Kamis, 14 Maret 2013

Dengan Mamaku Suryani Yang Montok

Suryani duduk dengan batik melilit tubuhnya dan kebayanya dan sanggulnya masih tetap rapai. Mereka harus pulang kembali ke desa setelah seharian menghadiri pesta adiknya. Baru saja dia naik ke boncengan sepeda motor yang dikenderai oleh anak sulungnya Totok, tiba-tiba halilintar menggelegar. Sementara perjalanan kembali ke desanya memakan waktu dua jam.
"Ayo mah mah, cepat naik, semoga kita bisa cepat di desa simpang tiga agar kita bisa ke warung bulek," kata Totok. Suryani pun naik ke boncengan dan kenderaan melaju. Totok yang baru mendaftar di SMU besoknya harus mulai masuk sekolah. Kenderaan pun melaju dikenderai Totok anak semata wayang itu.

Belum setengah jam berjalan, hujan seperti tercurah deras dari langit. Demikian lebat, seperti tidak ada aba-aba yang diawali dengan gerimis. Kabut berseliweran. Udara yang dingin di pegunungan itu pun menjadi semakin dingin. Cepat Totok turun dan mengambil mantel hujan dan mereka mengenakannya. Walau sudah sempat kuyup, mereka berharap, udara tidaklah terlalu dingin bila mengenakan mantel hujan. Kenderaan kembali melaju dan jalan tanah itu menjadi licin. Sepeda motor bebek yang mereka kendarai berjalan meliuk-liuk. Saat menurun, sedikit agak tajam, walau sudah di rem, kenderaan terus melaju dan meliuk-liuk lalu mereka terjatuh ke lembah yang berkedalaman berkisat tujuh meter.

Untung saja kenderaan mereka tidak rusak, namun mantel mereka robek dan kain batik Suryani juga robek lebar, sedang [pergelangan kaki kabnannya terkilir atau keseleo. Suryani meraung. Ketika di papah, dia tetap susah berjalan bahkan tak bisa berjala. Totok menutupi tubuh mamanya dengan mantel dan dia dudukkan mamanya di bawah pohon sawit. Totok membenahi sepeda motornya dan didorong ke sebuah pondok 10 meter dari tempat mereka terjatuh. Totok kembali keopada mamanya. Mamanya yang mungil, kecil, putih dengan mudah dibopong oleh Totok.

Suryani memeluk Totok anak tunggalnya itu dengan kuat. Kebayanya yang lepas kancingnya, menempel ke dada Totok dan Totok saat membopong mamanya sebelah tangabnnya berada di tengkuk mamanya dan sebelah kanan tangannya memeluk paha mamanya yang putih mulus. Inikah kesalahan atau kebetulan? Iblis mana yang membuatnya tiba-tiba bernafsu dan jakarnya jadi menggeliat, entahhlah.

Pada pondok ada tempat duduk. Di sana mereka duduk dan Totok melepaskan mantel hujan yang menutupi tubuh mamanya. Totok melihat jelas Bra mamanya, karena kebayanya yang terlepas kancingnya.
"BUka saja bajunya ma, biar diperas, nanti mama masuk aingin," kata Totok. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, Suryani membuka kebayanya dan Totok memerasnya. Dari bawah tempat duduk sepeda motornya, Totok mengambil dua buah kain lap yang masih kerang yang biasa digunakan untuk mencuci sepeda motor. Dengan kain lap itu, Totok melap tubuh mamanya. Saat tiba di dada mamanya, dia hampir saja behenti karena takut atau segan. Tiba-tiba pula rasa segan dan malu itu hilang dan dia pun melap belahan dada mamanya. Tidak sampai disitu saja, dia lepas pengait Bra mamanya dan lepaslah semuanya, hingga Totok melap tetek mamanya. Sementara gubuk yang mereka tempati semakin gelap dan berkabut.

"Kamu melihat apa?" Suryani memecah keheningan. Totok tersadar.
"Oh... tidak Ma. Aku hanya kagum pada tetek mama. Bukan hanya pada tetek mama, tapi pada semua yang ada pada mama," kata Totok. Dia pu8n memakaikan kembali pakaian mamanya, walau tanpa Bra lagi. Totok juga memeras bajunya sendiri.
"Kainnya juga diperas ya Ma, biar tak masuk angin," kata Totok. Suryani yang masih menganggap anaknya seperti anak-anak dan selalu dimanjanya itu, lupa kalau Totok anaknya itu sudah berusia 17 tahun. Suryani pun diam saja, saat Totok melepas stagen, kemudian melepas kain batiknya. Totok memerasnyam, kemudian melirik CD putih yang dikenakan mamanya yang berusia 38 tahun itu. Pahanya yang putih mulus, dimana tanpa sepengetahuan Suryani, Toto selalu mengintipnya saat dia mandi dan membuat Totok selalu onani membayangkan mamanya. Setelah kain bati itu diperas sekuat mungkin dan airnya tercurah, Toto kembali melilitkan kain itu ke tubuh mamanya dengan asal-asalan.

