Senin, 22 Juni 2015
Bu Mayang Yang Montok
Aku punya tetangga bernama ibu Mayang. Umurnya sekitar 55 tahunan. Ia seorang Ibu Rumah Tangga dengan 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa semua. wajahnya biasa saja, hanya sedap dipandang mata (kaya lagunya Ahmad Albar dkk). Tubuhnya gemuk tidak kurus pun enggak. Montok dan sekel. Sedangkan kulitnya kuning langsat, Rambutnya agak ikal sebahu lewat dan bibirnya agak lebar tapi tidak terlalu tebal. Yang paling kusenangi adalah payudaranya yang menurutku sangat menggoda. Anak pertamanya laki-laki, seorang tentara dan berdinas diluar pulau jawa. Yang kedua perempuan bekerja sebagai seorang Pengawas Mutu (QC) di sebuah pabrik di kota Bekasi. Yang bungsu sedang menempuh semester 4 di salah satu perguruan tinggi di Negeri di Jakarta. Alhasil, setiap hari bu Mayang tinggal sendirian di rumahnya.
Awal pertemuanku dengan ibu Mayang terjadi pada saat sedang hajatan tetanggaku. Ibu Mayang bertindak sebagai koordinator Uusan Dapur dan aku koordinator pemuda pemudi yang bertugas sebagai pager ayu dan pager bagus serta petugas kebersihan yang tugasnya ngangkutin piring kotor dan sampah.
Saat itu sudah jam 10 malam menjelang hajatan, aku sedang mempersiapkan janur yang sudah dirangkai dan siap dipasang. Setelah urusan pemasangan janur aku serahkan kepada salah seorang kawanku, aku pun bersiap untuk pulang agar besok badanku segar dan tidak terlalu letih akibat begadang. Tia-tiba sang empunya hajat memanggilku dan meminta tolong untuk mengantar Ibu Mayang ke pasar karena ada yang terlupa untuk dibeli. Kusanggupi permintaannya dan ku nyalakan skuter tua buatan italiku. Tak lama bu mayang pun nyemplak dibelakang dan kami segera menuju pasar menembus gelapnya malam yang lumayan dingin. "Pelan-pelan aja mas, saya takut!" celetuknya ketika vespaku kugeber agak kencang. "Ga papa kok bu, udah biasa... abs kalo pelan jalannya ga enak!" kataku sekenanya.
Ia tidak menjawab dan malah mengalungkan tangannya ke perutku.
"Tar kalo kenapa-kenapa dijalan kamu tanggung jawab ya...?!?!?" katanya ketus.
Singkat cerita sampailah kami di pasar dan setelah mendapatkan apa yang dicari kami segera otw pulang. Sialnya, ditengah jalan vespaku mogok entah kenapa. Kuminta bu Mayang turun dan kuperiksa mesinnya. Sekilas nampak raut kesal di wajah ibu Mayang.
"Tau begini tadi pake motor si Hendrik saja?!!".
"Sebentar bu, biasanya kao ngadat begini cuma sebengtar kok!" Kataku berupaya meredam kekesalan bu Mayang.
lalu setelah ku utak utik platinanya sang tunggangan pun kembali menyala. Setelah menyala, kuuminta bu mayang naik dan kami meneruskan perjalanan.
"Makanya jangan kenceng-kenceng! marah motor mu tuh!" kata bu Mayang.
"Hahahahaha... si ibu bisa aja!, namanya barang ttua ya begini bu., suka ngadat!"
"Eh belum tentu lho, ada juga barang tua yang ga pernah ngadat...!" sanggahnya.
"Emang ada bu? kalo ada saya mau tuh!!" jawabku...
"Udah aha, konsentrasi sm jalan sana! Tar nabrak lagi!" omelnya
"Oke mami siap laksanakan".
"Mami mami, emangnya aku germo!??" jawabnya sambil mencubit perutku pelan.
"AOWWW, sakit bu!" dan sepeda motorku sedikit oleng.... uppsss, dengan sedikit skill motor kembali dapat kukendalikan.
"Udah ah jangan becanda mulu, tar jatoh lagi". Skip story sampe juga kami di alamat semula.
"Her, langsung anter aku ke rumah aja, besok aja lah belanjaannya dianterinnya. dipakenya juga buat sorenya kok!" bu mayang memintaku.
"ya udah, gapapa" motor ku belokkan ke arah gang bu mayang.
"Makasih ya, eh km ada nmr hp saya ga? supaya besok gampang buat koordinasi!" kata bu mayang setibanya di pagar depan rumahnya, kami pun bertukar no hp masing masing.
Sampe dirumah tiba2 hpku berbunyi. SMS dari bu Mayang.
“Her, km bs dateng ke rumha ga? sklian bawa baju yg td disewa. saya mau fitting tadi lupa”.
Aku berkerut, oh iya tadi sore aku ditugaskan mengambil baju sewaan buat orang2 yang bertugas di pramanan.
“Ok bu saya kesana” jawabku dan lsg kusambar tas plastik yang berisi baju dan kain sewaan.
sampai dirumah bu Mayang, baru mau aku ketuk pintu pager bu mayang sudah muncul dari dalam rumah. Aduuhhh.... dia pakai baju tidur diatas lutut, menampilkan kakinya yang padat berisi serta pahanya yang mulus, walaupun terlihat masih memakai bra, dadanya yang montok sempat membuatku menelan ludah.
"Hey malah bengong ayo masuk, mana bajunya?"
aku kaget setengah mateng saat tangannya mengusap wajahku. Halus sekali... dan wangi ... entah lotion entah parfum... aku pun masuk mengikuti bu mayang... Alamak bokongnya sangat menggoda...
Setelah didalam, aku dipersilahkan duduk dan basa basi sebentar, "herna kemana bu?" kataku menyakan anaknya yang bungsu.
"Oh, dia lagi ke tempat kawannya. Katanya ada tugas kuliah, besok paling dia pulang".
setelah ngobrol sedikit, ia pun membawa tas plastik itu kedalam dan agak lama aku menunggu di ruang depan rumahnya. Selama penantian itu aku membayangkan sedang bergumul dengannya dikasur dan melepaskan hasratku yang terpendam dengannya. Saling mencium, saling menjilat dan saling meraba. 15 menit berlalu dan ia kembali ke ruang depan sambil menenteng tasnya.
"Aduh maaf ya her, kelamaan.. eh kamu mau minum ga??? sampe lupaaa... tar ya saya ambilin minum dulu... mau kopi apa kopi susu? Kopi susu aja yah, kopi hitamnya saya lupa udah abis..." katanya nyerocos...
" Ga usah bu... gapapa !" percuma aku menjawab karena bu mayang sudah ngeloyor ke belakang.
Tak lama ia kembali sambil membawa secangkir kopi
"maaf, kopi susunya yang abis, ga taunya adanya kopi item".
"Gapapa kok bu ga usah repot-repot".
Sambil menikmati kopi, kami mengobrol ngalor ngidul sampe akhirnya ku tahu suaminya pergi meninggalkan dia saat anaknya yang bungsu masih kelas 2 SD, demi meraih cinta seorang pramugari. Diam-diam kuambil gambarnya pake hpku. Pembicaraan semakin hangat bahkan mulai menjurus ke hal2 yang berbau XXX.
"Kopinya mau nambah ga? tapi kalo mau kopi susu ga ada..." tanya bu mayang saat melihat isi cangkir yang tinggal setengah.
"Gapapa, bu. Udah cukup. Lagian kopinya juga udah berasa kopi susu kok!" jawabku sambil nyegir.
"Lho kok bisa gitu?" bu mayang kelihatanya bingung dengan jawabanku.
"Iya dari tadi udah pake susu... walau hanya pandangan... hehehehe..."
"eeeehhh... kamu... genit ya! berarti kamu dari tadi ngintipin nenen saya ya? dasar genitt ih!" katanya sambil kembali mengusap wajahku. Kali ini kutangkap tangannya dan ku cium jarinya. Nampak bu mayang agak terkejut menerima perlakuanku, tapi hanya sepersekian detik saja. Ia hanya diam saja ketika aku mulai menciumi dan menjilati jari tangannya. Namun ia kemudian menarik tangannya.
"Mmmmaaaffhh... bu... maaaf... saya terbawa suasana... " kataku mencari pembenaran. Bu mayang tak menjawab dan hanya menarik nafas panjang, tak lama ia ke belakang samb il membawa cangkir kopiku yang sudah habis. Aduh, ngambek dia.... pikirku. Salah sendiri ga pake basa basi pikirku wah kacau ni bisa nanti.
Beberapa saat kemudian ia kembali ke depan dan aku pun bersiap untuk pamitan.
"Her, maksud kamu apa tadi?". Gemet aku ter...
"MMaaafff bu... maaf... kalo ibu tersinggung... maaf sekali lagi. Saya terbawa suasana. Abis ibu pakeannya bkn sy jelalatan...".
"Gapapa Her, saya cuma kaget aja kamu kok berani begitu sma saya. Eh, kamu jangan pasang wajah melas gitu doong.... serius her, saya ga marah... ".
"Beneran bu, ibbu ga marah?" tanyaku lagi.
"Enggak, ga marah beneraan... suerr!"
Bu mayang malah mendekati tempat aku duduk dan memegang bahuku.
"Kamu udah buat darah saya berdesir, waktu kamu isapin jari saya. Her, saya... saya... " bu Mayang tidak meneruskan kata-katanya dan malah memeluk saya. Saat dadanya menempel, serasa darah ini berkumpul di kepala dan kaget bukan kepalang dengan perlakuan bu mayang ini. Belum selesai kaget ku, bu mayang lalu memegang kedua pipiku,
"Saya mau lebih dari itu, kamu mau ga??"
"Bu, Ibu serius??"
"Serius, bahkan sejuta rius!!" katanya sambil masih memegangi kedua belah pipku. Baru aku mau ngommong tiba tiba bu Mayang menarik kepalaku dan mengecup bibirku berulang-ulang. Lama-lama kecupannya berubah menjadi lumatan di bibirku.Mendapat serangan seperti itu, kukalungkan taanganku dilehernya dan balas melumat bibirnya dengan lembut. Kami sangat menikmati permainan bibir itu, sampai-sampai bu mayang kutidurkan di sofa sambil terus melumat bibirnya dengan lembut. Perlahan aku turunkan bibirku ke arah dagunya dan semakin turun ke lehernya. Bu mayang hanya bergelinjang dan mendesah-desah nikmat, membuat aku semakin terangsang. Ku belas payudaranya yang selama ini hanya kudambakan dalam lamunan pada setiap acara onaniku. Bu mayang makin menggelinjang dan semakin belingsatan saat ku remas halus payudaranya dari luar. Tiba-tiba ia mendorong tubuhku dan mengangkat bagian bawah bajunya,
"liat nih... kamu harus bertanggung jawab..." katanya sambil memnunjukkan celana dalamnya yang kelihatan basah.
"Mau dituntaskan bu?" tanyaku sedikit menantang.
"Dikamar aja yuk!?" jawabnya. akupun hanya mengangguk dan mengikuti bu mayang yang berjalan ke kamarnya. Di kamar, kami melanjutkan acara saling memagut dan melumat bibir.
"Her, puasin aku malam ini!" katanya padaku. .
Ia pun berdiri dan melepas bajunya. Nampaklah payudaranya yang memang lumayan besar tapi agak kendor. Bu mayang sekarang tinggal memakai bra dan cdnya saja. Nampak tempeknya yang tembem tertutup celana dalam putih dan depannya basah akibat permainan tadi. Lalu bu mayang naik ke kasur dan menciumi bibirku kembali dengan posisi berlutut. Kusambut ciumannya sambil meremas lembut payudaranya. Sambil berciuman, kucoba melepas kaitan bra-nya dan setelah berhasil kujilati pentilnya dan kuremas pelan. Sambil kuhisap payudaranya yang sebelah kiri, kuremas payudara yang sebelah kanan. Bergantian kujilati dan kuhisapi kedua payudara bu mayang sambil a masih berlutut menghadapku. Tak lama ia merapatkan perutnya dan mengoyang-goyangkan memeknya didadaku sambil terus mendesah, dan gak lama ia memeluk tubuhku erat sambil melenguh panjang,
"oooowhhh... aaah....ssssshh.. emmhhh... aaahh... aaahhh ....!!!!!"
"Her buka pakaianmu..... her, pliiisss... puasin aku malem ini her..." wajahnya nampak memelas sekali.
Segera kulepas semua pakaian dari yang terluar sampai yang terdalam. Kontolku yang sudah ngaceng seddari tadi pun tegak terangguk-angguk menanti sasaran tembak. Tanpa banyak komentar, bu mayang langsung menciumi bijiku dengan lembut. sesekali ia mengulum biji pelerku dan menjilatinya. Setengah mampus aku menahan geli enak dan rasa aneh saat ia mengulum biji pelerku. Rasa-rasa ingin kencing, linu dan rada-rada enek....Kubelai rambutnya sambil sebelah tanganku mengusap punggungnya yangg halus. Lalu ia mulai menciumi bataang kontolku dan memasukannya kemulut.
“Ahh... aahhh... enak bu.. enakh... ah...aaaahhh... ssshhh... aaaahhhh...” itu yang kukatakan saat kepalanya maju mundur mengulum kontolku. Tak tahan melihat pantatnya yang bulat, segera kutarik pahanya keatas, dan dalam sekejap kami sudah berada dalam posisi 69. kujilati memeknya dengan penuh sukacita, kadang kadang-kadang kutekan lidahku di itil-nya sambil terus meremas pantatnya. Bu mayang nampak terbawa dengan permainan ini dan ia mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya dan terkadang menekannya ke mukaku sampai-sampai aku susah bernapas. 5 menit berselang ia melepaskan kulumannya pada kontolku dan meremas betisku dengan keras sambil mengejang dan mengerang. Bahkan mukaku ditekannya menggunakan tempeknya.
“ooohhh..... aaarrgghh.... ssshhhhhhh.... aaaaaahhhhh..... “ dan terasa ada yang mengalir dan membasahi bibir dan mulutku.
Orgasme dan tercium aroma khas cairan lendir wanita di hidungku dan mengalir menuju mulut dan lidahku. Segera kusapu dan kuhisap sambil sesekali menghisap itilnya.
Bu mayang menggulinggkan tubuhnya dan tergolek lemas setelah mendapatkan orgaasme keduanya. Kuambil insiatif dengan melebarkan pahanya dan mulai kutusuk dia dengan kontolku. Kuulek-ulek sedikit permukaan tempeknya denga kepala kontolku dan bu mayang mulai terangsang lagi. Perlahan mulai kumasukkan kontolku, sambil terus mengulek permukaan tempeknya.
Blesshhh.... cleepppp... perlahan namun pasti kontolku mulai memasuki tempek bu mayang sambil diikuti erangan dan lenguhan kenikmatan bu Mayang.
“ooohh.. ssshh.... herrr....mmasssukiiin yg dalemm ohhhh.. “
Kugenjot tempek bu mayang dengan kecepatan biasa dengan posisi dua kaki bu mayang berada di bahuku. seddangkan aku mengambil posisi berlutut sambil maju mundur menggenjot tempek bu mayang..
“aaahhh.... ahhhh...aaahhhh... “ bu mayang terus mendesah seperti itu setipa kontolku ku masukkan. Tak lama leherku dijepi oleh kedua kaki bu mayang dan ia mengangkat pantatnya keatas sambil melolong panjang .....
“hhhhhnnnnggggkkkkkkkhhhh ahhh... aaahhh.... aaahhh.... “ kembali bu mayang merasakan orgasmenya. Kuturunkan kaki Bu mayang dan kuarahkan aga bu mayang tidur dengan posisi menyamping. Ku angkat kaki sebelah kanannya dan kumasukan lagi kontolku ke tempeknya dengan posisi menyamping dan menduduki kakinya yang sebelah kiri. Perlahan namun pasti, sambbil menggenjot kupegangi kaki kanannya maju mundur, lama kelamaan ku percepat genjotanku sambil memilin2 pentil susu bu mayang. Menerima perlakuanku bu mayang makin belingsatan dan terus ber ah oh membuat libidoku semakin memuncak. Ku percepat kocokanku dan akhirnya sambil menjilati betis bu mayang kulepaskan pejuhku kedalam tempek bu mayang.....
“ Huuuuaaahh..... aaahh.... “
crrrroooottttt..... crroooootttthh... crooooooooottthh..... sekitar lima kali kutembak memek bu mayang dengan pejuhku. Terasa lemas badanku. Serasa copot semua persendian badan... akupun melorot dan rebah disambping bu mayang.... kupeluk badannya dan kucium pipi dan bibirnya dengan mesra... makasih sayang.... saya senang dan puas melakukan ini sama bu mayang. Ia hanya tersenyum dan mengusap-usap dadaku. Kami berpelukan dan berciuman sekitar 2 menitan. Lalu bu mayang berdiri dan mengambil cdnya. Ia lalu mengelapi tempeknya yang basah. Setelah itu, ia pun kemudian mengelapi kontolku yang mulai mengendor usai bertempur. Ia lalu mencium bibirku dan berdiri kembali,
"aku ke kamar mandi dulu sayang..." katanya sambil berlalu tanpa busana ke kamar mandi. Aku hanya terbaring tersengal2 mengatur napasku. Tak lama aku tertidur..... bertelanjang bulat di kamar bu mayang...
aku terbangun saat terasa ada yang geli di daerah kontolku. Saat kubuka mataku, bu mayang sedang asyik mengulum kontolku. Kubelai lembut rambutnya sambil melenguh menahan nikmat. Tak lama setelah kontolku tegak lurus kembali, bu mayang mengambil posisi duduk membelakangiku. Dimasukkannya kontolku kedalam tempeknya disertai desahan panjang..
“aaahh.... “
lau ia turun naik mengocok kontolku dengan tempeknya. Sekitar 3 menit kemudian ia kembali mencapai puncak kenikmatannya sambil bersujud dan kontolku kembali dibasahi oleh lendir kenikmatan bu mayang. Kupegang pantat bu mayang agar dia tetap dalam posisi bersujud. Kosodk lagi dia dan kami lakukan doggy style. Crek...ccreeekk...plok ... plookkk..crek.... creeek... hnya suara itu yang terdengar saat kontolku menyodok tempek bu mayang dari belakang. Tak lama terasa aku ingin keluar dan kurapatkan paha bu mayang dan kutembak lagi dengan pejuhku tempeknya....
“oooouuhhhh... aaaahhhhh.. “
hanya kata itu yang terucap saat kulepaskan pejuhku.... bu mayang lalu berbalik dan menciumi bibirku.
"Makasih sayang, kamu udah puasin aku malem ini... ".
"sama-sama, ternyata benar.... ga semua perabotan tua itu usang. Buktinya Bu mayang perabottannya masih oke banget... aku suka banget..." kataku...
bu mayang hanya mencibir dan menjulurkan lidahnya.... weeek katanya
Bu mayang bangkit menuju kursi di depan meja riasnya. sambil nungging ia membersihkan tempeknya yang basah kuyup. Melihat pemandangan itu, kontolku perlahan mulai naik lagi dan kudekap bu mayang dari belakng sambbil menciumi bagian belakang lehernya. Tak tahan berlama-lama, kuangkat kaki sebelah kanannya dan kusodok lagi tempeknya dengan kecepatan sedang. Ku sodoki terus tempeknya dari belakang sambil memegangi kaki kanannya dan menjilati leher belakangnya. sekitar 5 menit ku entot bu mayang dari belakang dan akhirnya aku pun melepaskan pejuhku untuk yang kesekian kalinya di dalam tempeknya yang hangat dan nikmat.....
"Udah dong sayang..... dengkulku rasa mau copot nih... " kata bu mayang memelas...
Karena lemas mungkin bu mayang nggelosor di bawah meja rias. kuangkat tubuhnya dengan susah payah dan kurebahkan di kasur... lalu kamipun tertidur berpelukan dengan kondisi lelah dan telanjang bulat. Ditambah pula selangkangan yang lengket karena lendir yang belum sempat dibersihkan.
Pagi harinya kami tersentak kaget karena nampak hari sudah terang. Terburu-buru kami menuju kamar mandi dan mandi bareng sambil cekikikan mengingat kejadian tadi malam. Selepas mandi, dengan bertelanjang bulat kami menuju kamar bu Mayang dan aku segera mengganti pakaian dengan baju adat. Saat kami berpakaian, aku sempat terangsang lagi saat melihat bu Mayang berdandan sambil telanjang bulat. Namun dengan lembut bu mayang menolak segal uapayaku untuk mengajaknya bercinta.
"jangan dulu ah, tar repot... harus mandi dan keramas lagi!!" katanya.
"nanti aja selesai hajatan, dan anakku gak pulang lagi. Kamu boleh apain aja ibu...".
Aku tak menjawab hanya mengusap memeknya dengan lembut dan mencium pipinya saja.
Di tempat hajatan, Bu Mayang tak mau jauh denganku. Bahkan dibawah meja tangannya selalu mengusap-usap kontolku dengan pelan dan lembut. Saat kontolku tegang ia hanya tertawa cekikikan sambil pergi meninggalkan aku yang bersungut-sungut susah payah menenangkan adekku yang berdiri.
Sampe sekarang, aku sudah beristri dan beranak pun, kadang-kadang kami masih melakukannya. Sekarang bu Mayang sudah berusia 55 tahun dan memeknya masih gurih dan sedap setiap kali kuentotin.
TAMAT
Minggu, 21 Juni 2015
Nikmatnya Sodokan Kontol Bapak Kost
Aku tinggal
dikos2an. Bapak yang punya kos, pak Geri, belum tua banget, keren orangnya,
badannya tegap seperti mantan atlet, umurnya paling baru 36an lebih dikit. Pak Geri kalo ngeliat bodiku kayanya matanya mau loncat dari tempatnya. Aku tidak
tau apakah pak Geri punya istri atau tidak, tapi aku gak pernah ngeliat ada perempuan yang tinggal bersamanya.
Pantes dia jadi jelalatan begitu terhadapku. Aku sih cuek saja dengan
kelakuannya. Suatu malam, temenku datang, Arman, , ya apalagi kalo gak Arman ngentotin aku. Aku yang lg
jomblo tentu akan dengan sukahati melayani keinginannya, kadang aku juga yg
meminta Arman untuk melayaniku. Pak Geri kemungkinan tau akan
aktivitas ini, karena Arman hampir tiap hari sabtu mala minggu datang menginap.
"Nes,. Bapak bisa laporkan hal ini ke ortu kamu".
Memang ketika pertamakali masuk kos ini, pak Arman mencatat semua data diri dan keluargaku.
"Apalagi kalo RT/RW tau, kamu bisa digelandang ke kantor kelurahan".
"Janganlah pak, abisnya Arman yang merayu aku terus", kataku .
"Kalo kontol Arman, sudah sering ngerasain ya Nes, bapak juga pengen ngerasain nonok Ines", katanya to the point.
"Mau ya Nes, imbalannya bapak tidak laporkan peristiwa ini kesiapa2, dan kamu bebas uang kos sebulan deh".
"Ih bapak genit", jawabku sambil tersenyum.
Daripada disampekan ke ortu, apalagi dilaporkan ke polisi, urusan jadi sangat runyam, mending juga aku ladenin aja napsu pak Geri, lagian pak Geri masuk dalam tipe lelaki kesukaanku. Mudah2an aja kontolnya gededan bisa membuat aku terkapar, lemes tapi nikmat.
Malemnya, ketika kos sudah sepi, ada ketukan halus di pintu kamarku,
"Nes", terdengar panggilan berbisik.
Aku membuka pintu kamar dan pak Geri langsung masuk dan mengunci pintu kamarku. Kamarku letaknya agak berjauhan dengan kamar kos yang lain, sehingga ada privasi juga buatku.
"Gimana Nes, malem ini bapak tidur disini ya", katanya sambil tersenyum.
Aku diam saja dan duduk
di ranjang. Dia duduk disebelahku, tangannya mulai ngelus toketku dari luar dasterku,
"kamu gak pake bra ya Nes, sudah siap ya".
"Ih, bapak nakal deh tangannya," kataku sambil merengut manja.Aku pura-pura menjauh.
Dia memegang tanganku dan tiba2 diletakkannya diselangkangannya, terasa kontolnya sudah keras.
"Ih, bapak jangan begitu dong," kataku manja.
Dia tidak tahan lagi. Tubuhku direbahkan di atas ranjang. Bibirku dilumat, sementara punggungku diremas. Aku mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman bibirnya yang diselingi dengan permainan lidahnya. Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menyedot kulit leherku
dengan hidungnya, tangannya pindah ke toketku yang tidak dilindungi bra. Diremas dan pentilnya ditekan dan dipelintir dengan jari. Pentilku terasa mengeras.
"Pak buka baju saja pak," rintihku.
Tanpa menunggu persetujuannya, aku membuka ikat pinggang dan ritsleteng celananya. Dia mengimbangi, dasterku dilepas. Dia terpana melihat tubuhku yang sekarang hanya ditutupi cd minim yang tipis warna pink. Di daerah bawah perutku, cdku itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembutku yang lebat, beberapa helai jembutku tampak keluar dan cdku. Toketku
dihiasi dengan pentil berwarna pink kecoklatan yang mengeras, puncak bukit toketku disekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit toketku. Celana panjangnya yang sudah kulepas. Menyusul. kemeja dan kaos singlet. Kini kita sama2 cuma tertutup cd. Aku memandangi dadanya yang bidang. Kemudian kearah kontolnya yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik cdnya. Perlahan dia mendekati badanku yang sudah terbaring pasrah.
Dipeluknya tubuhku sambil mengulum kembali bibirku. Aku pun mengimbanginya. Kupeluk lehernya sambil membalas kuluman nya. Toket dan pentilku yang mengeras menekan dadanya. Kita saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas punggung dengan penuh nafsu. Ciumannya berpindah ke leherku. Aku mendongakkan daguku agar dia dapat menciumi leherku. Kini wajahnya bergerak ke arah toketku. Aku tadi sengaja memakai parfum di sekujur toketku biar lebih merangsang. Dia menghirup kuat-kuat lembah kedua bukit toketku. Kemudian wajahnya digesek-gesekkan di kedua bukit toketku secara bergantian, sambil menghirup keharuman toketku. Puncak bukit toket kanan pun dilahap dengan mulutnya. Disedotnya kuat-kuat toketku sehingga daging yang masuk ke dalam mulutnya menjadi sebesar-besarnya. Aku menggelinjang,
"Pak.. ngilu..", rintihku. Gelinjang dan rintihanku semakin membangkitkan napsunya. Diremasnya bukit
toket sebelah kiri dengan gemasnya, sementara pentil toket kanan dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak disedotnya kembali toket kananku kuat-kuat. Jarinya menekan dan memelintir pentil toket kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil mendesah,
"aduh pak.. ssshh.. ngilu pak.. ssshhh..geli," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dari mulutku. Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiri. Tangannya meremas
toket kanan kuat-kuat. Kalau toket kiri disedot kuat-kuat, tangannya memijit dan memelintir pentil toket kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahnya menekan pentil toket kiri, tangannya meremas toket kanan dengan sekuat-kuatnya.
"Pak.. bapak nakal...ssshhh.. ngilu pak, geli..",
Aku tidak hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah puas dengan toket, pak Geri meneruskan permainan lidah ke arah perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusar. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam cdku. Perlahan2 cdku dipelorotkan ke bawah. Aku sedikit mengangkat pantatku untuk memberi kemudahan cdku dilepas. Dan dengan sekali sentakan kaki, cdku sudah terlempar ke bawah. Dia memandangi jembutku lebat yang mengitari bibir memekku yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi perut di sekitar pusarku, tangannya mengelus pahaku. Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik.
Sampailah jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar tempekku. Tangannya pun mengelus tempekku dengan dua jarinya bergerak dari bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku berinisiatif meremas toketku sendiri. Aku sangat menikmati permainan ini. Perlahan disibak nya bibir tempekku dengan ibu jari dan telunjuk mengarah ke atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke tempekku, sementara tangannya kembali memegangi toketku. Dijilatinya itil ku perlahan-lahan sambil satu tangannya mempermainkan pentil toketku.
"Au pak.. shhhhh.. betul di situ pak.. enak pak..shhhh..,"
Aku mendesah sambil merem-melek. Alisku bergerak ke atas - bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mataku. Keningku pun berkerut pertanda aku sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi. Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan panjang dari lubang pantat sampai ke itilku. Karena gerakannya, ujung hidungnya pun menyentuh tempekku. Terasa benar dinding tempekku mulai basah. Bahkan sebagian cairan memekku mulai mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar. Di saat bergetar itu pinggulku
diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya kutusukkan ke lobang tempekku.
"Paak.. enak sekali pak..,"
Aku mengerang dengan kerasnya. Dia segera memfokuskan jilatan lidah serta tusukan ujung hidung di tempekku. Semakin lama tempekku semakin basah saja. Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke lobang tempekku. Setelah masuk hampir semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena "G-spot"-ku. Dan berhasil!
"Auwww.. pak..!" jeritku sambil menyentakkan pantat ke atas. Sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam tempekku terlepas. Perut bawahku yang ditumbuhi jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahnya. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam tempekku dan
melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di itilku. itilku tampak semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika itilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih. Pinggulku menggial ke kiri-kanan.
"Pak..," hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.Permainan jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku sambil mengerang dan menggeliat meremas apa saja yang dapat
kuraih. Meremas rambutnya, meremas bahunya, dan meremas toketku sendiri.
"Pak.. Ines sudah tidak tahan lagi. Masukin kontolnya pak. Ohhh.. sekarang juga pak..! Sshhh. . . ," erangku sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhku. Namun dia tidak perduli. Dia sengaja untuk mempermainkan aku terlebih dahulu. Dia mau membuat aku nyampe sementara dia masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahnya dijauhkan dari tempekku. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam tempekku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya yang di dalam tempekku
ke atas-bawah, sampai terasa ujung jarinya menghentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jarinya mengusap dan menghentak i tilku. Gerakan jari tangannya di memekku yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Aku memekik kecil "Ah-ah-ah-ah-ah.." Sementara dia semakin memperdahsyat kocokan jarinya , sambil memandangi wajahku. Aku merem-melek keenakan, keningku berkerut-kerut. Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dari kocokan jarinya di tempekku semakin terdengar keras. Dia mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang makin membangkitkan nafsunya. Toketku semakin kencang dan licin, sedang pentilku tampak berdiri dengan tegangnya. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Pantatku terangkat tinggi-tinggi. Mataku membeliak-beliak. Dan aku menjerit hebat,
"Paaak..!" Dua jarinya yang tertanam di dalam tempekku dijepit oleh dinding tempekku dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jarinya dalam tempekku, terpancarlah semprotan cairan tempekku dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tangannya. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas di atas ranjang. Mataku memejam rapat. Aku baru saja nyampe dengan begitu hebat. Kocokan jari tangannya di tempekku pun dihentikan. Dibiarkannya jari tertanam dalam tempekku sampai jepitan dinding memekku terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan dicabut dan tempekku. Cairan tempek yang terkumpul di telapak tangannya dibersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjangku yang terbaring diam di hadapannya seolah menantang dirinya untuk membuktikan kejantanannya. Pak Geri pun mulai menindih kembali tubuhku, sehingga kontolnya yang masih di dalam cd tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Bibirnya mengulum kembali bibir ku, sambil tangannya meremas toket dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas melumat bibir, wajahnya pun menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai belahan toketku. Wajahnya kemudian menggeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas kedua belah toketku. Digesekkannya wajahnya memutar di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkannya pentil nya dalam mulutnya. Kini dia menyedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di dalam mulutnya itu dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.
"Ah.. ah.. pak.. geli," aku mendesiss sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Tangannya meremas toket kananku. Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak bukitnya, dan diakhiri dengan tekanann kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.
"Pak.. hhh.. geli.. enak.. ngilu.."
Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilnya dan
dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit dan dipelintir kecil pentilku di puncaknya.
"Ah.. pak.. terus pak.. hzzz..ngilu.."
Aku mendesis keenakan. Napsuku sudah kembali tinggi. Mataku kadang terbeliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan keduaku. Aku dengan gerakan cepat memelorotkan cdnya hingga turun ke paha. Pak Geri memaklumi maksudku, segera dilepasnya cdnya. Aku segera menangkap kontolnya yang sudah ngaceng. Sejenak aku terkejut.
"Edan.. pak, kontol bapak besar sekali.. kontol cowok-cowok Ines dahulu tidak sampai sebesar ini," ucapku terkagum-kagum. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya yang terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, aku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama. Bibirku yang pink kemudian melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau mengalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora. Kupeluk punggungnya dan kuremas dengan gemasnya.
Kemudian dia menindih tubuhku. kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perut bawahnya sendiri. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku. Kecupan bibirnya pun turun. Dikecupnya daguku. Dikecupnya leherku yang memancarkan bau wangi parfum yang kupakai. Diciumi dan digelutinya leherku dengan wajahnya, sementara pantatnya mulai bergerak aktif sehingga kontolnya menekan dan menggesek pahaku. Puas menggeluti leher, wajahnya pun turun ke toket ku. Dengan gemas dan ganasnya dia membenamkan wajahnya ke belahan dadaku, sementara kedua tangannya meraup kedua belah toketku dan menekannya ke arah wajahnya. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadaku, wajahnya kini menggesek memutar sehingga kedua gunung toketku tertekan oleh wajahnya secara bergantian. Kemudian bibirnya meraup puncak bukit toket kiri ku. Daerah toket yang kecoklatan beserta pentilnya yang pink kecoklatan itu pun masuk dalam mulutnya. Dilahapnya ujung toket dan pentilku dengan bernafsu. Di dalam mulutnya pentilku dikulum dan dimainkan dengan lidahku.
"Pak.. geli," katakun. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum puncak bukit toketku. Pentilku menjadi keras. Kemudian dia kembali melahap puncak bukit toketku sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutnya disedot sekuat-kuatnya. Sementara toket sebelah kanannya diremas sekuat-kuatnya dengan tangannya. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan toket kananku. kontolnya semakin menekan dan menggesek pahaku. Aku semakin menggelinjang dengan hebatnya.
"Pak... ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulut bapak.. Auw! Sssh.. ngilu," rintihku.
Rintihanku itu justru semakin mengipasi api nafsunyasehingga semakin berkobar-kobar. Semakin ganas dia mengisap dan meremas toketku.
Akhirnya pak Geri tidak sabar lagi. Dilepasnya toketku dari gelutan mulut dan tangannya. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya untuk mencari liang tempekku. Diputarnya kepala kontolnya di kelebatan jembut di sekitar bibir tempekku. Jembutku bagaikan menggelitiki kepala kontolnya.
"Pak.. masukkan seluruhnya pak". Aku meraih batang kontolnya yang sudah amat tegang. Paha ku buka agak lebar.
"Edan.. kontol bapak besar dan keras sekali, pak..," kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke lobang tempekku. Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir tempekku yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankannya masuk ke liang tempekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam tempekku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.
"Pak.. teruskan masuk, pak.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ saja..," aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke lobang tempekku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku, lengan tanganku, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang dengan tidak karuan.
"Sssh.. enak.. geli, pak. Terus masuk, pak.." Bibirnya mengulum lenganku dengan kuat. Sementara gerakan dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan.. satu.. dua.. tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam tempekku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. kontolnya bagaikan diplirit oleh bibir dan lobang tempekku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekikku.
Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam tempekku tanpa bergerak sedikit pun.
"Sakit pak.. Bapak nakal sekali" kata ku sambil meremas punggungnya dengan keras. Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memek ku. Seluruh kontolnya yang masuk terasa dipijit
dinding lobang tempekku dengan agak kuatnya.
"Bagaimana Nes, masih sakit?" tanyanya.
"Sssh..enak sekali. kontol bapak besar dan panjang sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang tempek Ines..," jawabku.
Dia terus memompa memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Toket ku ikut terpilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras mengilik dadanya yang bidang. Setiap kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh bagian terdalam dari tempekku. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki memekku sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Kemudian dia mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari lobang tempekku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiri didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok tempekku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku diciumi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanan yang diciumi, sementara betis kiri ditumpangkan ke atas bahunya. Hal tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan maju-mundur kontolnya perlahannya di memek ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di tempekku, tangannya meremas toketku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir perlahan. Pentilku semakin mengeras. Aku pun merintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
"Ah.. pak, gelii.. Tobat.. Ngilu pak. Sssh.. terus pak, terus. Edan...kontol bapak membuat tempek Ines terasa enak sekali… Nanti pejunya. Ngecret di dalam saja..Ines sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di tempekku.
"Ah-ah-ah.. benar, pak. benar.. yang cepat.. Terus pak,terus.."
Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihanku. Dia meningkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di tempekku. Terus dan terus.Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, matanya pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
"Sssh.. sssh.. Nes..enak sekali.. tempekmu."
"Ya pak, Ines juga merasa enak sekali.. terusss.. pak, terusss.."
Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya di tempekku.
"Pak.. edan pak, sssh..terus...Ines hampir nyampe nih pak.. sedikit lagi.. kita nyamper sama-sama ya pak..," akui mengoceh tanpa kendali.
Dia mengayuh terus. Dia belum merasa mau ngecret. Sepertinya dia mau membuat aku nyampe duluan.
"Paak..," rintih ku. Aku memegang kedua lengannya.
"Pak.. ah-ah.. Enak pak, Mau nyampe pak..ah-ah.. sekarang ke-ke.." kontolnya dijepit oleh dinding tempekku dengan sangat kuatnya. Terasa ada cairan yang menyembur keluar dari tempekku dengan cukup deras. Aku meremas lengannya dengan sangat kuatnya dan berteriak tanpa kendali :
"aaaaaaakkkhhhh.. aku keluarrr..!"
Mata kumembeliak-beliak. Sekejap tubuh ku mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya. kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan diam tertanam dalam tempek ku. Aku kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak kenikmatanku. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan ku pada lengannyau perlahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Jepitan dinding tempekku pada kontolnya berangsur melemah. walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kaki kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka.
Dia kembali menindih tubuh telanjang ku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam tempekku tidak tercabut.
"Pak.. bapak luar biasa.. bapak membawa Ines ke langit ke tujuh", kata ku dengan mimik wajah penuh kepuasan. Dia tampaknya senang mendengar pengakuan ku itu.
"Pak… bapak seperti yang Ines bayangkan. Jantan.. perkasa.. dan bapak berhasil membawa Ines ke puncak. Luar biasa nikmatnya.."
Pak Geri saat ini baru setengah perjalanan saat aku sudah nyampe. kontolnya masih tegang di dalam tempekku. kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di tempekku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding tempek ku secara berargsur-angsur mulai meremas kontolnya. Sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh tempek ku beberapa saat yang lalu.
"Ahhh.. pak.. bapak langsung mulai lagi.. Sekarang giliran bapak..ngecretkan peju bapak ke dalam tempek Ines..Sssh..," aku mulai mendesis lagi.
Bibirnya mulaimemagut bibir ku dan dilumatnya dengan gemas. Tangan kirinya menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas toket ku serta memijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolnya di tempekku.
"Sssh.... enak pak. Terus..," desisku saat bibirku lepas dari bibirnya. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora napsunya. Sambil kembali melumat bibir ku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di memekku. Pengaruh adanya cairan di dalam memek ku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret.."
Aku tidak hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan, "Pak..aah". kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke dalam tempek ku sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk tempek ku sedalam-dalamnya. kontolnya diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding tempek ku
Sampai di langkah terdalam, mataku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Pangkal pahanya bagaikan menampar pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar tempek, kontol dijaga agar kepalanyatetap tertanam di lobang tempekku. Remasan dinding tempek pada batang kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir tempekku yang mengulum batang kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada
gerak keluar ini aku mendesah,
"Hhh.."
Dia terus menggenjot tempek ku dengan gerakan cepat dan menghentak. Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang tempekku. Beradunya pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan tempek ku menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh lenguhanku :
"Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.." kontolnya kuempot dengan tempekku. Ini membuatnya tidak kuasa menahan pekikan kecil:
"Nes.. edan.. Enak sekali .. memekmu enak sekali.. memekmu hangat sekali.. edan.. jepitan tempekmu enak sekali.."
"Pak.. terus pak.." rintih ku,
"Ines juga enak pak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Dia pun mengocokkan mengocokkan kontolnya ke tempekku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. "Nes.. aku.." Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak
mampu menyelesaikan ucapannya yang memang sudah terbata-bata itu. "Pak! Ines mau keluar lagi..Ines ke-ke-ke.." Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Pada saat itu juga tiba-tiba dinding tempek ku mencekik kuat sekali sehingga dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam kontolnya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan tempek ku, bersamaan dengan pekikan ku,
"aaaakkkhhhhh ..keluarrrr..!" Tubuh ku mengejang dan mataku membeliak.
"Nes..!"
Dia melenguh keras-kerassambil merengkuh tubuh ku sekuat-kuatnya Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crott! Croat! Pejunya bersemburan dengan derasnya, menyemprot dalam tempekku yang terdalam. kontolnya yang terbenam semua di dalam tempekku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kita terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Dia menghabiskan sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya mengecretkan lagi peju yang
masih tersisa ke dalam tempekku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuh kami pun mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, sementara aku mengusap punggungnya dan mengelus rambutnya. Aku merasa puas sekali.
"Pak.. terima kasih pak. Puas sekali Ines. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata ku lirih.
Dia tidak memberi kata tanggapan.
Sebagai jawaban, bibirku dikecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur. Aku meletakkan kepalaku di atas dadanya yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Dia melumat bibirku beberapa saat.
Dan Sejak saat itu hampir tiap hari bapak kost ngentotin aku dan aku pun terkapar puas...
Tamat
"Nes,. Bapak bisa laporkan hal ini ke ortu kamu".
Memang ketika pertamakali masuk kos ini, pak Arman mencatat semua data diri dan keluargaku.
"Apalagi kalo RT/RW tau, kamu bisa digelandang ke kantor kelurahan".
"Janganlah pak, abisnya Arman yang merayu aku terus", kataku .
"Kalo kontol Arman, sudah sering ngerasain ya Nes, bapak juga pengen ngerasain nonok Ines", katanya to the point.
"Mau ya Nes, imbalannya bapak tidak laporkan peristiwa ini kesiapa2, dan kamu bebas uang kos sebulan deh".
"Ih bapak genit", jawabku sambil tersenyum.
Daripada disampekan ke ortu, apalagi dilaporkan ke polisi, urusan jadi sangat runyam, mending juga aku ladenin aja napsu pak Geri, lagian pak Geri masuk dalam tipe lelaki kesukaanku. Mudah2an aja kontolnya gededan bisa membuat aku terkapar, lemes tapi nikmat.
Malemnya, ketika kos sudah sepi, ada ketukan halus di pintu kamarku,
"Nes", terdengar panggilan berbisik.
Aku membuka pintu kamar dan pak Geri langsung masuk dan mengunci pintu kamarku. Kamarku letaknya agak berjauhan dengan kamar kos yang lain, sehingga ada privasi juga buatku.
"Gimana Nes, malem ini bapak tidur disini ya", katanya sambil tersenyum.
Aku diam saja dan duduk
di ranjang. Dia duduk disebelahku, tangannya mulai ngelus toketku dari luar dasterku,
"kamu gak pake bra ya Nes, sudah siap ya".
"Ih, bapak nakal deh tangannya," kataku sambil merengut manja.Aku pura-pura menjauh.
Dia memegang tanganku dan tiba2 diletakkannya diselangkangannya, terasa kontolnya sudah keras.
"Ih, bapak jangan begitu dong," kataku manja.
Dia tidak tahan lagi. Tubuhku direbahkan di atas ranjang. Bibirku dilumat, sementara punggungku diremas. Aku mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman bibirnya yang diselingi dengan permainan lidahnya. Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menyedot kulit leherku
dengan hidungnya, tangannya pindah ke toketku yang tidak dilindungi bra. Diremas dan pentilnya ditekan dan dipelintir dengan jari. Pentilku terasa mengeras.
"Pak buka baju saja pak," rintihku.
Tanpa menunggu persetujuannya, aku membuka ikat pinggang dan ritsleteng celananya. Dia mengimbangi, dasterku dilepas. Dia terpana melihat tubuhku yang sekarang hanya ditutupi cd minim yang tipis warna pink. Di daerah bawah perutku, cdku itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembutku yang lebat, beberapa helai jembutku tampak keluar dan cdku. Toketku
dihiasi dengan pentil berwarna pink kecoklatan yang mengeras, puncak bukit toketku disekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit toketku. Celana panjangnya yang sudah kulepas. Menyusul. kemeja dan kaos singlet. Kini kita sama2 cuma tertutup cd. Aku memandangi dadanya yang bidang. Kemudian kearah kontolnya yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik cdnya. Perlahan dia mendekati badanku yang sudah terbaring pasrah.
Dipeluknya tubuhku sambil mengulum kembali bibirku. Aku pun mengimbanginya. Kupeluk lehernya sambil membalas kuluman nya. Toket dan pentilku yang mengeras menekan dadanya. Kita saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas punggung dengan penuh nafsu. Ciumannya berpindah ke leherku. Aku mendongakkan daguku agar dia dapat menciumi leherku. Kini wajahnya bergerak ke arah toketku. Aku tadi sengaja memakai parfum di sekujur toketku biar lebih merangsang. Dia menghirup kuat-kuat lembah kedua bukit toketku. Kemudian wajahnya digesek-gesekkan di kedua bukit toketku secara bergantian, sambil menghirup keharuman toketku. Puncak bukit toket kanan pun dilahap dengan mulutnya. Disedotnya kuat-kuat toketku sehingga daging yang masuk ke dalam mulutnya menjadi sebesar-besarnya. Aku menggelinjang,
"Pak.. ngilu..", rintihku. Gelinjang dan rintihanku semakin membangkitkan napsunya. Diremasnya bukit
toket sebelah kiri dengan gemasnya, sementara pentil toket kanan dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak disedotnya kembali toket kananku kuat-kuat. Jarinya menekan dan memelintir pentil toket kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil mendesah,
"aduh pak.. ssshh.. ngilu pak.. ssshhh..geli," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dari mulutku. Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiri. Tangannya meremas
toket kanan kuat-kuat. Kalau toket kiri disedot kuat-kuat, tangannya memijit dan memelintir pentil toket kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahnya menekan pentil toket kiri, tangannya meremas toket kanan dengan sekuat-kuatnya.
"Pak.. bapak nakal...ssshhh.. ngilu pak, geli..",
Aku tidak hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
Setelah puas dengan toket, pak Geri meneruskan permainan lidah ke arah perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusar. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam cdku. Perlahan2 cdku dipelorotkan ke bawah. Aku sedikit mengangkat pantatku untuk memberi kemudahan cdku dilepas. Dan dengan sekali sentakan kaki, cdku sudah terlempar ke bawah. Dia memandangi jembutku lebat yang mengitari bibir memekku yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi perut di sekitar pusarku, tangannya mengelus pahaku. Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik.
Sampailah jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar tempekku. Tangannya pun mengelus tempekku dengan dua jarinya bergerak dari bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku berinisiatif meremas toketku sendiri. Aku sangat menikmati permainan ini. Perlahan disibak nya bibir tempekku dengan ibu jari dan telunjuk mengarah ke atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke tempekku, sementara tangannya kembali memegangi toketku. Dijilatinya itil ku perlahan-lahan sambil satu tangannya mempermainkan pentil toketku.
"Au pak.. shhhhh.. betul di situ pak.. enak pak..shhhh..,"
Aku mendesah sambil merem-melek. Alisku bergerak ke atas - bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mataku. Keningku pun berkerut pertanda aku sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi. Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan panjang dari lubang pantat sampai ke itilku. Karena gerakannya, ujung hidungnya pun menyentuh tempekku. Terasa benar dinding tempekku mulai basah. Bahkan sebagian cairan memekku mulai mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar. Di saat bergetar itu pinggulku
diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya kutusukkan ke lobang tempekku.
"Paak.. enak sekali pak..,"
Aku mengerang dengan kerasnya. Dia segera memfokuskan jilatan lidah serta tusukan ujung hidung di tempekku. Semakin lama tempekku semakin basah saja. Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke lobang tempekku. Setelah masuk hampir semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena "G-spot"-ku. Dan berhasil!
"Auwww.. pak..!" jeritku sambil menyentakkan pantat ke atas. Sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam tempekku terlepas. Perut bawahku yang ditumbuhi jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahnya. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam tempekku dan
melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di itilku. itilku tampak semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika itilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih. Pinggulku menggial ke kiri-kanan.
"Pak..," hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.Permainan jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku sambil mengerang dan menggeliat meremas apa saja yang dapat
kuraih. Meremas rambutnya, meremas bahunya, dan meremas toketku sendiri.
"Pak.. Ines sudah tidak tahan lagi. Masukin kontolnya pak. Ohhh.. sekarang juga pak..! Sshhh. . . ," erangku sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhku. Namun dia tidak perduli. Dia sengaja untuk mempermainkan aku terlebih dahulu. Dia mau membuat aku nyampe sementara dia masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahnya dijauhkan dari tempekku. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam tempekku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya yang di dalam tempekku
ke atas-bawah, sampai terasa ujung jarinya menghentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jarinya mengusap dan menghentak i tilku. Gerakan jari tangannya di memekku yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Aku memekik kecil "Ah-ah-ah-ah-ah.." Sementara dia semakin memperdahsyat kocokan jarinya , sambil memandangi wajahku. Aku merem-melek keenakan, keningku berkerut-kerut. Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dari kocokan jarinya di tempekku semakin terdengar keras. Dia mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang makin membangkitkan nafsunya. Toketku semakin kencang dan licin, sedang pentilku tampak berdiri dengan tegangnya. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Pantatku terangkat tinggi-tinggi. Mataku membeliak-beliak. Dan aku menjerit hebat,
"Paaak..!" Dua jarinya yang tertanam di dalam tempekku dijepit oleh dinding tempekku dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jarinya dalam tempekku, terpancarlah semprotan cairan tempekku dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tangannya. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas di atas ranjang. Mataku memejam rapat. Aku baru saja nyampe dengan begitu hebat. Kocokan jari tangannya di tempekku pun dihentikan. Dibiarkannya jari tertanam dalam tempekku sampai jepitan dinding memekku terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan dicabut dan tempekku. Cairan tempek yang terkumpul di telapak tangannya dibersihkan dengan kertas tissue.
Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjangku yang terbaring diam di hadapannya seolah menantang dirinya untuk membuktikan kejantanannya. Pak Geri pun mulai menindih kembali tubuhku, sehingga kontolnya yang masih di dalam cd tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Bibirnya mengulum kembali bibir ku, sambil tangannya meremas toket dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas melumat bibir, wajahnya pun menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai belahan toketku. Wajahnya kemudian menggeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas kedua belah toketku. Digesekkannya wajahnya memutar di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkannya pentil nya dalam mulutnya. Kini dia menyedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di dalam mulutnya itu dengan lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat.
"Ah.. ah.. pak.. geli," aku mendesiss sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Tangannya meremas toket kananku. Kadang remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak bukitnya, dan diakhiri dengan tekanann kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku.
"Pak.. hhh.. geli.. enak.. ngilu.."
Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang disedot hanya pentilnya dan
dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit dan dipelintir kecil pentilku di puncaknya.
"Ah.. pak.. terus pak.. hzzz..ngilu.."
Aku mendesis keenakan. Napsuku sudah kembali tinggi. Mataku kadang terbeliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan keduaku. Aku dengan gerakan cepat memelorotkan cdnya hingga turun ke paha. Pak Geri memaklumi maksudku, segera dilepasnya cdnya. Aku segera menangkap kontolnya yang sudah ngaceng. Sejenak aku terkejut.
"Edan.. pak, kontol bapak besar sekali.. kontol cowok-cowok Ines dahulu tidak sampai sebesar ini," ucapku terkagum-kagum. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya yang terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, aku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama. Bibirku yang pink kemudian melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia pun tidak mau mengalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora. Kupeluk punggungnya dan kuremas dengan gemasnya.
Kemudian dia menindih tubuhku. kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perut bawahnya sendiri. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku. Kecupan bibirnya pun turun. Dikecupnya daguku. Dikecupnya leherku yang memancarkan bau wangi parfum yang kupakai. Diciumi dan digelutinya leherku dengan wajahnya, sementara pantatnya mulai bergerak aktif sehingga kontolnya menekan dan menggesek pahaku. Puas menggeluti leher, wajahnya pun turun ke toket ku. Dengan gemas dan ganasnya dia membenamkan wajahnya ke belahan dadaku, sementara kedua tangannya meraup kedua belah toketku dan menekannya ke arah wajahnya. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadaku, wajahnya kini menggesek memutar sehingga kedua gunung toketku tertekan oleh wajahnya secara bergantian. Kemudian bibirnya meraup puncak bukit toket kiri ku. Daerah toket yang kecoklatan beserta pentilnya yang pink kecoklatan itu pun masuk dalam mulutnya. Dilahapnya ujung toket dan pentilku dengan bernafsu. Di dalam mulutnya pentilku dikulum dan dimainkan dengan lidahku.
"Pak.. geli," katakun. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum puncak bukit toketku. Pentilku menjadi keras. Kemudian dia kembali melahap puncak bukit toketku sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutnya disedot sekuat-kuatnya. Sementara toket sebelah kanannya diremas sekuat-kuatnya dengan tangannya. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan toket kananku. kontolnya semakin menekan dan menggesek pahaku. Aku semakin menggelinjang dengan hebatnya.
"Pak... ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan mulut bapak.. Auw! Sssh.. ngilu," rintihku.
Rintihanku itu justru semakin mengipasi api nafsunyasehingga semakin berkobar-kobar. Semakin ganas dia mengisap dan meremas toketku.
Akhirnya pak Geri tidak sabar lagi. Dilepasnya toketku dari gelutan mulut dan tangannya. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya untuk mencari liang tempekku. Diputarnya kepala kontolnya di kelebatan jembut di sekitar bibir tempekku. Jembutku bagaikan menggelitiki kepala kontolnya.
"Pak.. masukkan seluruhnya pak". Aku meraih batang kontolnya yang sudah amat tegang. Paha ku buka agak lebar.
"Edan.. kontol bapak besar dan keras sekali, pak..," kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke lobang tempekku. Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir tempekku yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankannya masuk ke liang tempekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam tempekku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.
"Pak.. teruskan masuk, pak.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai situ saja..," aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke lobang tempekku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku, lengan tanganku, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang dengan tidak karuan.
"Sssh.. enak.. geli, pak. Terus masuk, pak.." Bibirnya mengulum lenganku dengan kuat. Sementara gerakan dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan.. satu.. dua.. tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam tempekku dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. kontolnya bagaikan diplirit oleh bibir dan lobang tempekku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekikku.
Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam tempekku tanpa bergerak sedikit pun.
"Sakit pak.. Bapak nakal sekali" kata ku sambil meremas punggungnya dengan keras. Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memek ku. Seluruh kontolnya yang masuk terasa dipijit
dinding lobang tempekku dengan agak kuatnya.
"Bagaimana Nes, masih sakit?" tanyanya.
"Sssh..enak sekali. kontol bapak besar dan panjang sekali.. sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang tempek Ines..," jawabku.
Dia terus memompa memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Toket ku ikut terpilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yang sudah mengeras mengilik dadanya yang bidang. Setiap kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh bagian terdalam dari tempekku. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki memekku sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Kemudian dia mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari lobang tempekku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiri didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok tempekku perlahan dengan kontolnya, betis kiriku diciumi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanan yang diciumi, sementara betis kiri ditumpangkan ke atas bahunya. Hal tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan maju-mundur kontolnya perlahannya di memek ku. Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di tempekku, tangannya meremas toketku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir perlahan. Pentilku semakin mengeras. Aku pun merintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
"Ah.. pak, gelii.. Tobat.. Ngilu pak. Sssh.. terus pak, terus. Edan...kontol bapak membuat tempek Ines terasa enak sekali… Nanti pejunya. Ngecret di dalam saja..Ines sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di tempekku.
"Ah-ah-ah.. benar, pak. benar.. yang cepat.. Terus pak,terus.."
Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihanku. Dia meningkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di tempekku. Terus dan terus.Aku menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, matanya pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.
"Sssh.. sssh.. Nes..enak sekali.. tempekmu."
"Ya pak, Ines juga merasa enak sekali.. terusss.. pak, terusss.."
Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya di tempekku.
"Pak.. edan pak, sssh..terus...Ines hampir nyampe nih pak.. sedikit lagi.. kita nyamper sama-sama ya pak..," akui mengoceh tanpa kendali.
Dia mengayuh terus. Dia belum merasa mau ngecret. Sepertinya dia mau membuat aku nyampe duluan.
"Paak..," rintih ku. Aku memegang kedua lengannya.
"Pak.. ah-ah.. Enak pak, Mau nyampe pak..ah-ah.. sekarang ke-ke.." kontolnya dijepit oleh dinding tempekku dengan sangat kuatnya. Terasa ada cairan yang menyembur keluar dari tempekku dengan cukup deras. Aku meremas lengannya dengan sangat kuatnya dan berteriak tanpa kendali :
"aaaaaaakkkhhhh.. aku keluarrr..!"
Mata kumembeliak-beliak. Sekejap tubuh ku mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya. kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan diam tertanam dalam tempek ku. Aku kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak kenikmatanku. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan ku pada lengannyau perlahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Jepitan dinding tempekku pada kontolnya berangsur melemah. walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kaki kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka.
Dia kembali menindih tubuh telanjang ku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam tempekku tidak tercabut.
"Pak.. bapak luar biasa.. bapak membawa Ines ke langit ke tujuh", kata ku dengan mimik wajah penuh kepuasan. Dia tampaknya senang mendengar pengakuan ku itu.
"Pak… bapak seperti yang Ines bayangkan. Jantan.. perkasa.. dan bapak berhasil membawa Ines ke puncak. Luar biasa nikmatnya.."
Pak Geri saat ini baru setengah perjalanan saat aku sudah nyampe. kontolnya masih tegang di dalam tempekku. kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di tempekku, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding tempek ku secara berargsur-angsur mulai meremas kontolnya. Sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh tempek ku beberapa saat yang lalu.
"Ahhh.. pak.. bapak langsung mulai lagi.. Sekarang giliran bapak..ngecretkan peju bapak ke dalam tempek Ines..Sssh..," aku mulai mendesis lagi.
Bibirnya mulaimemagut bibir ku dan dilumatnya dengan gemas. Tangan kirinya menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas toket ku serta memijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kontolnya di tempekku.
"Sssh.... enak pak. Terus..," desisku saat bibirku lepas dari bibirnya. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora napsunya. Sambil kembali melumat bibir ku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di memekku. Pengaruh adanya cairan di dalam memek ku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret.."
Aku tidak hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan, "Pak..aah". kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke dalam tempek ku sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk tempek ku sedalam-dalamnya. kontolnya diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding tempek ku
Sampai di langkah terdalam, mataku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Pangkal pahanya bagaikan menampar pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar tempek, kontol dijaga agar kepalanyatetap tertanam di lobang tempekku. Remasan dinding tempek pada batang kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir tempekku yang mengulum batang kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada
gerak keluar ini aku mendesah,
"Hhh.."
Dia terus menggenjot tempek ku dengan gerakan cepat dan menghentak. Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang tempekku. Beradunya pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan tempek ku menimbulkan bunyi srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh lenguhanku :
"Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.." kontolnya kuempot dengan tempekku. Ini membuatnya tidak kuasa menahan pekikan kecil:
"Nes.. edan.. Enak sekali .. memekmu enak sekali.. memekmu hangat sekali.. edan.. jepitan tempekmu enak sekali.."
"Pak.. terus pak.." rintih ku,
"Ines juga enak pak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
Dia pun mengocokkan mengocokkan kontolnya ke tempekku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. "Nes.. aku.." Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak
mampu menyelesaikan ucapannya yang memang sudah terbata-bata itu. "Pak! Ines mau keluar lagi..Ines ke-ke-ke.." Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Pada saat itu juga tiba-tiba dinding tempek ku mencekik kuat sekali sehingga dia tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam kontolnya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan tempek ku, bersamaan dengan pekikan ku,
"aaaakkkhhhhh ..keluarrrr..!" Tubuh ku mengejang dan mataku membeliak.
"Nes..!"
Dia melenguh keras-kerassambil merengkuh tubuh ku sekuat-kuatnya Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crott! Croat! Pejunya bersemburan dengan derasnya, menyemprot dalam tempekku yang terdalam. kontolnya yang terbenam semua di dalam tempekku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kita terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Dia menghabiskan sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya mengecretkan lagi peju yang
masih tersisa ke dalam tempekku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuh kami pun mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, sementara aku mengusap punggungnya dan mengelus rambutnya. Aku merasa puas sekali.
"Pak.. terima kasih pak. Puas sekali Ines. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata ku lirih.
Dia tidak memberi kata tanggapan.
Sebagai jawaban, bibirku dikecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur. Aku meletakkan kepalaku di atas dadanya yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Dia melumat bibirku beberapa saat.
Dan Sejak saat itu hampir tiap hari bapak kost ngentotin aku dan aku pun terkapar puas...
Tamat
Dosa Seorang Ibu
Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada akhir tahun lalu, yang
juga merupakan perkenalan pertama saya dengan sebuah Website cerita
cerita dewasa.
Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Umur saya 42 tahun. Saya memiliki dua orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas tiga SMP, sedangkan sikecil Sandy masih berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia. Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak bekerja. Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang.
Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu saya atasi.
Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya. Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor nya.
Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.
Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan tempek yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut kontolnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap kontolnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.
Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm. Samar-samar saya dapat melihat jembutnya yang tampaknya masih sedikit. Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kontolnya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang kontolnya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.
Kejadian Tony membelai-belai kontolnya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kontol yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya. Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke kontol anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kontolnya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor. Kepala kontol yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kontolnya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kontolnya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.
Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kontol itu sekuat-kuatnya.
“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, pejuh muncrat keatas. Melihat pejuh muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Tempek saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal
Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini. Tony masih terus mengurut-urut batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari lubang kencing di kepala kontolnya. Tony melumuri permukaan kontolnya dengan pejuh tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti oleh pejuh berwarna keputihan. Samar-samar saya dapat mencium bau pejuh yang bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.
Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. kontol yang berleleran air pejuh mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya. Tanpa sadar saya menghela napas melihat kontolnya. Rambut jembutnya berwarna kecoklatan tampak tertata seperti pernah dicukur. Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya. Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Saya mengusap pejuh tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan pejuh. Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony curiga. Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah ………. (tidak perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati. Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).
Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan anak saya sendiri. Apa yang dilakukan anak saya membuat saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak saya sendiri membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya anggap anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air pejuh yang memuncrat-muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. , kontol itu adalah milik anak saya.
Sejak kejadian itu saya sering terbayang kontol Tony yang sedang memuncrat - muncratkan pejuhnya. Kontol yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.
Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa” saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa” Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.
Saat itulah saya mulai mencoba-coba “Cerita Dewasa” Saya tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Saya membuka - buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang.
Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.
Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya. Membayangkan penis hitam panjang itu menembus kemaluan wanita, panas dingin saya membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan. Tetapi wanita-wanita dengan lubang dubur yang menganga dan tertembus penis itu tampaknya terlihat nikmat nikmat saja.
Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir mem*k yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai menuliskan hal-hal seperti ini, ampun ya Allah).
Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak salah dari ……..com) di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap penis hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi penis kecil Tony yang tegang dan memuncratkan air maninya.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya. Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kont*l Tony yang sangat kaku itu masuk ke dalam mem*k saya. Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.
Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.
Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya ?)
Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru. Biasanya saya menemui orang yang bukan suami dan anak (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung saya masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.
Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk Sandy “.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.
Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Ruang tengah berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak, Win ?”, kata Budi lagi.
“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja. Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka.
Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat. Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat saya. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah). Saya agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.
“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.
“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.
“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.
“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap saya.
“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.
“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.
Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah saya.
Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.
Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini. Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi. Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Saya jadi tidak bisa berpikir lurus. Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Saya merasa jatuh ke dalam takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, saya membuka kancing baju saya yang paling bawah. Bagian bawah dari baju saya sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi saya sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas saya buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari susu saya mulai terlihat. Susu saya tidak besar, berukuran sedang-sedang saja. Sambil berdebar-debar saya keluar kamar menuju dapur.
“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya.” kata saya. Saya dapat merasakan Budi memandang saya dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh saya. Saya tahu bahwa untuk setiap langkah saya, pakaian bawah saya tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha saya yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut. Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi. Saat itu saya tidak ingat lagi akan suami dan anak. Pikiran saya sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.
Saya berpikir untuk menggoda Budi. Saya membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula. Saya sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju saya bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya. Saya dapat merasakan Budi memandangi tubuh saya terutama pantat dan paha saya. Kepuasan melanda saya yang dapat menarik perhatian Budi. Saya merasa Budi selalu melirik-lirik saya ke dapur selama saya menyiapkan kopi.
Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan penganan kecil atau pun minuman. Saya berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Saya berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar saya mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha saya. Saya yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu saya ajak dia ngobrol.
“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata saya.
“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha saya.
“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena”, tanya saya untuk mengisi pembicaraan.
“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata Budi. Sekitar tiga menitan saya ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi saya. Saya lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya saya dalam hati.
Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula saya duduk. Saya duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Saya melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .
“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju saya tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi dapat melihat paha saya yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.
Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan saya merasakan tempek saya mulai berdenyut. Suasana ini membuat saya mulai terangsang. Pandangan saya tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada saya berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang. Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kont*lnya.
Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha mencari omongan. Sebelumnya saya agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya dari kaki yang lain. Sekarang saya duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju saya tertarik ke atas.
“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha saya hingga bagian atas. Sebagai seorang ibu yang sudah beranak, paha saya cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara saya terdengar gemetar.
“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat.
“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.
“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak WIN beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk mengatakan.
“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak Win?”.
“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan anak kecil lagi” kata Budi.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya.
“Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan. Kak Win jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Saya terlongong-longong saja mendengar kata - katanya..
“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut saya. Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan saya dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan saya dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan saya, jari-jari tangan saya dijilat dan dihisapnya. Saya terbuai dan terangsang oleh perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan saya tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa kont*l Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan saya.
“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.
“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang.
“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.
Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua tangannya. “Kak Win lehernya putih sekali”, katanya lagi. Saya merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut saya dengan lembut sambil menatap muka saya. Saya bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi saya. Dikecupnya kedua mata saya mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung saya ke bibir saya berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya .. tetapi juga perasaan sayang yang muncul.
Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan. Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata saya terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah saya. Dijilatinya lidah saya dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar saya menjulurkan lidah saya juga. Kini kami saling menjilat dan napas saya tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut saya. Air ludah saya yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir saya.
“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka kami sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat saya nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah saya kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut saya. Saya membuka mulut saya selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup cairan ludah saya. Saya tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher saya. Sekali-kali leher saya digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya sangat menikmati yang ia lakukan pada saya.
Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak Win, pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa menunggu jawaban saya, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju saya. Sekarang saya tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.
“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut saya.
“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi kok Bud”, kata saya agak sedikit malu, karena perut saya sudah agak gemuk dan mulai membusung dengan adanya lemak-lemak. Tetapi Budi tampak tidak perduli. Diciumnya lembut perut saya dan dijilatnya sedikit pusar saya. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan saya.
Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya. Diusap-usapnya susu saya dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu saya. Tanpa diminta saya buka BH saya. Kini kedua susu saya terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua gundukan di dada saya dengan muka serius. Susu saya tidaklah besar dan kini sudah agak menggantung dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua susu saya. Merinding nikmat terasa susu saya. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua susu saya. Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil susu yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu. Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Cairan terasa merembes keluar tempek saya dan membasahi celana dalam yang saya kenakan. Kini Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua susu saya. Perasaan nikmat membakar susu saya dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang tempek saya. tempek saya terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar. Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh Buuuud..”.
Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya. “Ahhh, kak Win celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak Win sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata saya. Tepat di bagian depan tempek saya, jari-jarinya membelai-belai bibir tempek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang tempek saya. Saya tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang.
Kemudian Budi menarik dan melepas celana saya. Kini saya tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali.
“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam lebat.
“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada. Bibir-bibir tempek saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang tempek saya terbuka. Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang mem*k. Saya sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya tempek saya.
“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.
“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya tempek saya. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang tempek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di tempek saya. Kenikmatan semakin memuncak di tempek saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke tempek saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke tempek saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.
Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk tempek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. kontol itu berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi kontol Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.
“Saya mau keluarkan di dalam tempek kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.
“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke tempek kak Win, ayoohh”, kata saya. kontol yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang tempek saya yang basah kuyup oleh cairan tempek dan ludah Budi. Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang tempek saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding tempek saya terasa meregang. Kenikmatan mendera tempek saya kembali. kontol itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang tempek saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kontol itu. Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kontol itu mengenjot tempek saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kontol itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.
“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan. kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam tempek saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam tempekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.
Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih kak Win”. Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.
Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali. Itu kami lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil.
Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Saya terus berusaha menekan birahi, tetapi saya merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala dosa yang menyertai.
Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Umur saya 42 tahun. Saya memiliki dua orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas tiga SMP, sedangkan sikecil Sandy masih berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia. Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak bekerja. Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang.
Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu saya atasi.
Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya. Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor nya.
Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.
Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan tempek yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut kontolnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap kontolnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.
Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm. Samar-samar saya dapat melihat jembutnya yang tampaknya masih sedikit. Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kontolnya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang kontolnya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.
Kejadian Tony membelai-belai kontolnya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kontol yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya. Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke kontol anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kontolnya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor. Kepala kontol yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kontolnya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kontolnya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.
Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kontol itu sekuat-kuatnya.
“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, pejuh muncrat keatas. Melihat pejuh muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Tempek saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal
Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini. Tony masih terus mengurut-urut batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari lubang kencing di kepala kontolnya. Tony melumuri permukaan kontolnya dengan pejuh tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti oleh pejuh berwarna keputihan. Samar-samar saya dapat mencium bau pejuh yang bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.
Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. kontol yang berleleran air pejuh mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya. Tanpa sadar saya menghela napas melihat kontolnya. Rambut jembutnya berwarna kecoklatan tampak tertata seperti pernah dicukur. Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya. Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Saya mengusap pejuh tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan pejuh. Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony curiga. Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah ………. (tidak perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati. Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).
Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan anak saya sendiri. Apa yang dilakukan anak saya membuat saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak saya sendiri membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya anggap anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air pejuh yang memuncrat-muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. , kontol itu adalah milik anak saya.
Sejak kejadian itu saya sering terbayang kontol Tony yang sedang memuncrat - muncratkan pejuhnya. Kontol yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.
Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa” saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa” Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.
Saat itulah saya mulai mencoba-coba “Cerita Dewasa” Saya tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Saya membuka - buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang.
Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.
Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya. Membayangkan penis hitam panjang itu menembus kemaluan wanita, panas dingin saya membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan. Tetapi wanita-wanita dengan lubang dubur yang menganga dan tertembus penis itu tampaknya terlihat nikmat nikmat saja.
Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir mem*k yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai menuliskan hal-hal seperti ini, ampun ya Allah).
Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak salah dari ……..com) di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap penis hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi penis kecil Tony yang tegang dan memuncratkan air maninya.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya. Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kont*l Tony yang sangat kaku itu masuk ke dalam mem*k saya. Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.
Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.
Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya ?)
Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru. Biasanya saya menemui orang yang bukan suami dan anak (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung saya masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.
Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk Sandy “.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.
Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Ruang tengah berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak, Win ?”, kata Budi lagi.
“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja. Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka.
Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat. Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat saya. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah). Saya agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.
“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.
“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.
“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.
“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap saya.
“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.
“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.
Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah saya.
Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.
Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini. Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi. Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Saya jadi tidak bisa berpikir lurus. Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Saya merasa jatuh ke dalam takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, saya membuka kancing baju saya yang paling bawah. Bagian bawah dari baju saya sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi saya sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas saya buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari susu saya mulai terlihat. Susu saya tidak besar, berukuran sedang-sedang saja. Sambil berdebar-debar saya keluar kamar menuju dapur.
“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya.” kata saya. Saya dapat merasakan Budi memandang saya dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh saya. Saya tahu bahwa untuk setiap langkah saya, pakaian bawah saya tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha saya yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut. Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi. Saat itu saya tidak ingat lagi akan suami dan anak. Pikiran saya sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.
Saya berpikir untuk menggoda Budi. Saya membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula. Saya sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju saya bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya. Saya dapat merasakan Budi memandangi tubuh saya terutama pantat dan paha saya. Kepuasan melanda saya yang dapat menarik perhatian Budi. Saya merasa Budi selalu melirik-lirik saya ke dapur selama saya menyiapkan kopi.
Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan penganan kecil atau pun minuman. Saya berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Saya berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar saya mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha saya. Saya yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu saya ajak dia ngobrol.
“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata saya.
“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha saya.
“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena”, tanya saya untuk mengisi pembicaraan.
“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata Budi. Sekitar tiga menitan saya ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi saya. Saya lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya saya dalam hati.
Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula saya duduk. Saya duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Saya melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .
“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju saya tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi dapat melihat paha saya yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.
Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan saya merasakan tempek saya mulai berdenyut. Suasana ini membuat saya mulai terangsang. Pandangan saya tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada saya berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang. Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kont*lnya.
Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha mencari omongan. Sebelumnya saya agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya dari kaki yang lain. Sekarang saya duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju saya tertarik ke atas.
“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha saya hingga bagian atas. Sebagai seorang ibu yang sudah beranak, paha saya cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara saya terdengar gemetar.
“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat.
“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.
“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak WIN beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk mengatakan.
“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak Win?”.
“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan anak kecil lagi” kata Budi.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya.
“Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan. Kak Win jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Saya terlongong-longong saja mendengar kata - katanya..
“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut saya. Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan saya dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan saya dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan saya, jari-jari tangan saya dijilat dan dihisapnya. Saya terbuai dan terangsang oleh perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan saya tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa kont*l Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan saya.
“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.
“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang.
“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.
Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua tangannya. “Kak Win lehernya putih sekali”, katanya lagi. Saya merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut saya dengan lembut sambil menatap muka saya. Saya bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi saya. Dikecupnya kedua mata saya mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung saya ke bibir saya berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya .. tetapi juga perasaan sayang yang muncul.
Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan. Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata saya terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah saya. Dijilatinya lidah saya dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar saya menjulurkan lidah saya juga. Kini kami saling menjilat dan napas saya tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut saya. Air ludah saya yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir saya.
“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka kami sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat saya nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah saya kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut saya. Saya membuka mulut saya selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup cairan ludah saya. Saya tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher saya. Sekali-kali leher saya digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya sangat menikmati yang ia lakukan pada saya.
Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak Win, pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa menunggu jawaban saya, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju saya. Sekarang saya tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.
“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut saya.
“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi kok Bud”, kata saya agak sedikit malu, karena perut saya sudah agak gemuk dan mulai membusung dengan adanya lemak-lemak. Tetapi Budi tampak tidak perduli. Diciumnya lembut perut saya dan dijilatnya sedikit pusar saya. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan saya.
Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya. Diusap-usapnya susu saya dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu saya. Tanpa diminta saya buka BH saya. Kini kedua susu saya terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua gundukan di dada saya dengan muka serius. Susu saya tidaklah besar dan kini sudah agak menggantung dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua susu saya. Merinding nikmat terasa susu saya. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua susu saya. Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil susu yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu. Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Cairan terasa merembes keluar tempek saya dan membasahi celana dalam yang saya kenakan. Kini Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua susu saya. Perasaan nikmat membakar susu saya dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang tempek saya. tempek saya terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar. Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh Buuuud..”.
Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya. “Ahhh, kak Win celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak Win sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata saya. Tepat di bagian depan tempek saya, jari-jarinya membelai-belai bibir tempek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang tempek saya. Saya tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang.
Kemudian Budi menarik dan melepas celana saya. Kini saya tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali.
“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam lebat.
“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada. Bibir-bibir tempek saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang tempek saya terbuka. Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang mem*k. Saya sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya tempek saya.
“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.
“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya tempek saya. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang tempek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di tempek saya. Kenikmatan semakin memuncak di tempek saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke tempek saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke tempek saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.
Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk tempek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. kontol itu berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi kontol Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut - kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.
“Saya mau keluarkan di dalam tempek kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.
“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke tempek kak Win, ayoohh”, kata saya. kontol yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang tempek saya yang basah kuyup oleh cairan tempek dan ludah Budi. Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang tempek saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding tempek saya terasa meregang. Kenikmatan mendera tempek saya kembali. kontol itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang tempek saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kontol itu. Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kontol itu mengenjot tempek saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kontol itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.
“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan. kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam tempek saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam tempekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.
Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih kak Win”. Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.
Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali. Itu kami lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil.
Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Saya terus berusaha menekan birahi, tetapi saya merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala dosa yang menyertai.
Di Tempat Setrikaan
Kenalkan
namaku andi.. anak bungsu dari 3 bersaudara…
Kedua kakakku da menikah..
Jadi dirumah cuma tinggal kita bertiga.
Dirumahku ada tukang cuci namanya mba anis. Udah tiga tahun mba anis Bantu-bantu di rumah.Mba anis bekerja hampir setiap hari dirumahku. Pagi nyuci baju, siang pulang sorenya datang lagi buat nyetrika.
Sore itu aku lagi males-malesan di kamar. Biasanya main bola atw nongkrong ma temen2 kampus. Lagi asyik2 browsing aku denger suara di luar kamar ada yang lagi beres2.
Aku keluar sebentar, ternyata ada mba anis yang mau nyetrika. Kebetulan tempat nyetrika tepat di depan jendela kamarku. Soalnya colokan listriknya di samping kiri pintu masuk kamarku. Aku keluar kamar, sambil basa basi aku sapa mba anis…
“Mau nyetrika ya mbak…?”
“iya mas…”
“yanti mana mba..? “…..
“di rumah mas..”
Mba anis seorang janda.. punya dua orang anak… rini ma yanti..Rini uda SMP.. yanti itu nama anaknya yang masih SD. Sering juga dibawa main kerumah…
Kulihat Mba anis mempersiapkan semua keperluan nyetrika. Karpet, alas nyetrika sarung dan sebagainya… mba anis biasanya nyetrika di lantai beralaskan karpet.Selama ini aku ga terlalu memperhatikan kehadiran mba anis …Tapi sore ini ntah kenapa aku memperhatikan body mba anis, mba anis lumayan montok juga. Kuperhatikan toketnya gede juga… Usianya kuperkirakan sekitar 40 tahun.. kulit sawo matang…
Sore itu mba anis memakai kaos warna putih yang berleher rendah sehingga belahan dadanya sedikit kelihatan… bawahannya pake celana legging ketat warna hitam. Karna mba anis pake kaos yang agak pendek, gundukan di selangkangannya terexpose dengan bebas. Gile memeknya tebel banget…..
Aku kebawah sebentar bikin kopi… lalu balik lagi ke kamar.Sampai di kamar… aku jadi kepikiran lg ma mba anis..
Ngintip ahhh….
Aku tutup pintu trus matiin lampu…Aku berdiri di depan kaca nako didepan kamarku…Aku buka gordennya dari kiri kanan sebagian..Aku perhatiian mba dari balik nako… jaraknya kira-kira 2 meter..
Mba anis sexy banget..Posisinya menghadap ke kamarku… kaki kanannya di buka ke samping…
Kaki kiri di tekuk… sehingga tumitnya persis di depan gundukan memeknya…Karna nyetrikanya sambil nunduk2… toketnya terlihat dengan jelas dari posisiku…Ternyata toketnya masih kenyal dan mulus juga… Di balik kaosnya, mba anis pake bra warna hitam…
Melihat pemandangan di depanku… nafsuku mulai naik…Dengan posisi berdiri… Sambil memperhatikan mba anis dari balik nako..Aku turunkan celanaku dan mulai coli…Pertama pelan2.. lama2 makin cepat…
Karna kontolku da mulai basah… lama2 muncul bunyi kcok..kcokk..kcokkk…
Mungkin karena cukup deket… mba anis mulai menyadari adanya suara2 “aneh” dari kamarku… Aku perhatikan mba anis mulai terlihat gelisah sambil sesekali ngelirik2 ke arah nako kamarku… sepertinya dia penasaran dengan bunyi tersebut…
Aku yakin mba anis ga bisa melihatku… karna lampu kamar aku matikan…Tapi mba anis pasti tau kalo aku lagi coli sambil memandangi tubuh sexynya..Nafsuku da tinggi sekali.. kocokanku kupercepat…
Sambil terus memperhatikan tubuh mba anis yang sexy…terutama bagian toket ma gundukan memeknya
kcokkk…..kcokkk….kcookkkk..kcokkk….
Akhirnya crot..crottt.crotttt… maniku muncrat sampai ngotorin kaca nako kamarku… kemudian aku bersihin pake tissue….
Setelah kejadian itu… menonton mba anis yang lagi nyetrika sambil coli menjadi hal yang sering kulakukan di sore hari…Aku yakin mba anis tau apa yang aku lakukan… tapi sepertinya dia menikmatinya juga…Karena semakin hari mba anis juga semakin “berani”… mba anis sekarang selalu memakai baju yang makin sexy… kadang pake rok.. pake daster… yang otomatis memperlihatkan celana dalamnya.. bahkan seringkali mba anis memakai cd yang transparan, ada bolongannya, atau yang kelonggaran… sehingga seringkali aku bisa melihat bulu-bulu memeknya.. bahkan bibir memeknya sering kelihatan…pernah mba anis memakai BH yang kekecilan.. sampai sampai putingnya ga ketutupan…
Kalo dipikir-pikir….Sepertinya mba anis sengaja menggoda nafsu birahi ku…
Kali ini aku mau melakukan sesuatu yang berbeda ke mba anis.. Karna coli sambil sembunyi-sembunyi da biasa.. Aku pengen liat expresi mba anis kalo nyetrika sambil liat kontol…Membayangkan wajahnya yang memerah membuatku horny….Aku da buat persiapan… kaca nako sengaja aku buka… lampunya juga ga aku matiin..Cuma gorden jendela yang ga aku buka….Sambil nungguin mba anis… aku browsing-browsing dulu buat pemanasan…Kira-kira jam 4 mba anis datang.. aku dengar suaranya lagi ngobrol-ngobrol ma mama dibawah.
“andi.. andi..” mama manggilku
“apa ma..???” aku jawab dari atas
“jangan tinggalin rumah ya. Ada mba anis mau nyetrika”
“mama mau ke pasar dulu”
“ok ma” jawabku
Mantap nih fikirku. Aku mulai siap-siap… aku buka baju ma celana… tinggal pak cd.Aku dengar suara mobil mama yang mau belanja… ga lama kemudian mba anis naik sambil bawa sekeranjang baju kering yang uda dicuci..Aku buka gorden sebelah kiri sedikit buat ngintip…Kali ini mba anis memakai baju terusan warna putih… pake kancing dua di bagian lehernya dan tanpa lengan…
Shownya pasti mantap nehhh…Ngebayangin gundukan memek mba anis… kontolku langsung tegang…
Setelah selesai mempersiapkan tempat setrikaan…Mba anis mulai duduk di karpet menghadap kamarku…Kaki kanan ngangkang… kaki kiri di tekuk kedalam…Wow… Gundukan memeknya amat menantang… mba anis pake cd warna kuning yang agak longgar… karna cdnya longgar, bulu memeknya keihatan dari samping cd yang dipakainya…
Sambil nunggu setrikaannya panas… entah gerah entah pengen pamer, mba anis membuka kedua kancing bajunya..… bukit indahnya kelihatan dengan jelas.. gile toketnya montok banget.. terbungkus bra warna kuning.. sama seperti warna cd nya mba anis.. sepertinya belinya satu set..Mba anis mulai nyetrika…
Aku juga mulai show…Aku lepas cdku… aku sampai telanjang bulat.. kontolku udah tegang banget…
aku selipkan kontolku ke kaca nako yang kebuka diantara nako paling bawah ma kusen jendela… sehingga kepala kontolku keluar dari jendela… sensasinya luar biasa.. jantungku sampai berdetak sangat kencang…
Sambil memandangi body sexy mba anis yang terbuka dimana-mana… aku mulai kocokin kontolku… kcok…kcokk.. kcokkk… aku sengaja kocok dengan kencang…
Sepertinya mba anis menyadari kehadiran benda aneh di dekatnya… dari posisinya, dia pasti bisa melihatku dengan jelas, karena lampu kamarku aku nyalain… matanya sesekali melirik kearah kontolku… mukanya mulai memerah… walau masih terus melanjutkan setrikaannya, sepertinya mba anis mulai gelisah sambil nahan-nahan nafas…
Semakin lama.. bunyi kocokan kontolku semakin berisik… kcok..kcokk..kcokk.kcokkk….Dengan posisiku sekarang yang persis di atas keranjang baju yang belum di setrika… Terkadang mba anis mendekat kearahku untuk mengambil baju yang belum di setrika.. Karena posisinya menunduk dan sangat dekat denganku.. aku bisa melihat jelas toketnya menggantung dengan indah… sampai putting coklatnya dapat terlihat dengan jelas… mungkin karena bra yang dipakainya ga ketat…
Sensasinya benar-benar luar biasa.. kalo mba anis mendekat ke arahku … kontolku sengaja aku majuin sambil diputar-putar… Sensasinya luar biasa…
Suasana makin panas.. aku lihat mba anis semakin gelisah.. muka memerah.. nafas ga teratur… sambil nyetrika matanya sering melirik kearah kontolku… posisi duduknya semakin tidak beratuan.. karena cdnya longgar.. dari samping , aku bisa dengan jelas melihat memeknya… karena bulu memeknya ga terlalu lebat… aku bisa melihat itil ma bibir memeknya… bibir memek mba anis berwarna kecoklatan…
terkadang bibir memeknya terkuak, memperlihatkan warna merah bagian dalam lobang memeknya… benar-benar pemandangan yang sangat indah…
Mba anis sepertinya da ga peduli ma kondisinya.. suasana hening mencekam… yang terdengar hanya suara kocokan kontolku yang semakin licin…Sensasi paling kusuka, ketika mba anis hendak mengambil baju yang mau di setrika… posisinya mukanya dekat banget ma kontolku kira-kira hanya 30 cm…apalagi ngambil bajunya sepertinya di lama-lamain sepertinya mba anis milih-milih bajunya… seolah-olah mba anis mendekat buat ngulum kontolku… kocokanku semakin semangat.. sambil aku mendesiskan namanya…
Kcokk…kcockkk.. kcockkk…. Oohhh… mba anis… mba anisss… ohhhh….
Aku yakin mba anis mendengar dengan jelas aku manggil-manggil namanya… Nafsuku udah tinggi sekali… akal sehat semakin ga kekontrol… aku pengen sesuatu yang lebih… aku lihat setrikaannya masih lumayan banyak…aku berfikir sebentar…Akhirnya aku putuskan untuk keluar… tapi aku pake celana dulu.. aku ingat punya celana pendek yang ud sobek cukup besar di selangkannya… aku ambil di lemari.. kemudian aku pakai tanpa cd..Aku buka pintu, kemudian keluar.. sambil basa-basi aku sapa mba anis..
“ ehh ada mba anis…” kataku pura-pura..
Sedikit kaget.. dia melihatku.. aku perhatikan matanya melirik ke arah celanaku yang ada tonjolannya…
“ ehhh…iya mas” jawabnya.
“da lama mba…??” tanyaku masih pura-pura ga tau.
“belom mas..” jawabnya.. sepertinya mba anis salah tingkah. Tapi kancing baju ma selangkangannya masih dibiarkan terbuka
“yantinya ga diajak mba..??”
“yanti lagi main ma temen-temennya.. mas…”
Aku kemudian mendekat dan duduk di belakangnya… jaraknya sangat dekat.. kira-kira cuma sejengkal dari bokong mba anis.. kakiku di samping kiri-kanan mba anis..
Sepertinya mba anis ga keberatan… kesempatan nehh fikirku… aku perhatikan bokongnya mba anis yang gede… wow sexy banget…
Nafsuku da ngalahin akal sehat… kontolku ku keluarkan dari sobekan celana pendekku… kontolku da tegang maksimal… karena posisiku sangat dekat.. kepala kontolku hampir menyentuh bokong mba anis..
Basa-basi aku coba mengobrol ma mba anis…
“rini sekarang kelas berapa mba..???” rini anak pertama mba anis..
“rini sekarang kelas 8 mas..”
sambil ngobrol kontolku kupegang kemudian aku arahkan ke belahan bokongnya mba anis… bokongku aku majuin dikit… sleeppp… kepala kontolku masuk ke belahan bokongnya…
“kalo yanti sekarang kelas berapa..??” tanyaku masih pura-pura…
“yanti da kelas 6… bentar lg lulus…” jawabnya..
Aku perhatikan mba anis narik nafas panjang…
Dia pasti merasakan kepala kontolku yang nyelip di belahan bokongnya…
Masih dengan posisi kontolku nyelip di belahan bokong mba anis… aku ajak mba anis ngobrol-ngobrol…
“mba ga capek ngurusin 2 anak sendirian..??” suaminya dulu meninggal akibat keceakaan motor…
“nggak kepikiran mau menikah lagi..?”
Sambil nanya, aku kocokin kontolku… kcok..kcok..kcokk…
kepala kontolku geli-geli nikmat….
“gimana ya mas..”
“kalo ada yang mau sama mba, mba sih mau aja menikah lagi..” jawabnya
“pasti ada yang maulah sama mba… mba anis khan cantik, masih sexy lagi…” kataku memuji. Mba anis ga menjawab… tapi tersenyum senang dengan rayuanku..
Sambil ngocok di belakang bokong mba anis… aku dekatkan wajahku ke ketek kanannya…Karena baju yang dipakai mba anis ga ada lengannya.. aku bisa melihat ketek mba anis… bersih tanpa bulu.. dari lobang keteknya, bh nya terlihat sebagian…
Nafsuku makin meninggi.. kocokanku kupercepat… kcok..kcok..kcokkk…Bunyinya semakin nyaring…
Aku yakin mba anis juga menikmatinya… sambil mennyetrika mba anis sengaja menggerak-gerakkan bokongnya merespon kontolku yang nyelip di belahan bokongnya…
Ga lama mba anis selesai nyetrika kemeja bokap… mba anis meletakkan di sebelah kiri.. tempat yang sudah selesai di setrika… kemudian mba anis beranjak ke kanan mau ngambil baju yang lain… akibatnya kotolku lepas dari bokongnya..Aku masukin lagi kontolku ke celana..
Setelah memilih baju yang mau di setrika.. mba anis kembali ke posisi semula…Tapi sekarang posisi duduknya berubah…Mba anis sekarang jongkok memunggungiku… bajunya da naik sampai pangkal paha…Dari samping pangkal pahanya aku bisa melihat cd kuning yang dipakainya…melihatnya, nafsuku naik lagi…
Aku keluarin lagi kontolku dari lubang sobekan celanaku…Karena mau merapikan kemeja yang mau disetrika.Mba anis membungkuk. lututnya menumpu di karpet.. akibatnya bokongnya terangkat.. Posisinya mantap banget.. aku arahkan kontolku melalui belahan bokongnya. Melewati ujung bawah bajunya yang udah terangkat sampai bokong. sampai kepala kontolku menyentuh gundukan tempek mba anis yang masih dibungkus cd.
Walau masih di tutupi cd.. tapi rasanya lembut dan empuk banget gundukan memek mba anis… Aku maju mundurkan pantatku sehingga kontolku menggesek-gesek permukaan gundukan tempek mba anis yang masih tertutup cd…
Sepertinya mba anis menikmatinya.. aku bisa merasakan rembesan cairan di cd mba anis..
Mba anis sepertinya sengaja berlama-lama merapikan atau pura-pura merapikan kemeja yang mau di setrika. Aku perhatikan mba anis sibuk melihat ke arah kontolku yang sedang bergerilya di daerah sensitifnya.
aku sengaja berhenti… aku mundur sedikit, kontolku kutarik dari gundukan memeknya…tampaknya mba anis tersadar.. kemudian kembali ke posisi jongkok.. dengan nafas yang tidak teratur mba anis melanjutkan menyetrika… sepertinya mba anis da horny banget..
Aku mulai beraksi lagi… kali ini aku angkat ujung bajunya sampai ke pinggang… mba anis ga ngelawan.. berarti dia setuju dengan apa yang akan aku lakukan.. paha ma bokong terlihat seluruhnya.… bokong mba anis bulat, montok banget.. pahanya juga lumayan putih… pemandangan yang sangat mnggoda…
Pake tangan.. aku arahkan kepala kontolku ke belahan bokong mba anis yang masih tertutup cd.. aku gesek-gesek kepala kontolku dari belakang ke depan kearah gundukan tempek mba anis… dari daerah anus sampai daerah permukaan tempek mba anis… aku perhatikan mba anis kelihatan makin gelisah… nyetrikanya berhenti-berhenti buat atur nafas…Aku yakin mba anis da horny banget… tapi malu atau takut meminta ….
Kepala kontolku aku gesek-gesek berputar-putar di sekitar selangkangan mba anis, dari pantat ke pangkal paha ke gundukan tempeknya mba anis.. kadang sengaja aku lama-lamain gesek2 di sekitar itil mba anis.. tonjolan itil mba anis terasa banget walaupun masih dibungkus cd.
Kemudian dengan tangan kiri, aku tarik pinggiran cd mba anis dari kanan melewati belahan pantat sampai kekiri…sehingga daerah belahan pantat, lobang pantat dan tempek mba anis terexpose sempurna.. aku yakin kalo dilihat dari depan, pasti seluruh memek mba anis terlihat dengan sempurna…
kemudian dengan tangan aku atur posisi kepala kontolku tepat ke lobang pantat mba anis, kemudian aku diamkan. aku sengaja diamkan. aku pengen tau reaksi mba anis…
mba anis kelihatan lebih banyak berhentinya daripada menyetrika… nyetrika satu kemeja aja lama sekali… bokong mba anis terlihat bergerak-gerak kecil.. kepala kontolku rasanya geli-geli nikmat… sebenarnya aku pengen banget nyodok anus mba anis, tapi aku takut dia marah. Aku ga mau ngerusak momen. kemudian aku geser posisi kontolku ke arah bibir memek mba anis… berasa lembut dan basah.. aku diamkan persis di bibir tempek mba anis.. aku perhatikan mba anis berhenti nyetrika…
“mba.. setrikaannya jangan di diemin..??? ntar kemejanya gosong…”
Mba anis kaget…
“ehh.. maaf mas..” katanya.
Kemudian mba anis melanjutkan setrikaannya…
Aku beraksi lagi.. kontolku kugesek-gesek sebentar dari lobang tempeknya ke arah itilnya… kemudian aku dorong. sampai seluruh kepala kontolku masuk ke dalam tempek mba anis.. jleb…. Aku diamkan.. memek mba anis terasa hangat dan basah… enak banget…Kepala kontolku terasa dikulum ma tempeknya mba anis…
Mba anis kelihatan berhenti lagi… nafasnya semakin ga teratur…
“mba koq setrikanya di diemin…???”
Mba anis kaget lagi
“ ehhh.. maaf mas…”
Kemudian melanjutkan setrikaannya… aku tau mba anis ingin kotolku kumasukin seluruhnya.. tapi aku masih ingin bermain-main…
Mba anis semakin gelisah… sambil menyetrika pantatnya digerak-gerakin naik turun…
Terasa nikmat sekali kepala kontolku dijepit ma tempek mba anis..
Gerakan mba anis semakin liar… pantatnya semakin lama semakin dimundurin… kontolku semakin dalam masuk ke dalam tempek mba anis..
sepertinya tempekya da gatel pengen di entot… mungkin karena sudah sekitar empat tahun menjanda, jadi uda lama ga nikmati kontol lelaki…
aku masih belum bereaksi… sengaja aku membiarkan mba anis yang ambil inisiatif…masih sambil menyetrika… mba anis menggoyang goyangkan pantatnya… naik-turun… depan belakang… memutar… semua cara dilakukan mba anis… aku merasakan kontolku da seluruhnya masuk ditelan tempek mba anis…terasa dijepit dan di urut-urut… sensasi yang luar biasa…sambil menyetrika, mba anis bergoyang semakin liar…terdengar suara desisan dari mulut mba anis…
“ssshhhh…. Ssssshhhhh…. Sssshhhh……”
Memeknya terasa semakin licin…
Setelah beberapa menit menyetrika sambil bergoyang. Kemeja yang disetrikanya bisa selesai juga. Kemeja itu kemudian di taro di samping kiri.
Otomatis gerakannya reda … kontolku tercabut… karena mba anis harus ngambil baju lain yang belum di setrika…Setelah ngambil kaos dari keranjang… kemudian ditaroh di tempat setrikaan.. waktu merapikan kaos yang akan di setrika… dengan bertumpu pada lututnya .. karena mba anis membungkuk pantatnya jadi terangkat… pose yang sangat menantang… aku ganti posisi terlentang… aku geser badanku sehingga kepalaku berada diantara kedua kaki mba anis… aku pegang kedua pantatnya kemudian aku angkat.. kepalaku aku geser ke depan sampai seluruh kepalaku berada tepat di depan gundukan tempeknya…
“ehhh masss…” suaranya terputus, gak tau mau ngomong apa.
Sepertinya dia kaget melihat wajahku tepat di selangkangannya … aku cuma tersenyum ke arahnya… dia sepertinya masih bingung dengan apa yang aku lakukan…
“ga apa-apa mbak… lanjutin aja nyetrikanya…” kataku meredakan kebingungannya…
Ahirnya dia kembali jongkok… pantatnya menempel di atas dadaku… kedua kakinya di samping telingaku. Mba anis terlihat salah tingkah… dan terlihat bingung… munkin dia bingung gimana cara nyetrikanya kalo posisinya begini..???
“ayo mbak dilanjutin nyetrikanya…!”
“tapi mas…” dia masih ragu-ragu..
“ga apa-apa mba… lanjutin aja “ aku sedikit memaksanya dan dia menurut…
Akhirnya mba anis melanjutkan menyetrikanya.. mba anis mengubah sedikit posisi duduknya.. kaki ditarik sampai menyentuh kedua pundakku.. kemudian badannya condong ke depan tertumpu pada kedua lututnya… dengan posisi seperti ini, bibir memeknya persis diatas bibirku… supaya ga ganggu.. bajunya aku angkat sampai pinggang… cd nya aku singkap ke samping kanan sehingga seluruh tempeknya terlihat dengan jelas… aku lihat bibir memeknya mengkilat karena da basah banget…
Mba anis melihatku… aku tersenyum kepadanya… dia membalas tersenyum… sepertinya dia uda bisa mengerti keinginanku. Mba anis kemudian melanjutkan menyetrika… aku mulai beraksi.. kedua tanganku melingkar di kedua pangkal pahanya…
Mulutku aku majukan.. Aroma khas memek terasa banget tercium. Lidahku aku julurkan sampai menyentuh itil mba anis… pelan pelan aku jilati itil mba anis…
“ahhh…sshhhhh…ahhh..sshhhhh….” sambil menyetrika, mulut mba anis mulai mendesis-desis. Sepertinya mba anis sangat menikmati oral sex yang kuberikan…
Aku lanjutkan dengan menjilati bibir memeknya ke sampai lobang tempeknya…
Aku perhatikan mba anis merem melek, nyetrikanya jadi terhenti..
“mba.. koq berenti…???”
Mba anis tampak kaget …
“eh..eh.. iya mas..”
Dia melanjutkan menyetrika… aku lanjutkan beraksi
Kali ini bibir tempeknya aku lumat dengan ganas…
“ahhh…sshhhhh…ahhh..sshhhhh….”
Mba anis mendesis-desis kenikmatan…
Tangannya sepertinya berhenti menyetrika… kedua tangannya diatas kepalaku… menjambak-jambak rambutku…
Aku makin ganas melumat-lumat bibir tempeknya.. terkadang aku jilatin itilnya…
“ahhh…sshhhhh…ahhh..sshhhhh….”
“aahhhh …ahhhhh..aahhhh… massss…. Ahhhhhhhhhhhhh……….”
Kemudian.. memek mba anis terasa berdenyut-denyut… criitt… crittt…crittttt… keluar cairan bening dari tempek mba anis menyemprot mukaku.. argasmenya dahsyat banget… wajahku penuh ma cairan orgasme mba anis.
Aku perhatikan wajahnya terlihat sayu… nafasnya sangat kencang… dia masih menikmati orgasmenya…
Aku angkat pantatnya… kemudian aku bergeser keluar.Aku biarkan mba anis menikmati momen indahnya…
Aku berdiri, buka celana pendekku… kemudian aku jongkok dibelakang mba anis…Mba anis aku peluk dari belakang… kontolku menempel di punggungnya.aku ciumi lehernya… tanganku masuk kedalam bajunya kemudian meremas-remas kedua susunya mba anis… aku berdiri kemudian pindah kedepan mba anis.. aku arahkan kontolku ke mulut mba anis… mba anis menyambut dengan membuka mulutnya… mba emi memegang batang kontolku dan mulutnya mengulum kepala kontolku…
“akhhhh… enak banget mba…..”
Aku lihat mba anis sangat bersemangat ngulum-ngulum kontolku… aku pegang kepalanya.. pantatku kumaju mundurkan….
“mba anis… mulutmu enak banget… ahhhhh”
Clok..kocklok..koclok….koclokk…….
Terdengar suara kocokan pada mulut mba anis…
Gerakanku kupercepat…
“ohhhh… mba anisss…. Ahhhhh… ..”
Aku lihat mulut mba anis da belepotan ludah… ludahnya sampai ngalir dari samping bibirnya… aku tekan yang kuat sampai seluruh kontolku masuk ke dalam mulutnya… kepala kontolku sampai masuk ke tenggorokan mba anis…
Aku tahan beberapa saat…
“hoek….” Mba anis terlihat mau muntah ketika kontolku aku keluarkan…
Air ludahnya sampai netes-netes dari dagunya…
Aku da horny banget… mba anis aku rebahkan di karpet…
Aku buka cdnya. kemudian aku arahkan kontolku ke lobang tempeknya….
Aku tekan perlahan-lahan.. aku bisa merasakan dinding tempeknya meremas-remas kontolku…
“jleb…”
Kontolku masuk seluruhnya… enak banget… aku muka mba anis.. matanya terpejam.. mimiknya sayu…
Pantatku mulai maju mundurkan…
“ahhh… ahhhh… massssss….. ahhhh… ahhhhhh” mba anis mulai mendesis-desis
Aku semakin bersemangat… gerakanku kupercepat….
“plok..plok..plok..plok…….”
“ahhhh….ahhhhh..shhhhhhh..ahhhhhhhhh……..”
Bunyi suara-suara yang terdengar di ruangan itu.
Sekitar limabelas menit….
“ ahhhhh… ahhhhh…. Mass…. Aku da mau keluarrr……”
Aku juga da mau nyampe…
Akhirnya…
“akhhhhhh… akhhhhhhh….. akhhhhhhhh…………………..”
Crot…crotttt.crotttt…. mba anis mengeluarkan pejuh yang banyak…
Kotolku terasa di sedot… pejuhku da sampai ke ujung….
Akhirnya… croottt.. crottt.. crottt… crottt… aku orgasme berkali-kali di dalam tempek mba anis…
Rasanya nikmat sekali….
Aku diamkan kontolku sebentar… sambil ngatur nafas… aku tersenyum ke mba anis..Mba anis membalas senyumanku…. Kita sama-sama puas…
Kemudian…”plop” aku mengeluarkan kontolku dari tempek mba anis…Terlihat pejuhku keluar dari lobang tempeknya…Aku ambil celanaku kemudian menuju kamar mandi…Setelah bersih-bersih…. Mba anis melanjutkan menyetrika…
TAMAT
Kedua kakakku da menikah..
Jadi dirumah cuma tinggal kita bertiga.
Dirumahku ada tukang cuci namanya mba anis. Udah tiga tahun mba anis Bantu-bantu di rumah.Mba anis bekerja hampir setiap hari dirumahku. Pagi nyuci baju, siang pulang sorenya datang lagi buat nyetrika.
Sore itu aku lagi males-malesan di kamar. Biasanya main bola atw nongkrong ma temen2 kampus. Lagi asyik2 browsing aku denger suara di luar kamar ada yang lagi beres2.
Aku keluar sebentar, ternyata ada mba anis yang mau nyetrika. Kebetulan tempat nyetrika tepat di depan jendela kamarku. Soalnya colokan listriknya di samping kiri pintu masuk kamarku. Aku keluar kamar, sambil basa basi aku sapa mba anis…
“Mau nyetrika ya mbak…?”
“iya mas…”
“yanti mana mba..? “…..
“di rumah mas..”
Mba anis seorang janda.. punya dua orang anak… rini ma yanti..Rini uda SMP.. yanti itu nama anaknya yang masih SD. Sering juga dibawa main kerumah…
Kulihat Mba anis mempersiapkan semua keperluan nyetrika. Karpet, alas nyetrika sarung dan sebagainya… mba anis biasanya nyetrika di lantai beralaskan karpet.Selama ini aku ga terlalu memperhatikan kehadiran mba anis …Tapi sore ini ntah kenapa aku memperhatikan body mba anis, mba anis lumayan montok juga. Kuperhatikan toketnya gede juga… Usianya kuperkirakan sekitar 40 tahun.. kulit sawo matang…
Sore itu mba anis memakai kaos warna putih yang berleher rendah sehingga belahan dadanya sedikit kelihatan… bawahannya pake celana legging ketat warna hitam. Karna mba anis pake kaos yang agak pendek, gundukan di selangkangannya terexpose dengan bebas. Gile memeknya tebel banget…..
Aku kebawah sebentar bikin kopi… lalu balik lagi ke kamar.Sampai di kamar… aku jadi kepikiran lg ma mba anis..
Ngintip ahhh….
Aku tutup pintu trus matiin lampu…Aku berdiri di depan kaca nako didepan kamarku…Aku buka gordennya dari kiri kanan sebagian..Aku perhatiian mba dari balik nako… jaraknya kira-kira 2 meter..
Mba anis sexy banget..Posisinya menghadap ke kamarku… kaki kanannya di buka ke samping…
Kaki kiri di tekuk… sehingga tumitnya persis di depan gundukan memeknya…Karna nyetrikanya sambil nunduk2… toketnya terlihat dengan jelas dari posisiku…Ternyata toketnya masih kenyal dan mulus juga… Di balik kaosnya, mba anis pake bra warna hitam…
Melihat pemandangan di depanku… nafsuku mulai naik…Dengan posisi berdiri… Sambil memperhatikan mba anis dari balik nako..Aku turunkan celanaku dan mulai coli…Pertama pelan2.. lama2 makin cepat…
Karna kontolku da mulai basah… lama2 muncul bunyi kcok..kcokk..kcokkk…
Mungkin karena cukup deket… mba anis mulai menyadari adanya suara2 “aneh” dari kamarku… Aku perhatikan mba anis mulai terlihat gelisah sambil sesekali ngelirik2 ke arah nako kamarku… sepertinya dia penasaran dengan bunyi tersebut…
Aku yakin mba anis ga bisa melihatku… karna lampu kamar aku matikan…Tapi mba anis pasti tau kalo aku lagi coli sambil memandangi tubuh sexynya..Nafsuku da tinggi sekali.. kocokanku kupercepat…
Sambil terus memperhatikan tubuh mba anis yang sexy…terutama bagian toket ma gundukan memeknya
kcokkk…..kcokkk….kcookkkk..kcokkk….
Akhirnya crot..crottt.crotttt… maniku muncrat sampai ngotorin kaca nako kamarku… kemudian aku bersihin pake tissue….
Setelah kejadian itu… menonton mba anis yang lagi nyetrika sambil coli menjadi hal yang sering kulakukan di sore hari…Aku yakin mba anis tau apa yang aku lakukan… tapi sepertinya dia menikmatinya juga…Karena semakin hari mba anis juga semakin “berani”… mba anis sekarang selalu memakai baju yang makin sexy… kadang pake rok.. pake daster… yang otomatis memperlihatkan celana dalamnya.. bahkan seringkali mba anis memakai cd yang transparan, ada bolongannya, atau yang kelonggaran… sehingga seringkali aku bisa melihat bulu-bulu memeknya.. bahkan bibir memeknya sering kelihatan…pernah mba anis memakai BH yang kekecilan.. sampai sampai putingnya ga ketutupan…
Kalo dipikir-pikir….Sepertinya mba anis sengaja menggoda nafsu birahi ku…
Kali ini aku mau melakukan sesuatu yang berbeda ke mba anis.. Karna coli sambil sembunyi-sembunyi da biasa.. Aku pengen liat expresi mba anis kalo nyetrika sambil liat kontol…Membayangkan wajahnya yang memerah membuatku horny….Aku da buat persiapan… kaca nako sengaja aku buka… lampunya juga ga aku matiin..Cuma gorden jendela yang ga aku buka….Sambil nungguin mba anis… aku browsing-browsing dulu buat pemanasan…Kira-kira jam 4 mba anis datang.. aku dengar suaranya lagi ngobrol-ngobrol ma mama dibawah.
“andi.. andi..” mama manggilku
“apa ma..???” aku jawab dari atas
“jangan tinggalin rumah ya. Ada mba anis mau nyetrika”
“mama mau ke pasar dulu”
“ok ma” jawabku
Mantap nih fikirku. Aku mulai siap-siap… aku buka baju ma celana… tinggal pak cd.Aku dengar suara mobil mama yang mau belanja… ga lama kemudian mba anis naik sambil bawa sekeranjang baju kering yang uda dicuci..Aku buka gorden sebelah kiri sedikit buat ngintip…Kali ini mba anis memakai baju terusan warna putih… pake kancing dua di bagian lehernya dan tanpa lengan…
Shownya pasti mantap nehhh…Ngebayangin gundukan memek mba anis… kontolku langsung tegang…
Setelah selesai mempersiapkan tempat setrikaan…Mba anis mulai duduk di karpet menghadap kamarku…Kaki kanan ngangkang… kaki kiri di tekuk kedalam…Wow… Gundukan memeknya amat menantang… mba anis pake cd warna kuning yang agak longgar… karna cdnya longgar, bulu memeknya keihatan dari samping cd yang dipakainya…
Sambil nunggu setrikaannya panas… entah gerah entah pengen pamer, mba anis membuka kedua kancing bajunya..… bukit indahnya kelihatan dengan jelas.. gile toketnya montok banget.. terbungkus bra warna kuning.. sama seperti warna cd nya mba anis.. sepertinya belinya satu set..Mba anis mulai nyetrika…
Aku juga mulai show…Aku lepas cdku… aku sampai telanjang bulat.. kontolku udah tegang banget…
aku selipkan kontolku ke kaca nako yang kebuka diantara nako paling bawah ma kusen jendela… sehingga kepala kontolku keluar dari jendela… sensasinya luar biasa.. jantungku sampai berdetak sangat kencang…
Sambil memandangi body sexy mba anis yang terbuka dimana-mana… aku mulai kocokin kontolku… kcok…kcokk.. kcokkk… aku sengaja kocok dengan kencang…
Sepertinya mba anis menyadari kehadiran benda aneh di dekatnya… dari posisinya, dia pasti bisa melihatku dengan jelas, karena lampu kamarku aku nyalain… matanya sesekali melirik kearah kontolku… mukanya mulai memerah… walau masih terus melanjutkan setrikaannya, sepertinya mba anis mulai gelisah sambil nahan-nahan nafas…
Semakin lama.. bunyi kocokan kontolku semakin berisik… kcok..kcokk..kcokk.kcokkk….Dengan posisiku sekarang yang persis di atas keranjang baju yang belum di setrika… Terkadang mba anis mendekat kearahku untuk mengambil baju yang belum di setrika.. Karena posisinya menunduk dan sangat dekat denganku.. aku bisa melihat jelas toketnya menggantung dengan indah… sampai putting coklatnya dapat terlihat dengan jelas… mungkin karena bra yang dipakainya ga ketat…
Sensasinya benar-benar luar biasa.. kalo mba anis mendekat ke arahku … kontolku sengaja aku majuin sambil diputar-putar… Sensasinya luar biasa…
Suasana makin panas.. aku lihat mba anis semakin gelisah.. muka memerah.. nafas ga teratur… sambil nyetrika matanya sering melirik kearah kontolku… posisi duduknya semakin tidak beratuan.. karena cdnya longgar.. dari samping , aku bisa dengan jelas melihat memeknya… karena bulu memeknya ga terlalu lebat… aku bisa melihat itil ma bibir memeknya… bibir memek mba anis berwarna kecoklatan…
terkadang bibir memeknya terkuak, memperlihatkan warna merah bagian dalam lobang memeknya… benar-benar pemandangan yang sangat indah…
Mba anis sepertinya da ga peduli ma kondisinya.. suasana hening mencekam… yang terdengar hanya suara kocokan kontolku yang semakin licin…Sensasi paling kusuka, ketika mba anis hendak mengambil baju yang mau di setrika… posisinya mukanya dekat banget ma kontolku kira-kira hanya 30 cm…apalagi ngambil bajunya sepertinya di lama-lamain sepertinya mba anis milih-milih bajunya… seolah-olah mba anis mendekat buat ngulum kontolku… kocokanku semakin semangat.. sambil aku mendesiskan namanya…
Kcokk…kcockkk.. kcockkk…. Oohhh… mba anis… mba anisss… ohhhh….
Aku yakin mba anis mendengar dengan jelas aku manggil-manggil namanya… Nafsuku udah tinggi sekali… akal sehat semakin ga kekontrol… aku pengen sesuatu yang lebih… aku lihat setrikaannya masih lumayan banyak…aku berfikir sebentar…Akhirnya aku putuskan untuk keluar… tapi aku pake celana dulu.. aku ingat punya celana pendek yang ud sobek cukup besar di selangkannya… aku ambil di lemari.. kemudian aku pakai tanpa cd..Aku buka pintu, kemudian keluar.. sambil basa-basi aku sapa mba anis..
“ ehh ada mba anis…” kataku pura-pura..
Sedikit kaget.. dia melihatku.. aku perhatikan matanya melirik ke arah celanaku yang ada tonjolannya…
“ ehhh…iya mas” jawabnya.
“da lama mba…??” tanyaku masih pura-pura ga tau.
“belom mas..” jawabnya.. sepertinya mba anis salah tingkah. Tapi kancing baju ma selangkangannya masih dibiarkan terbuka
“yantinya ga diajak mba..??”
“yanti lagi main ma temen-temennya.. mas…”
Aku kemudian mendekat dan duduk di belakangnya… jaraknya sangat dekat.. kira-kira cuma sejengkal dari bokong mba anis.. kakiku di samping kiri-kanan mba anis..
Sepertinya mba anis ga keberatan… kesempatan nehh fikirku… aku perhatikan bokongnya mba anis yang gede… wow sexy banget…
Nafsuku da ngalahin akal sehat… kontolku ku keluarkan dari sobekan celana pendekku… kontolku da tegang maksimal… karena posisiku sangat dekat.. kepala kontolku hampir menyentuh bokong mba anis..
Basa-basi aku coba mengobrol ma mba anis…
“rini sekarang kelas berapa mba..???” rini anak pertama mba anis..
“rini sekarang kelas 8 mas..”
sambil ngobrol kontolku kupegang kemudian aku arahkan ke belahan bokongnya mba anis… bokongku aku majuin dikit… sleeppp… kepala kontolku masuk ke belahan bokongnya…
“kalo yanti sekarang kelas berapa..??” tanyaku masih pura-pura…
“yanti da kelas 6… bentar lg lulus…” jawabnya..
Aku perhatikan mba anis narik nafas panjang…
Dia pasti merasakan kepala kontolku yang nyelip di belahan bokongnya…
Masih dengan posisi kontolku nyelip di belahan bokong mba anis… aku ajak mba anis ngobrol-ngobrol…
“mba ga capek ngurusin 2 anak sendirian..??” suaminya dulu meninggal akibat keceakaan motor…
“nggak kepikiran mau menikah lagi..?”
Sambil nanya, aku kocokin kontolku… kcok..kcok..kcokk…
kepala kontolku geli-geli nikmat….
“gimana ya mas..”
“kalo ada yang mau sama mba, mba sih mau aja menikah lagi..” jawabnya
“pasti ada yang maulah sama mba… mba anis khan cantik, masih sexy lagi…” kataku memuji. Mba anis ga menjawab… tapi tersenyum senang dengan rayuanku..
Sambil ngocok di belakang bokong mba anis… aku dekatkan wajahku ke ketek kanannya…Karena baju yang dipakai mba anis ga ada lengannya.. aku bisa melihat ketek mba anis… bersih tanpa bulu.. dari lobang keteknya, bh nya terlihat sebagian…
Nafsuku makin meninggi.. kocokanku kupercepat… kcok..kcok..kcokkk…Bunyinya semakin nyaring…
Aku yakin mba anis juga menikmatinya… sambil mennyetrika mba anis sengaja menggerak-gerakkan bokongnya merespon kontolku yang nyelip di belahan bokongnya…
Ga lama mba anis selesai nyetrika kemeja bokap… mba anis meletakkan di sebelah kiri.. tempat yang sudah selesai di setrika… kemudian mba anis beranjak ke kanan mau ngambil baju yang lain… akibatnya kotolku lepas dari bokongnya..Aku masukin lagi kontolku ke celana..
Setelah memilih baju yang mau di setrika.. mba anis kembali ke posisi semula…Tapi sekarang posisi duduknya berubah…Mba anis sekarang jongkok memunggungiku… bajunya da naik sampai pangkal paha…Dari samping pangkal pahanya aku bisa melihat cd kuning yang dipakainya…melihatnya, nafsuku naik lagi…
Aku keluarin lagi kontolku dari lubang sobekan celanaku…Karena mau merapikan kemeja yang mau disetrika.Mba anis membungkuk. lututnya menumpu di karpet.. akibatnya bokongnya terangkat.. Posisinya mantap banget.. aku arahkan kontolku melalui belahan bokongnya. Melewati ujung bawah bajunya yang udah terangkat sampai bokong. sampai kepala kontolku menyentuh gundukan tempek mba anis yang masih dibungkus cd.
Walau masih di tutupi cd.. tapi rasanya lembut dan empuk banget gundukan memek mba anis… Aku maju mundurkan pantatku sehingga kontolku menggesek-gesek permukaan gundukan tempek mba anis yang masih tertutup cd…
Sepertinya mba anis menikmatinya.. aku bisa merasakan rembesan cairan di cd mba anis..
Mba anis sepertinya sengaja berlama-lama merapikan atau pura-pura merapikan kemeja yang mau di setrika. Aku perhatikan mba anis sibuk melihat ke arah kontolku yang sedang bergerilya di daerah sensitifnya.
aku sengaja berhenti… aku mundur sedikit, kontolku kutarik dari gundukan memeknya…tampaknya mba anis tersadar.. kemudian kembali ke posisi jongkok.. dengan nafas yang tidak teratur mba anis melanjutkan menyetrika… sepertinya mba anis da horny banget..
Aku mulai beraksi lagi… kali ini aku angkat ujung bajunya sampai ke pinggang… mba anis ga ngelawan.. berarti dia setuju dengan apa yang akan aku lakukan.. paha ma bokong terlihat seluruhnya.… bokong mba anis bulat, montok banget.. pahanya juga lumayan putih… pemandangan yang sangat mnggoda…
Pake tangan.. aku arahkan kepala kontolku ke belahan bokong mba anis yang masih tertutup cd.. aku gesek-gesek kepala kontolku dari belakang ke depan kearah gundukan tempek mba anis… dari daerah anus sampai daerah permukaan tempek mba anis… aku perhatikan mba anis kelihatan makin gelisah… nyetrikanya berhenti-berhenti buat atur nafas…Aku yakin mba anis da horny banget… tapi malu atau takut meminta ….
Kepala kontolku aku gesek-gesek berputar-putar di sekitar selangkangan mba anis, dari pantat ke pangkal paha ke gundukan tempeknya mba anis.. kadang sengaja aku lama-lamain gesek2 di sekitar itil mba anis.. tonjolan itil mba anis terasa banget walaupun masih dibungkus cd.
Kemudian dengan tangan kiri, aku tarik pinggiran cd mba anis dari kanan melewati belahan pantat sampai kekiri…sehingga daerah belahan pantat, lobang pantat dan tempek mba anis terexpose sempurna.. aku yakin kalo dilihat dari depan, pasti seluruh memek mba anis terlihat dengan sempurna…
kemudian dengan tangan aku atur posisi kepala kontolku tepat ke lobang pantat mba anis, kemudian aku diamkan. aku sengaja diamkan. aku pengen tau reaksi mba anis…
mba anis kelihatan lebih banyak berhentinya daripada menyetrika… nyetrika satu kemeja aja lama sekali… bokong mba anis terlihat bergerak-gerak kecil.. kepala kontolku rasanya geli-geli nikmat… sebenarnya aku pengen banget nyodok anus mba anis, tapi aku takut dia marah. Aku ga mau ngerusak momen. kemudian aku geser posisi kontolku ke arah bibir memek mba anis… berasa lembut dan basah.. aku diamkan persis di bibir tempek mba anis.. aku perhatikan mba anis berhenti nyetrika…
“mba.. setrikaannya jangan di diemin..??? ntar kemejanya gosong…”
Mba anis kaget…
“ehh.. maaf mas..” katanya.
Kemudian mba anis melanjutkan setrikaannya…
Aku beraksi lagi.. kontolku kugesek-gesek sebentar dari lobang tempeknya ke arah itilnya… kemudian aku dorong. sampai seluruh kepala kontolku masuk ke dalam tempek mba anis.. jleb…. Aku diamkan.. memek mba anis terasa hangat dan basah… enak banget…Kepala kontolku terasa dikulum ma tempeknya mba anis…
Mba anis kelihatan berhenti lagi… nafasnya semakin ga teratur…
“mba koq setrikanya di diemin…???”
Mba anis kaget lagi
“ ehhh.. maaf mas…”
Kemudian melanjutkan setrikaannya… aku tau mba anis ingin kotolku kumasukin seluruhnya.. tapi aku masih ingin bermain-main…
Mba anis semakin gelisah… sambil menyetrika pantatnya digerak-gerakin naik turun…
Terasa nikmat sekali kepala kontolku dijepit ma tempek mba anis..
Gerakan mba anis semakin liar… pantatnya semakin lama semakin dimundurin… kontolku semakin dalam masuk ke dalam tempek mba anis..
sepertinya tempekya da gatel pengen di entot… mungkin karena sudah sekitar empat tahun menjanda, jadi uda lama ga nikmati kontol lelaki…
aku masih belum bereaksi… sengaja aku membiarkan mba anis yang ambil inisiatif…masih sambil menyetrika… mba anis menggoyang goyangkan pantatnya… naik-turun… depan belakang… memutar… semua cara dilakukan mba anis… aku merasakan kontolku da seluruhnya masuk ditelan tempek mba anis…terasa dijepit dan di urut-urut… sensasi yang luar biasa…sambil menyetrika, mba anis bergoyang semakin liar…terdengar suara desisan dari mulut mba anis…
“ssshhhh…. Ssssshhhhh…. Sssshhhh……”
Memeknya terasa semakin licin…
Setelah beberapa menit menyetrika sambil bergoyang. Kemeja yang disetrikanya bisa selesai juga. Kemeja itu kemudian di taro di samping kiri.
Otomatis gerakannya reda … kontolku tercabut… karena mba anis harus ngambil baju lain yang belum di setrika…Setelah ngambil kaos dari keranjang… kemudian ditaroh di tempat setrikaan.. waktu merapikan kaos yang akan di setrika… dengan bertumpu pada lututnya .. karena mba anis membungkuk pantatnya jadi terangkat… pose yang sangat menantang… aku ganti posisi terlentang… aku geser badanku sehingga kepalaku berada diantara kedua kaki mba anis… aku pegang kedua pantatnya kemudian aku angkat.. kepalaku aku geser ke depan sampai seluruh kepalaku berada tepat di depan gundukan tempeknya…
“ehhh masss…” suaranya terputus, gak tau mau ngomong apa.
Sepertinya dia kaget melihat wajahku tepat di selangkangannya … aku cuma tersenyum ke arahnya… dia sepertinya masih bingung dengan apa yang aku lakukan…
“ga apa-apa mbak… lanjutin aja nyetrikanya…” kataku meredakan kebingungannya…
Ahirnya dia kembali jongkok… pantatnya menempel di atas dadaku… kedua kakinya di samping telingaku. Mba anis terlihat salah tingkah… dan terlihat bingung… munkin dia bingung gimana cara nyetrikanya kalo posisinya begini..???
“ayo mbak dilanjutin nyetrikanya…!”
“tapi mas…” dia masih ragu-ragu..
“ga apa-apa mba… lanjutin aja “ aku sedikit memaksanya dan dia menurut…
Akhirnya mba anis melanjutkan menyetrikanya.. mba anis mengubah sedikit posisi duduknya.. kaki ditarik sampai menyentuh kedua pundakku.. kemudian badannya condong ke depan tertumpu pada kedua lututnya… dengan posisi seperti ini, bibir memeknya persis diatas bibirku… supaya ga ganggu.. bajunya aku angkat sampai pinggang… cd nya aku singkap ke samping kanan sehingga seluruh tempeknya terlihat dengan jelas… aku lihat bibir memeknya mengkilat karena da basah banget…
Mba anis melihatku… aku tersenyum kepadanya… dia membalas tersenyum… sepertinya dia uda bisa mengerti keinginanku. Mba anis kemudian melanjutkan menyetrika… aku mulai beraksi.. kedua tanganku melingkar di kedua pangkal pahanya…
Mulutku aku majukan.. Aroma khas memek terasa banget tercium. Lidahku aku julurkan sampai menyentuh itil mba anis… pelan pelan aku jilati itil mba anis…
“ahhh…sshhhhh…ahhh..sshhhhh….” sambil menyetrika, mulut mba anis mulai mendesis-desis. Sepertinya mba anis sangat menikmati oral sex yang kuberikan…
Aku lanjutkan dengan menjilati bibir memeknya ke sampai lobang tempeknya…
Aku perhatikan mba anis merem melek, nyetrikanya jadi terhenti..
“mba.. koq berenti…???”
Mba anis tampak kaget …
“eh..eh.. iya mas..”
Dia melanjutkan menyetrika… aku lanjutkan beraksi
Kali ini bibir tempeknya aku lumat dengan ganas…
“ahhh…sshhhhh…ahhh..sshhhhh….”
Mba anis mendesis-desis kenikmatan…
Tangannya sepertinya berhenti menyetrika… kedua tangannya diatas kepalaku… menjambak-jambak rambutku…
Aku makin ganas melumat-lumat bibir tempeknya.. terkadang aku jilatin itilnya…
“ahhh…sshhhhh…ahhh..sshhhhh….”
“aahhhh …ahhhhh..aahhhh… massss…. Ahhhhhhhhhhhhh……….”
Kemudian.. memek mba anis terasa berdenyut-denyut… criitt… crittt…crittttt… keluar cairan bening dari tempek mba anis menyemprot mukaku.. argasmenya dahsyat banget… wajahku penuh ma cairan orgasme mba anis.
Aku perhatikan wajahnya terlihat sayu… nafasnya sangat kencang… dia masih menikmati orgasmenya…
Aku angkat pantatnya… kemudian aku bergeser keluar.Aku biarkan mba anis menikmati momen indahnya…
Aku berdiri, buka celana pendekku… kemudian aku jongkok dibelakang mba anis…Mba anis aku peluk dari belakang… kontolku menempel di punggungnya.aku ciumi lehernya… tanganku masuk kedalam bajunya kemudian meremas-remas kedua susunya mba anis… aku berdiri kemudian pindah kedepan mba anis.. aku arahkan kontolku ke mulut mba anis… mba anis menyambut dengan membuka mulutnya… mba emi memegang batang kontolku dan mulutnya mengulum kepala kontolku…
“akhhhh… enak banget mba…..”
Aku lihat mba anis sangat bersemangat ngulum-ngulum kontolku… aku pegang kepalanya.. pantatku kumaju mundurkan….
“mba anis… mulutmu enak banget… ahhhhh”
Clok..kocklok..koclok….koclokk…….
Terdengar suara kocokan pada mulut mba anis…
Gerakanku kupercepat…
“ohhhh… mba anisss…. Ahhhhh… ..”
Aku lihat mulut mba anis da belepotan ludah… ludahnya sampai ngalir dari samping bibirnya… aku tekan yang kuat sampai seluruh kontolku masuk ke dalam mulutnya… kepala kontolku sampai masuk ke tenggorokan mba anis…
Aku tahan beberapa saat…
“hoek….” Mba anis terlihat mau muntah ketika kontolku aku keluarkan…
Air ludahnya sampai netes-netes dari dagunya…
Aku da horny banget… mba anis aku rebahkan di karpet…
Aku buka cdnya. kemudian aku arahkan kontolku ke lobang tempeknya….
Aku tekan perlahan-lahan.. aku bisa merasakan dinding tempeknya meremas-remas kontolku…
“jleb…”
Kontolku masuk seluruhnya… enak banget… aku muka mba anis.. matanya terpejam.. mimiknya sayu…
Pantatku mulai maju mundurkan…
“ahhh… ahhhh… massssss….. ahhhh… ahhhhhh” mba anis mulai mendesis-desis
Aku semakin bersemangat… gerakanku kupercepat….
“plok..plok..plok..plok…….”
“ahhhh….ahhhhh..shhhhhhh..ahhhhhhhhh……..”
Bunyi suara-suara yang terdengar di ruangan itu.
Sekitar limabelas menit….
“ ahhhhh… ahhhhh…. Mass…. Aku da mau keluarrr……”
Aku juga da mau nyampe…
Akhirnya…
“akhhhhhh… akhhhhhhh….. akhhhhhhhh…………………..”
Crot…crotttt.crotttt…. mba anis mengeluarkan pejuh yang banyak…
Kotolku terasa di sedot… pejuhku da sampai ke ujung….
Akhirnya… croottt.. crottt.. crottt… crottt… aku orgasme berkali-kali di dalam tempek mba anis…
Rasanya nikmat sekali….
Aku diamkan kontolku sebentar… sambil ngatur nafas… aku tersenyum ke mba anis..Mba anis membalas senyumanku…. Kita sama-sama puas…
Kemudian…”plop” aku mengeluarkan kontolku dari tempek mba anis…Terlihat pejuhku keluar dari lobang tempeknya…Aku ambil celanaku kemudian menuju kamar mandi…Setelah bersih-bersih…. Mba anis melanjutkan menyetrika…
TAMAT
Langganan:
Postingan (Atom)