dan ibu nya meloti dia dan bilang
"ayo cepat ambilkan adikmu makan ,,ahhh,ahhh,ahh jangan lihat apa yang sedang ibu lakukkan dengan ,,ahh,,uhhh,duuhh dengan mas nataaaaa......" hahaha dasar ibu bejad dia sampai lupa dengan anaknya saat sedang ku entott,,wow bu retno memang luar biasa ..batinku berkata pada bu retno.
"ahhh... ahhh. ahhh c epat kita selesaikan sekarang uhhh,, uhhh perrrr,,, permainaaan iniii ahhh, ahhh.... nanti suamiku kburu pulang. ‘
"iya saaaayaanng..ahhh.ahhh..."
PLAKKKK,PLAKKK,PLOKKK,PLOKK,PLOKK,CLEBBB,CLEBB bunyinya lemin kami semakin keras karena sya ingin cepat2 selesai sebelum pak mardi pulang.
"aahhhh... ahhhh bu akuu mmaaau kkkeluuaarrr.... nihhh..,, dii dalllem ahhhh... ahhhh apa di luuuarrrr bu retnoooo....?”tanyaku karena saya merasa pejuku sudah mau keluar
"ahhhh... uhhh.. uuhhhhh teeeerrserrah... kaaammmu sssaaaaayannng..." sahut bu retno lalu goyanganku jadi tidak beraturan lagi dia pun juga sepertinya mau orgasme karena goyangan pinggulnya juga tidak terkendali lagi.
"ARRRRRGGGGHHHHHHH" teriak kami bersamaan pada saat kami ejakulasi bersamaan
"ahhh...ahhh adduhh buu ennak banged tempek bu retno huuh,huuh.."
aku memujinya saat nafas ku belum teratur benar.
"kontolmu juga enakk tenan lho Geri,,eh ayo cepat cabut ntar keburu suamiku pulang" perintah bu retno
TAMAT
Asmara Guru Berjilbab
Akhwat cantik berjilbab,kadang justru membuat penasaran dan punya daya tarik tersendiri.Apalagi jika bertubuh montok,kadang tercetak jelas di balik kain jilbabnya.Ia cenderung alim, namun di balik semua itu ia tetaplah seorang wanita yang punya hasrat, nafsu, dan gejolak birahi yang siap menyerang kapanpun dan di manapun.
Bu Umi Faizah, ibu guru cantik sensual yang berjilbab, adalah guru bahasa inggris di sebuah SMU di Blitar Penampilannya yang anggun, dengan tubuh padat berisi yang selalu terbungkus gamis panjang, mengenakan kerudung cantik, semakin menambah keanggunannya.
Sungguh anggun sosok akhwat berjilbab ini. Bu Umi berkulit kuning langsat bertampang Jawa, yang sangat cantik dan manis, dengan kulit putih bersih, tinggi badan sekitar 165 cm, potongan muka manis, agak memanjang dengan dibalut jilbab yang sangat menawan hati.
Di balik baju muslimnya..,tercetak tonjolan teteknya yang montok, sedangkan pinggangnya amat langsing dengan perut yang rata, pinggulnya serasi dengan pantatnya yang montok padat.Wow…indahnya….Walau berjilbab, saat berjalan kain panjangnya tertiup angin …menampakkan cetakan tungkai pahanya dan kakinya terlihat panjang serasi dengan bentuk badannya..walau tertutup gamis panjang dan jilbab yang rapat, langkahnya terlihat sangat seksi dan gemulai.
Pembawaan Bu Umi dengan jilbabnya terlihat sangat kalem dan malu-malu. Hal ini rupanya menarik perhatian Pak Geri, sang kepala sekolah. Pak Geri sangat terkesan dengan penampilan Bu Umi, karena Bu Umi yang berumur 48 tahun, adalah seorang stw yang sangat cantik,berjilbab anggun, alim dan sopan.
Sebagai akhwat berjilbab yang sopan dan alim Bu Umi agak risih juga terhadap Pak Geri, karena setiap kali Pak Geri lewat depan ruangannya, Pak Geri selalu melirik dan melempar senyum kepada Bu Umi. Kalau kebetulan Bu Umi tidak melihat keluar, maka Pak Prapto akan mendehem atau membuat gerakan-gerakan yang menimbulkan suara, sehingga Bu Umi akan terpancing untuk melihat keluar. Agak ngeri juga melihat tampang Pak Geri yang berewokan itu dengan badannya yang gelap dan tinggi besar. Bu Umi telah mempunyai pacar, yang orang Jawa juga dan badan pacarnya agak ceking dan tidak terlalu tinggi, kurang lebih sama tingginya dengan Bu Umi.
Di sekolah tempat Bu Umi mengajar, setiap jam pulang sekolah, yaitu jam 13 para karyawan termasuk para guru dan staff pulang semuanya, kecuali guru yang akan mengajar ekstra kurikuler.
Hari itu hari Kamis,Bu Umi dapat jatah mengajar ekstra kurikuler, hingga ia harus menunggu dari jam 13 sampai jam 14.30. Dengan jilbab kerudung warna biru tua ,mengenakan baju panjang terusan berbahan kain halus yang jatuh, berwarna merah muda yang memakai kancing depan dari atas sampai batas perut,ia kelihatan teramat cantik dan manis, apalagi kulitnya yang putih kuning bersih.
Karena memang sudah jam pulang, suasana di lantai 2 sangat sepi, hanya ditunggui oleh satpam yang duduk di depan pintu luar dekat lift. Untuk menghilangkan lelah setelah sejak pagi mengajar,Bu Umi istirahat sambil makan makanan yang dibawanya dari rumah.
Tiba-tiba Pak Geri melintas di depan ruangan dan terus menuju ke bagian ruangan sebelah barat. Pak Geri memutar kunci pada pintu keluar yang tertutup. Setelah itu Pak Geri kembali menuju ke ruangan Bu Umi . Secara perlahan-lahan Pak Geri mendekati ruangan Bu Umi, dan mengintip ke dalam. Bu guru berjilbab itu sedang berdandan membetulkan kerudungnya, merapikan gamis panjangnya yang mewah, menghadap ke cermin yang memang disediakan di ruangannya.
Mendengar suara pintu terkunci Bu Umi menoleh ke belakang dan, tiba-tiba mukanya menjadi pucat. berbalik sambil berkata, “Pak, apa-apaan ini, kenapa anda masuk ke ruangan saya dan mengunci pintunya?”, tapi Pak Geri hanya memandang Bu Umi dengan tersenyum tanpa berkata apa-apa.
Bu Umi semakin panik dan berkata, “Harap anda segera keluar atau saya akan berteriak!”.
Tapi dengan kalem Pak Geri berkata, “silakan saja nona manis.., apabila kamu mau bikin skandal dan setiap orang di sekolah ini akan menggosipkan kamu selama-lamanya”.
Mendengar itu Bu Umi yang pada dasarnya pemalu menjadi ngeri juga akan akibatnya apabila ia berteriak. Bagaimana dia akan menaruh mukanya di hadapan teman-temannya sekantor apabila terjadi skandal. Kala akhwat cantik berjilbab itu berada dalam keraguan, dengan cepat Pak Geri berjalan medekat ke arah Bu Umi. Karena ruangan kerja yang sempit , begitu dirinya mundur untuk menghindar, dia langsung kepepet pada meja kerja yang berada di belakangnya. Apalagi dengan gamis panjangnya yang melilit tubuhnya, ia tak bisa bebas bergerak.
Dengan cepat kedua tangan Pak Geri yang penuh dengan bulu tersebut memeluk badan Bu Guru berjilbab yang montok itu dan mendekapkan ke tubuhnya. Dalam sekejap badan bu Umi yang sangat halus dan ranum, telah sepenuhnya berada dalam pelukan lelaki tua itu.
Prapto memegang kedua lengan bagian atas Bu Umi dekat bahu, sambil mendorong badan Bu guru berjilbab itu hingga tersandar pada meja, Pak Geri mengangkat badan Bu Umi dan mendudukkannya di atas meja kerja Bu Umi yang penuh buku-buku bahasa inggris itu. Kedua tangan Umi diletakan di belakang badan dan dipegang dengan tangan kirinya.
Dengan beringas Pak Geri menciumi wajah cantik dan manis yang masih mengenakan kerudung itu. Nampak Geri seperti anjing kelaparan menyosor-nyosor wajah ayu Bu Umi, sementara akhwat cantik berjilbab itu hanya bisa meronta-ronta.
Tangan kanan Pak Geri tiba-tiba turun kebagian bawah tubuh Bu Umi dan meraih ujung kain panjang di bagian bawah, sejurus kemudian diangkatnya baju panjang itu tinggi-tinggi hingga tersingkaplah apa yang selama ini tersembunyi. Pak Geri berhasil menyaksikan akhwat itu dari ujung kaki, betis, sampai pangkal paha. Lalu tangannya meremas-remas bokong kenyal akhwat ayu itu.
Badan Pak Geri dirapatkan diantara kedua kaki Bu Umi yang tergantung di tepi meja dan paha Pak Geri yang sebelah kiri menekan rapat pada tepi meja sehingga kedua paha Bu Umi terbuka. Ia sengaja tidak melepas gamis dan kerudung akhwat ayu itu. Ia ingin menyetubuhi akhwat itu dengan membiarkan gamis dan jilbabnya tetap terpakai. Ia merasakan sensasi yang luar biasa bercinta dengan akhwat cantik yang masih tertutup jilbab dan gamis panjang muslimnya.
Tangan kiri Pak Geri yang memegang kedua tangan akhwat berjilbab itu di belakang badan Bu Umi dan ditekankan pada pantat ke depan, sehingga badan akhwat berjilbab yang sedang duduk di tepi meja, terdorong dan kemaluan Bu Umi melekat rapat pada paha sebelah kiri Pak Geri yang berdiri menyamping.
Tangan kanan Pak Geri yang bebas dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju panjang terusan yang dikenakan Bu Umi sementara Bu Umi hanya bisa menggeliat-geliat.
“Jangan…,AAAAAAAAAAAHHHHH… jangan lakukan itu!, stoooppp…, stoopppp”, akan tetapi Pak Prapto tetap melanjutkan aksinya itu.
Sebentar saja baju bagian depan Bu Umi telah terbuka sampai sebatas perut, sehingga kelihatan teteknya yang montok itu ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya. Tetek yang kuning dan kenyal itu seolah ingin lepas dari BH nya.Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat merangsang. Dengan lincah tangan kanan Pak Geri bergerak ke belakang badan Bu Umi dan membuka pengait BH . Kemudian Pak Prapto menarik ke atas BH Nu Umi hingga terpampang kedua tetek Bu Umi Faizah yang montok sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda mencuat naik turun dengan cepat karena nafas yang tidak teratur.
“Oooohh…, OOOOOOUUUUGGHHHH….ooohh…, jaanggaannn…, jaannnggaann!”.
Erangan akhwat cantik berjilbab itu tidak dipedulikan oleh pria tersebut, malah Geri menyingkapkan kerudungnya hingga terlihat kupingnya mulut Pak Geri mulai menciumi belakang telinga Bu Umi dan lidahnya bermain-main di dalam kuping bu guru berjilbab itu. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan perempuan berjilbab itu menggeliat-geliat hingga tanpa terasa Umi Faizah mulai terangsang oleh permainan Pak Geri ini.
Mulut Pak Geri berpindah dan melumat bibir Bu Umi dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut dan menggelitik-gelitik lidah Bu Umi.
“aahh…,AAAAAGGHHHHHH….UUHHH……AAAAAAAAAHHHHHHHHHH…… UOUUUUUEHHMMM hmm…, hhmm”, terdengar suara mengguman dari mulut Bu Umi yang tersumbat oleh mulut Pak Geri.
Badan Bu Umi yang tadinya tegang mulai agak melemas, mulut Pak Geri sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu turun ke leher, kepala Bu Umi tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Pak Geri, teteknya yang besar bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki tua tersebut.
Pak Geri langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah tetek Bu Umi mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya tetek yang sebelah kanan menjadi sasaran mulut Pak Geri. Tetek yang kenyal itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Pak Geri yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting hingga tetek Umi segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak nafas akhwat alim ini menerima permainan Pak Geri yang lihai itu. Badan nya terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,
“Sssshh…, ssssshh..SSSSSHHHHHHHH……OOOOOHHHHH…AAUUUHH…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh…, jangaann…, diiteeruussiinn”,
Mulut Pak Geri terus berpindah-pindah dari tetek yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan mejilat-jilat kedua puting tetek akhwat itu secara bergantian selama kurang lebih lima menit. Bu Umi Faizah guru cantik berjilbab itu kini benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badannya tersentak, karena dia merasakan tangan Pak Prapto mulai mengelus-elus pahanya yang terbuka karena baju gamis panjangnya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Bu Umi mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan mencoba menghindari tangan lelaki tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci oleh Pak Geri, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan adalah hanya mengerang,
“Jaanngaannnn…, jaannngggannn…, diitteeerruusiin”, akan tetapi suaranya semakin lemah saja.
Melihat kondisi seperti itu, Pak Geri yang telah berpengalaman, yakin bahwa akhwat ayu berjilbab ini telah berada dalam genggamannya. Aktivitas tangan Pak Geri makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha mulus akhwat itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas. Tiba-tiba jarinya menyentuh bibir memek Bu Umi.
Segera badan akhwat itu tersentak , “aahh…, jaannggaan!”
Mula-mula hanya ujung jari telunjuk Pak Geri yang mengelus-elus bibir memek Bu Umi yang tertutup celana dalam, akan tetapi tak lama kemudian tangan kanan Pak Geri menarik celana dalam itu dan memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Bu Guru berjilbab itu. Sesekali Pak Geri membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya ddengan kain gamis panjang yang kian kusut itu.
Bu Umi Faizah tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatan Pak Geri ini. Sekarang dirinya dalam posisi duduk di atas meja dengan tidak memakai celana dalam dan kedua teteknya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka nya yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar.Prapto benar-benar semakin bernafsu, menyaksikan akhwat ayu dengan jilbab dan baju gamis panjangnya itu kini telah ia nikmati memeknya. Ia merasakan sensasi yang luar biasa…bercinta dengan akhwat cantik yang masih tertutup jilbab dan gamis panjang muslimnya.
Sebentar-sebentar Prapto menaikkan baju panjang warna merah muda yang kadang jatuh ke bawah menghalangi pandangannya menyaksikan memek akhwat berjilbab itu.Sementara Bu Umi hanya bisa menggelengkan kepala ke sana kemari menahan nikmat dan birahi yang melanda.
Melihat ekspresi muka akhwat cantik yang masih memakai jilbab duduk mengangkang,kain gamisnya terangkat tinggi dan telah telanjang di tubuh bagian bawah ini.. yang tak berdaya seperti itu, makin membangkitkan nafsu birahi lelaki tersebut. Pak. Geri melihat ke arah jam yang berada di dinding, pada saat itu baru menunjukan pukul 13.30, berarti dia masih punya waktu kurang lebih satu jam untuk menuntaskan nafsunya itu. Pada saat itu Pak. Prapto sudah yakin bahwa dia telah menguasai situasi, tinggal melakukan tembakan terakhir saja.
Tampa menyia-nyiakan waktu yang ada, Pak Geri, dengan tetap mengunci kedua tangan Bu Umi, tangan kanannya mulai membuka kancing dan retsliting celananya, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakannya sekalian dengan celana dalam-nya. Pada saat celana dalam-nya terlepas, maka kontol Pak Geri yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Pak Geri agak merenggangkan badannya, hingga terlihat oleh Bu Umi kontol yang sedang mengangguk-angguk itu, badan akhwat berjilbab itu tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat, kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua paha lelaki Tua itu. Benda tersebut hitam besar kelihatan gemuk dengan urat yang melingkar…., sangat panjang…, sampai di atas pusar lelaki tersebut, dengan besarnya kurang lebih 6 cm dan kepalanya berbentuk bulat lonjong seperti jamur. Tak terasa dari mulut Bu guru berjilbab itu terdengar jeritan tertahan, “Iiihh”, disertai badannya yang merinding.
Dia belum pernah melihat kontol sebesar itu. Bu Umi merasa ngeri. “Bisa jebol memekku dimasuki kontolnya”, gumannya dalam hati. Namun ia tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Seolah-olah ada pesona tersendiri hingga pandangan matanya seakan-akan terhipnotis, terus tertuju ke benda itu. Pak Geri menatap muka cantik yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu, “Kau Cantik sekali Umi…gumam Pak Prapto mengagumi kecantikan akhwat itu.
Kemudian dengan lembut Pak Geri menarik tubuh yang cantik itu, sampai terduduk di pinggir meja dan sekarang Pak Geri berdiri menghadap langsung ke arah Bu Umi dan karena yakin bahwa Umi telah dapat ditaklukkannya, tangan kirinya yang memegang kedua tangan akhwat cantik ini, dilepaskannya dan langsung kedua tangannya memegang kedua kaki bu Umi, bahkan dengan gemas ia merentangkan kedua belah paha lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan akhwat berjilbab itu Nafas laki-laki itu terdengar mendengus-dengus memburu. Biarpun kedua tangannya telah bebas, tapi Bu Umi tidak bisa berbuat apa-apa karena di samping badan Pak Geri yang besar, Bu Umi sendiri merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang menggila, apalagi melihat tubuh Pak Geri yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang di tumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu.
Gejolak birahi kedua manusia itu semakin membara…Geri semakin bernafsu, menyaksikan akhwat ayu dengan jilbab dan baju gamis panjangnya itu kini telah ia nikmati tubuhnya .Ia merasakan sensasi yang luar biasa…bercinta dengan akhwat cantik yang masih tertutup jilbab dan baju panjang muslimnya. Sebentar-sebentar Geri menaikkan baju panjang warna merah muda yang kadang jatuh ke bawah menghalangi pandangannya menyaksikan kemaluan akhwat berjilbab itu.Sementara Bu Umi hanya bisa menggelengkan kepala ke sana kemari menahan nikmat dan birahi yang melanda.
Sambil memegang kedua paha Bu Umi dan merentangkannya lebar-lebar, Pak Geri membenamkan kepalanya di antara kedua paha Umi. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar memek yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Bu Umi hanya bisa memejamkan mata,
“Ooohh..OOOOHHHH…., nikmatnya…,AAAUUUGGHHHH…AAAAAAAAAAAAAAAHHHH… ooohh!”, ia menguman dalam hati, mulai bisa menikmatinya, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Ooooohh..AAAAAAAAAAA ….HHHH…OOOHH…OOWWWW…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Paakkk…, aku tak tahan lagi…!”, Bu Umi memelas sambil menggigit bibir.
Bu Umi Faizah….guru bahasa anggris yang cantik berjilbab itu….. tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi,perasaannya yang halus, terasa tersiksa antara rasa malu karena telah ditaklukan oleh orang Tua yang kasar itu dengan gampang dan perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Pak Geri yang telah bepengalaman itu.
Namun rupanya lelaki itu tidak peduli, bahkan amat senang melihat Bu Umi sudah mulai merespon atas cumbuannya itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Bu Umi kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua tetek dengan sangat bernafsu.
Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Pak Prapto ini, Bu Umi benar-benar sangat kewalahan dan tempeknya telah sangat basah kuyup. “Paakkk…, aakkhh…AAAAAAAAAKKKKHHHH….EENNNAAAAAAKK…..ENAAAAKK K…..TERUUUUUUUUUSSSSSSSSS…TERUUUUUUSS………, aakkkhh!”, akhwat ayu berjilbab itu mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Pak Prapto untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Pak Geri keras-keras. Kini ia tak peduli lagi akan bayangan pacarnya dan kenyataan bahwa lelaki Tua itu sebenarnya sedang memperkosanya, perasaan dan pikirannya telah diliputi olen nafsu birahi yang menuntut untuk dituntaskan. Akhwat ayu berjilbab…yang lemah lembut ini… benar-benar telah ditaklukan oleh permainan laki-laki Tua yang dapat membangkitkan gairahnya.
Geri makin gemas menyaksikan akhwat ayu dengan jilbab dan baju gamis panjangnya itu kini menggeliat-geliat menahan nikmat.Sebentar-sebentar Prapto menaikkan baju panjang warna merah muda yang kadang jatuh ke bawah menghalangi pandangannya menyaksikan kemaluan akhwat berjilbab itu.Sementara Bu Umi hanya bisa menggoyangkan kepala ke sana kemari menahan nikmat dan birahi ysng melanda.Ya…Bu Umi Faizah benar-benar berada dalam Birahi yang membakar sukmanya.
Tiba-tiba Pak Geri melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Bu Umi yang masih terduduk di tepi meja, ditariknya akhwat cantik itu dari atas meja dan kemudian Pak Geri gantian bersandar pada tepi meja dan kedua tangannya menekan bahu Bu Umi ke bawah, sehingga sekarang posisi akhwat berjilbab itu berjongkok di antara kedua kaki berbulu Pak Geri dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Bu Umi Faizah…tahu apa yang diingini lelaki itu..tanpa sempat berpikir lagi, tangan Pak Geri meraih belakang kepala Umi dan dibawa mendekati kontol Pak Prapto, yang sungguh luar biasa itu. kepala kontol Pak Geri telah terjepit di antara kedua bibir mungil BU Umi…., dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Bu Umi Faizah mulai mengulum alat vital Pak Geri ke dalam mulutnya, hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. OOoooohhhhhh..TERUUUUUUSSS…….Bu Umi……enaaaaaakkk….UUmmiiiii…..Faizah…Umi Faizah……Umi Faizaaaahhh…..aaaauuuuuww…… .Ummiiii……..teruuuusssss……ooooggghhh……
Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut yang sensual, itupun …hampir sesak nafas dibuatnya. Ia merasakan sensasi yang luar biasa…bercinta dengan akhwat cantik yang masih tertutup jilbab dan gamis panjang Kelihatan bu guru berjilbab yang cantik itu, menghisap…, mengulum serta mempermainkan batang kontol keluar masuk ke dalam mulutnya.
Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah bu Umi menyapu kepalanya. Rupanya akhwat cantik berjilbab itu mahir juga bermain oral sex…Bibirnya yang seksi dan wajahnya yang cantik….begitu memukau hati Pak Geri. TERUUUUUUSSS…….Bu Umi……enaaaaaakkk….UUmmiiiii…..Faizah…Umi Faizah……Umi Faizaaaahhh…..aaaauuuuuww……
.Ummiiii……..teruuuusssss……ooooggghhh……
Beberapa saat kemudian Pak Geri melepaskan diri, ia mengangkat badan Bu Umi yang jilbab dan baju panjang terusannya masih terpakai itu….diangkatnya baju kurung yang halus itu ke atas hingga pangkal pahanya yang putih berrsih …..membaringkan di atas meja dengan pantat terletak di tepi meja, kaki kiri guru berjilbab itu diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Pak Geri mulai berusaha memasuki tubuh bu Umi…… Tangan kanan Pak Geri menggenggam batang kontolnya yang besar …dan kepala kontolnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada clitoris dan bibir kemaluan akhwat itu……Oooohhhh…sssshhhhh…SSHHHH…..AUUUUWW……OOOOOUUU HHHH……AAAAHHHH..EEENNAAAAAKK…….ENAAAAAAK……AAAAAAAA AUUUUUWWW….TERUUUUUUUSSSSS….YEAH…..UUUUHHOOOOOHHHH …. AH…ENAAAAKKK……akhwat berjilbab itu mengerang…mendesis nikmat…, hingga merintih-rintih melawan badai birahi yang menerpa, kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Pak Geri terus berusaha menekan kontolnya ke dalam kemaluan Bu Umi yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran kontol Pak Geri yang besar .
Sementara denyut-denyut kemaluan Bu Umi Faizah semakin liar menggoyang dan memilin-nilin kontol Geri. Geri hanya bisa berteriak….oooh…enaaaakkkkk….TERUUUUUUSSS. ……Bu Umi……enaaaaaakkk….UUmmiiiii…..Faizah…Umi Faizah……Umi Faizaaaahhh…..aaaauuuuuww…… .Ummiiii……..Umi Faizaaahh…Umi Faizaahhh….UMI FAIZAHHHHH..UMI FAIZAAAAHHHH…..ENAAAAKKKK….teruuuusssss……ooooggghh h……
Sesekali Pak Geri membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya ddengan kain gamis panjangnya yang kian kusut itu…. Pelahan-lahan kepala kontol Pak Geri itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan akhwat itu… Ketika kepala kontol lelaki itu menempel pada bibir kemaluannya, bu guru berjilbab itu mendesis ooohh…..ough….aahhh……teruuusssssss……saluran memeknya ternyata panas dan basah.
Ia berusaha memahami kondisi itu, namun semua pikirannya segera lenyap, ketika lelaki itu memainkan kepala kontolnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam keadaan gamang dan gelisah itu, dengan kasar Pak. Geri tiba-tiba menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Bu Umi, rambut lebat pada pangkal kontol lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Bu Umi yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang kontolnya amblas ke dalam liang tempek akhwat berjilbab itu.
Tak kuasa menahan diri, dari mulut Bu Umi terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh”,ooouuww……enaakkk…….sshhh……..enaaaaaaa aaaakkkkk….aku suka kontolmuuu…….ENNNNNAAAAAAKKKK…..ENAAAAAAK……OOOHHHH ……AUUUUUWW …. Geri TERUUUUUUUSSSS…..ENTOT AKU TERUUUUUSS……MASUKKAN KONTOOLMU…..YA…ENAAAAAAAAKKK……AAAAAAAAAAAGGHHHH…. mulutnya meracau tak menentu disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Bu Umi mencengkeram dengan kuat pinggang Pak Geri. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai dirinya, hingga badannya mengejang beberapa detik.
Akhwat ayu dengan jilbab dan baju gamis panjangnya itu kini telah dilanda birahi yang menggelegak Lagi-lagi Geri menyingkapkan baju muslim warna merah muda yang kadang jatuh ke bawah menghalangi pandangannya menyaksikan kemaluan akhwat berjilbab itu.Sesekali Pak Geri membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya ddengan kain gamis panjangnya yang kian kusut itu…. Sementara Bu Umi hanya bisa menggelengkan kepala ke sana kemari,kerudungnya kian kusut karena lonjakan kepala menahan nikmat dan birahi ysng melanda jiwanya aduuuuhh….OOhh…..auhhh…..augghh…ennaaaaakkkkkkkkkk kkkkkk…..AAHHHHHHHHHHH….AAAAAAAAAAAAUUUUUUHHHHHHHH …..teruuuuuuusssssss..bibir Bu Umi meracau tak menentu.Akhwat ayu berjilbab ini benar-benar telah berubah menjadi kuda betina yang liar dan ganas, buas dan brutal.
Teteknya yang besar terguncang ke sana ke mari mengikuti hentakan tubuh Pak Geri…akhwat itu benar-benar berada dalam lautan BIRAHI. Pak Geri cukup mengerti keadaan akhwat cantik ini, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang kontolnya, dia memberi kesempatan kemaluan Bu Umi untuk bisa menyesuaikan dengan kontolnya yang besar itu.Ia merasakan sensasi yang luar biasa…bercinta dengan akhwat anggun yang masih tertutup jilbab dan gamis panjang . . Beberapa saat kemudian Pak Geri mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki Tua itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Bu guru cantik berjilbab ini berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan kontol lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Bu Umi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah gelap lelaki yang sedang menatapnya, dengan takjub. Akhwat ayu ini berusaha bernafas dan … :” “Paak…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Bu Umi Faizah….guru bahasa inggris yang cantik itu….sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Pak Geri menggerakkan tubuhnya, ohhhhhhhhhhhhhh….. AAAHHHHHH…. ENAAAAAKK… TERUUUUUUUSIIN…. GENJOT TERUUS…………enaaaaaaaakkkk……teruuuuusss……..oouuww……. gesekan demi gesekan di dinding liang memeknya, sungguh membuat nya melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum pernah dia alami. Setiap kali Pak Geri menarik kontolnya keluar, Bu Umi merasa seakan-akan sebagian dari badannya turut terbawa keluar dari tubuhnya dan pada gilirannya Pak Geri menekan masuk kontolnya ke dalam memek nya, maka klitoris nya terjepit pada batang kontol Pak Prapto dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang kontol Pak Geri yang berurat itu. OOoooohhhhhhhhhh…..aduuuuhhh….enaaaakkk….mulut cantik itu benar-benar sudah tak terkontrol….
Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan akhwat cantik itu menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.Hanya rintihan…..desis nafas….dan keringat yang membanjiri tubuh bu Umi…..Sesekali Pak Geri membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya ddengan kain gamis panjangnya yang kian kusut itu….
Lelaki tersebut terus menyetubuhi Bu Umi dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian dada Umi dan meremas-remas kedua tetek Bu Umi secara bergantian. ..ia dapat merasakan puting susunya sudah sangat mengeras, runcing dan kaku.
Akhwat ayu berjilbab ini bisa melihat bagaimana batang kontol yang hitam besar dari lelaki itu keluar masuk ke dalam liang tempeknya yang sempit. Bu Umi selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalamnya. Tempeknya hampir tidak dapat menampung ukuran kontol Pak Geri yang super besar itu. Akhwat ayu berjilbab itu menghitung-hitung detik-detik yang berlalu, ia berharap lelaki Tua itu segera mencapai klimaksnya, namun harapannya itu tak kunjung terjadi. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuat lelaki itu segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Pak Geri terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Bu Umi semakin tak seimbang tubuhnya,kepalanya tergoyang ke sana kemari menahan nikmat dan birahi ysng melanda jiwanya Ohh…..auhhh…..augghh…eennnnnnnaaaaak kkkkkkkkkkkkkkk…..teruuuuuuusssssss..mulut cantikr Bu Umi meracau tak menentu.Akhwat ayu berjilbab ini benar-benar telah berubah menjadi kuda betina yang liar dan ganas, buas dan brutal.
Ooooooooouuuuuuuuuuhhhhhhhh…………… tiba-tiba Bu Umi …guru bahasa Inggris yang cantik berjilbab itu ..merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan ketika bersetubuh dengan pacarnya, rasanya seperti ada kekuatan dahsyat pelan-pelan bangkit di dalamnya, perasaan yang tidak diingininya, tidak dikenalnya, keinginan untuk membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. .. merasa dirinya seperti mulai tenggelam dalam genangan air, dengan gleiser di dalam memeknya yang siap untuk membuncah setinggi-tingginya. Saat itu dia tahu dengan pasti, ia akan kehilangan kontrol, ia akan mengalami orgasme yang luar biasa dahsyatnya. Ia ingin menangis karena tidak ingin itu terjadi dalam suatu persetubuhan yang sebenarnya ia tidak rela, yang merupakan suatu perkosaan itu. Ia yakin sebentar lagi ia akan ditaklukan secara total oleh monster Tua itu. Jari-jarinya dengan keras mencengkeram tepi meja, ia menggigit bibirnya, memohon akal sehatnya yang sudah kacau balau untuk mengambil alih dan tidak membiarkan tempeknya menyerah dalam suatu penyerahan total.
Bu Umi Faizah…guru manis berjilbab itu…..berusaha untuk tidak menanggapi lagi. Ia memiringkan kepalanya, berjuang untuk tidak memikirkan percumbuan lelaki tersebut yang luar biasa. Akan tetapi…, tidak bisa, ini terlalu nikmat…, proses menuju klimaks rasanya tidak dapat terbendung lagi. Orgasmenya tinggal beberapa detik lagi, dengan sisa-sisa kesadaran yang ada akhwat ayu ini masih mencoba mengingatkan dirinya bahwa ini adalah suatu pemerkosaan yang brutal yang sedang dialaminya dan tak pantas kalau dia turut menikmatinya, akan tetapi bagian dalam memeknya menghianatinya dengan mengirimkan signal-signal yang sama sekali berlawanan dengan keinginannya itu, Bu Umi merasa sangat tersiksa karena harus menahan diri.
Akhirnya sesuatu melintas pada pikirannya, buat apa menahan diri?, Supaya membuat laki-laki ini puas atau menang?, persetan, akhirnya ia membiarkan diri terbuai dan larut dalam tuntutan badannya dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Wanita tua itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…AAAAAAAAAAAAhhhhhhhhh………OOOOOOOOUUUGHHHHHHH.. ,akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Akhwat berjilbab itu terkulai lemas tak berdaya di atas meja dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana kontol hitam besar Pak Geri tetap terjepit di dalam liang memeknya.
Selama proses orgasme yang dialami Bu Umi.. memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh Pak Geri, dimana kontolnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang memek dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang kontolnya serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha kontolnya, terlebih-lebih pada bagian kepala kontolnya setiap terjadi kontraksi pada dinding memek NBu Umi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. perasaan Pak Geri seakan-akan menggila melihat akhwat berjilbab yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang kontolnya yang hitam besar itu.OOOhhhh….. aghhh…..ssshhhh……..oouugghh……rintihan dan desis kenikmatan keluar dari mulut akhwat itu…. beberapa menit kemudian Pak Geri membalik tubuh yang telah lemas itu hingga sekarang Bu Umi setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arah Pak Geri. Pak Geri ingin melakukan doggy style rupanya.
Tangan lelaki Tua itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah tetek Bu Umi yang montok..Sesekali Pak Geri membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya ddengan kain gamis panjangnya bu Umu Faizah kian kusut itu…. yang kini menggantung ke bawah.
Dengan kedua kaki setengah tertekuk, ia menyingkapkan kain gamis panjang yang menghalangi pandangannya.secara perlahan-lahan lelaki tersebut menggosok-gosok kepala kontolnya yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam memek Bu Umi pada permukaan lubang kemudian menempatkan kepala kontolnya pada bibir kemaluan Bu Umi dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala kontol tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir tempek ….Aaaaahhhhhhh………….ooohhhh……Bu Umi meracau…..Kedua tangan Pak Prapto memegang pinggul Bu Umi dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan bu guru itu tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja. Kedua kaki bug guru berjilbab itu dikaitkan pada paha laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut menarik pinggul Bu Umi ke arahnya, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Umi…ooohhhhhhh …..Oooooooh!”, kontol laki-laki tersebut menerobos masuk ke dalam liang memeknya dan Pak Geri terus menekan pantatnya sehingga perutnya yang bebulu lebat itu menempel ketat pada pantat Bu Umi yang setengah terangkat. Selanjutnya dengan ganasnya Pak Geri memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan kontolnya terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang memek guru berjilbab yang ketat itu. Sebagai seorang akhwat Jawa yang se tiap hari minum jamu, Bu Umi Faizah…guru cantik berjilbab itu memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini i kewalahan menghadapi Pak Prapto yang ganas dan kuat itu. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia melakukan aktivitasnya dengan tempo permainan yang masih tetap tinggi dan semangat tetap menggebu-gebu. OOOhhhhh….yeeesss……oohhhh…..aduuuuhhh…..agghhh………… ..ennaaaaaaaaaaakkkkkk…….
Pak Geri merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan ditariknya akhwat berjilbab itu duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuan Pak Geri. Pak Geri mengangkat kain gamis/jilbab baju panjang Bu Umi…..menempatkan kontolnya pada bibir kemaluan nya dan mendorongnya sehingga kepala kontolnya masuk terjepit dalam liang tempek akhwat berjilbab itu…, sedangkan tangan kiri
Pak Geri memeluk pinggul Bu Umi dan menariknya merapat pada badannya, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti kontol Pak Geri menerobos masuk ke dalam kemaluan nya Tangan kanan Pak Geri memeluk punggung Bu Umi dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan akhwat ayu melekat pada badan Pak Geri. Kedua tetek nya terjepit pada dada Pak Geri yang berambut lebat itu dan menimbulkan perasaan geli yang amat sangat pada kedua puting susunya setiap kali bergesekan dengan rambut dada Pak Geri. Bu Umi Faizah merintih… ooooohhhh…….aouuuwwww……. Kepalanya tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulut Pak Geri bisa melumat bibir akhwat ayu yang agak basah terbuka itu.
Bu Umi semakin aktif……..mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga kontol yang besar itu seakan mengaduk-aduk dalam memeknya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Bu Umi merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus………, terus……., bu guru berjilbab itu tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih aooooooooouh…..oohh……yesss….ssshhhhh…….aduuuuuuuuu uuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………eennaaaaaaakk k ANAAAAAAAKKKKK….OOOUUUHH………………menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, akhwat ayu itu tak peduli lagi, “Aaduuuh..ADDDUUUUHHHH………oooh…..aaauuwwww…..,eehgg hghhhh..AUUUUWWW….ENNNNAAKKK…..NIKMAAAAAATTT…..”, akhwat berjilbab itu memekik lirih sambil menjambak rambut laki-laki yang memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuan Pak Geri. Bu Umi hanya bisa menggelengkan kepala ke sana kemari menahan nikmat dan birahi ysng melanda jiwanyaOOhh…..auhhh…..augghh…eennnnnnnaaaaakkkkkkk kkkkkkkkk…..teruuuuuuusssssss…..Bu Umi meracau tak menentu.Akhwat ayu berjilbab ini benar-benar telah berubah menjadi seekor kuda betina yang liar dan ganas, buas dan galak.
Sungguh hebat rasa kenikmatan orgasme kedua yang melanda dirinya. Sungguh ironi memang, gadis ayu yang lemah gemulai..sopan….. alim dan berjilbab… kini mendapatkan kenikmatan maksimal justru bukan dengan kekasihnya, akan tetapi dengan orang asing yang sedang memperkosanya.
Kemudian laki-laki itu menggendong dan meletakkan akhwat berjilbab itu di atas meja dengan pantat terletak pada tepi meja dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Pak Geri mengambil posisi diantara kedua paha akhwat cantik berjilbab itu…yang ditariknya mengangkang, dan dengan tangan kanannya menuntun kontolnya ke dalam lubang tempek yang telah siap di depannya. Kembali Pak Geri membersihkan keringat yang membasahi tubuhnya dengan kain baju terusan panjang yang kian kusut itu….
Laki-laki itu mendorong kontolnya masuk ke dalam dan menekan badannya setengah menindih tubuh Bu Umi yang telah pasrah oleh kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh lelaki tersebut. Pak Geri memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Bu Umi yang terkapar lemas di atas meja.
Sementara lelaki itu terus berpacu diantara kedua paha akhwat cantik BERJILBAB itu, badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan kontol lelaki tersebut. Akhwat ini benar-benar telah KO dan dibuat permainan sesukanya oleh si Tua yang perkasa itu. Umi Faizah kini benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu oooohhh……aagghh…….uuuhhh….EEENNAAAK.. KONMTOLMU ENAAAAAAK…AKU SUKA KONTOLOMUUU………..OOOHHHH….oohhhh…….aahhhh……oouuuggh h…….ennnaaakkkk……oo ohhh…………….yeesss……egghhhh………ooohhh…….aaahhhhhhhhhh h……., kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Lelaki itu melihat ke arah jam yang terletak di dinding ruangan kerja tersebut, jam telah menunjukan pukul 14.oo berarti telah 1 jam dia menggarap gadis ayu berjilbab tersebut dan sekarang dia merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam kontolnya yang menimbulkan perasaan geli pada ujung kontolnya. Akhwat ayu dengan jilbab dan baju panjangnya yang kian kusut itu kini telah menikmati birahi yang menggelegak Lagi-lagi Geri menyingkapkan baju muslim warna merah muda yang kadang jatuh ke bawah menghalangi pandangannya menyaksikan kemaluan akhwat berjilbab itu.Sementara Bu Umi hanya bisa menggoyangkan kepala ke sana kemari menahan birahi dann nafsu yang melanda dirinya.OOoouuuughhhh………auhhh…..au gghh…eennnnnnnaaaaakkkkkkkkkkkkkkkk rintihnya.Tiba-tiba Lelaki tersebut mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…AAAAAAHHHHHHHHH…., terus”, dan disertai dengan suatu dorongan kuat, pinggulnya menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirnya menempel ketat pada lubang anus Bu Umi….dan batang kontolnya yang besar dan panjang itu terbenam seluruhnya di dalam liang memek akhwat berjilbab itu….Dengan suatu lenguhan panjang,
“Sssh…, ooooh! UMIIIII…ENNNAAK……UMI FAIZAAAH…..MEMEKMU ENAAAK….UMI FAIZAAAAHH….UMI FAIZAAAAAAAAHHHH…UMIIII…UMI FAIZAAAHH….”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, lelaki Tua tersebut merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam memek Bu Umi. Ada kurang lebih lima detik lelaki tersebut tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhnya bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Bu Umi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat lelaki tersebut yang menyiram ke seluruh rongga tempeknya. Tubuh lelaki Tua itu bergetar hebat di atas tubuh wanita tua ayu itu.
Setelah kurang lebih 3 menit keduanya memasuki masa tenang dengan posisi tersebut, secara perlahan-lahan Pak Geri bangun dari atas badan Bu Umi…, mengambil tissue yang berada di samping meja kerja dan mulai membersihkan ceceran air maninya yang mengalir keluar dari bibir kemaluan Bu Umi.Setelah bersih Pak Geri menarik tubuh Bu Umi yang masih terkapar lemas di atas meja untuk berdiri dan memasang kembali kancing-kancing bajunya yang terbuka….merapikan gamis panjangnya….membetulkan jilbab yang acak-acakan… Setelah merapikan baju dan celananya, Pak Geri menarik badan akhwat cantik itu dengan lembut ke arahnya dan memeluk dengan mesra sambil berbisik ke telinga Bu Umi, “Maafkan saya manis…, terima kasih atas apa yang telah kau berikan tadi, biarpun kudapat itu dengan sedikit paksaan!”, kemudian dengan cepat Pak Geri keluar dari ruangan kerja Bu Umi dan membuka pintu keluar yang tadinya dikunci, setelah itu cepat-cepat kembali ke lantai 3.Jam menunjukan 14.15
Sepeninggalan Pak Geri, bu guru cantik berjilbab itu terduduk lemas di kursinya, seakan-akan tidak percaya atas kejadian yang baru saja dialaminya. Seluruh badannya terasa lemas tak bertenaga, terbesit perasaan malu dalam dirinya, karena dalam hati kecilnya dia mengakui turut merasakan suatu kenikmatan yang belum pernah dialami serta dibayangkannya. Kini hal yang diimpikannya benar-benar menjadi kenyataan. Dalam pikirannya timbul pertanyaan apakah bisa? sepuas tadi bila dia berhubungan dengan suaminya kelak, setelah mengalami persetubuhan yang sensasional itu. Tepat jam 14.30, ia bergegas masuk ke kelas untuk mengajar pelajaran bahasa inggris…tanpa ada seorangpun tahu apa yang telah terjadi pada dirinya.tak mseorangpun tahu ia baru saja lepas dari BIRAHI yang dahsyat.
Tamat
Langganan:
Postingan (Atom)