Toto benar-benar tegang, tidak tau bagaimana harus memulainya, sebab dia sudah lama sekali ingin menyetubhi mamanya, dan dia selalu membenci papanya, bila dia melihat mama dan papanya mesra berduaan di rumah. Sebuah kesempatan bagi Toto, begitu melihat tubugh mamanya mengggigil kedinginan. Di peluknya tubuh mamanya yang kedinginan itu. Saat berpelukan itulah Totok mengeluarkan kontolnya yang sudah menegang. Dengan cekatan, Totok kembali melepas kain batik mamanya, kemudian menguakkan celana dalam mamanya.
"Tok... kenapa? Apa yang kamu perbuat, aku ini mamamu, lho..." bentak Suryani. Tapi dia tidak bisa bergerak, karena pergelangan kaki kanannya mulai membengkak karebna keseleo. Totok diam saja. Dia penganut sedikit bicara banyak kerja. Dari selah-selah celana dalam yang terkuak itulah Totok menusukkan kontolnya ke tempek mamanya.
"Totok... kamu ini sudah keterlaluan. Pa aku akan laporkan kepada papamu," bentak Suryani sekuat-kuatnya Namun suaranya kalah dengan suara derasnya hujan dan suara guruh yang tak henti. Suryani punmemukuli tubuh Totok berkalikali. Suryani meronta. Namun saat meronta itu, membuat kontol Totok semakin dalam memasuki tempek mamanya.

Totok megangkat tubuh mamanya dan dia duduk di sebuah bangku dan dipeluknya mamanya yang berada di atas mengangkangi tubuhnya. Diciuminya leher mamanya, seperti apa yang selalu dia saksikan dalam film-film biru yang selalu mereka tonton bersama teman-temannya di sebuah tempat rahasia.
"Ma.. akui mencintaimu. Aku sudah lama sekai menginginkan seperti ini," kata Totok ke telinga Suryani. Totok terus menjilati leher ibunya dan meremas-remas teteknya dengan sebelah tangan, sementara tangan sebelahnya lagi kuat memeluk ibunya.

Suryani sudah tidak lagi memeukuli anaknya. Dia sudah kelelahan. Totok terus menekan kontolnya ke dalam lubang tempek ibunya. Celana dalam putihmama nya yang sudah agak usang itu pun dia robek, hingga tak ada lagi penghalang. Sentuhan kulit paha mamanya dan kulitnya sendiri semakin melengket. Rasa dingin menjadi hangat, saat tetek Suryani dan dada Totok melekat jadi satu. Totok pun mulai mengecup bibir mamanya. Mulanya diam, namun lama-kelamaan apakah sadar atau tidak, Suryani membalas juga lumatan bibir anaknya, bahkan lidah mereka sudah saling bertautan.

Perlahan-lahan saat Totok diam, dia merasakan tubuh mamanya mengeliat dan Totok merasakan pantat mamanya mulai bergoyang. Dalam hati Totok tersenyum.
"Mama, aku mencintaimu. Aku cemburu pada mama. Aku tak mampu melihatmu bermesraan berdua..." kata Totok beerisik sembari menjilati cuping telinga Suryani. Suryani diam saja. Dia tak menjawab. Jawabannya, Suryani semakin kencang memutar-mutar pinggulnya, hingga kontol Totok menggesek-gesek dinding rahimnya.
"Ah... kamu nakal sekali...." rintih Suryani sat pingulnya terus menggeliat-geliat.
"Jangan lapor ke Papa, ya Ma..." nalas Totok memeluk mamanya dengat kuat.
"Aku pasti lapor...." kata mamanya, semakin bergairah.
Mereka pun saling memeluk saling menjilat dan saling menggigit.
"Kamu nakal nak..." kata Suryani mendesah.
"Mama lebih nakal..." kata Totok dan memeluknya semakin kuat.
"Huuuuhhhhh...."
"Aku sudah mau keluar Maa..."
"Tunggu bentaaaaaarrrrrr...."
"Gak tahan lagi Ma...."
":Bennnntttttaaaaaarrrrrr...
"Maaaa......"
Saat itu Suryani menekan kuat tubuhnya, hingga kontol Totok benarpbenar berada di ujung rahin mamanya dan hangtat.
"Terseraaaaaahhhhhh....." Suryani berhenti bergoyang, tapi malah sebaliknya demikian kuat memeluk anaknya dan menciumi leher anaknya itu bertubi-tubuh. Saat itu dia merasakan dia mengeluarkan sesuatu dari tubunhnya, tak lama kemudian dia merasakan ada cairan hangat beberapa kali nyemprot dari kontol anaknya.
Dan...
Hening...

"Kamu nakal sekali. Kepada mamamu pun kamu bisa berbuat seperti ini. Dasar anak kurang ajar," kata Suryani mencubit pipi Totok sembari tersenyum. Totok menjawabnya dengan sebuah kecupan di bibirnya. Lalu penisnya pun mengecil dan lepas dari vagina ibunya.

"Aku mencintaimu, Ma. Aku membenci papa..." katanya lirih.
"Kamu tak boleh membencinya. Kamu ada, karean dia ada,": kata Suryani sembari membenahi pakaiannya.
"Ma... Aku mencintaimu. Aku ingin terus seperti ini," kata Totok.
"Hmmm. Enak aja kamu," kata Suryani dan kembali memijat hidung anaknya dan tersenyum.
Hujan lama kelaqmaan berhenti, tinggal rintik. Walau rintik, kadung sudah basah kuyup mereka bersepakat untuk menerobos saja agar cepat sampai di rumah. Dengan aperlahan-lahan mereka mengenderai sepeda motor untuk pulang dan Totok diminta hati-hati karena pergelangan kakinya masih sangat sakit.
"Begitu dong, Ma..Peluk yang kuat dan semesra mungkin," kata Totok, saat Mamanya memeluk pinggangnya karean takut jatuh. Mendengar ucapan Totok, Suryani mencubit pinggang anaknya. Keduanya terkekeh tertawa. Suryani juga tertawa karean senang. Sudah empat tahun dia sudah mendapatkan kepuasan dari suaminya yang pemabuk itu. Tapi suaminya tetap saja bangga, karean setiap kali selesai bersetubuh dengan suaminya, Surtyani tetap memuji kehebatan suaminya, walau dalan hatinya dia menjerit pedih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar